Menuju konten utama

Wamenkeu: Perekonomian Indonesia ke Depan Optimis dan Waspada

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara melihat perekonomian Indonesia ke depan adalah optimis dan waspada.

Wamenkeu: Perekonomian Indonesia ke Depan Optimis dan Waspada
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara melambaikan tangan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.

tirto.id - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara optimistis ketahanan ekonomi Indonesia masih sangat kuat setelah mengalami berbagai krisis mulai dari pandemi COVID-19 hingga situasi geopolitik. Hal itu disampaikan Suahasil dalam Webinar 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja di Jakarta, Senin (17/10/2022).

“Ketahanan ekonomi Indonesia ini saya rasa masih sangat kuat. Kuartal II-2022 kemarin kita tumbuh dengan 5,4 persen dan tahun 2022 ini kami yakin di atas 5 persen mungkin sekitar 5,2 persen,” katanya dikutip dari Antara, Senin (17/10/2022).

Suahasil menyatakan salah satu ketahanan ekonomi Indonesia terlihat dari pertumbuhan yang masih di atas 5 persen pada kuartal I dan II pada saat sejumlah negara justru tertekan akibat perang Ukraina dan Rusia serta pandemi. Tidak hanya itu, dia juga yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sesuai target 5,2 persen pada tahun ini dengan inflasi yang juga relatif masih terjaga hingga kini sebesar 5,95 persen di tengah kenaikan harga BBM.

"Kalau bahasa kami ketika kita melihat perekonomian Indonesia ke depan adalah optimis dan waspada,” bebernya.

Suahasil menuturkan secara umum perekonomian Indonesia ke depan akan optimis. Alasannya, karena selama 2,5 tahun pemerintah terbukti bisa menangani pandemi sekaligus menjaga kegiatan ekonomi.

Meski optimistis, dia menegaskan Indonesia tetap waspada mengingat ternyata yang terjadi selama 2,5 tahun pandemi ini meninggalkan scarring effect terhadap perekonomian dari sisi suplai. Sektor produksi belum bisa langsung cepat merespons permintaan sehingga terjadi inflasi yang pada akhirnya harus disikapi oleh otoritas moneter secara cepat.

Terlebih lagi, inflasi yang disebabkan perbaikan dalam konteks pandemi itu kemudian bertambah lagi dengan inflasi yang muncul karena perang Rusia dan Ukraina.

"Kemudian beberapa komoditas sangat naik hingga menciptakan volatilitas yang sangat tinggi," bebernya.

Harga minyak, batu bara, pangan, jagung, kedelai, crude palm oil (CPO) dan berbagai macam komoditas lain naik dan turun dengan sangat cepat akibatnya inflasi di berbagai negara meningkat. Lebih lanjut, dia menjelaskan APBN yang selama 2,5 tahun pandemi COVID-19 menjadi shock absorber pun saat ini memerlukan dukungan dari otoritas moneter untuk menaikkan suku bunga acuannya mengingat kenaikan inflasi yang harus ditahan.

Suahasil mengatakan walaupun kenaikan suku bunga ini akan berimbas ke perekonomian namun Indonesia optimis tahun depan masih mampu tumbuh di sekitar level 5,3 persen.

“Kami expect di 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di sekitar angka 5,3 persen,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait EKONOMI INDONESIA 2023

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin