Menuju konten utama

WALHI: Batu Bara Masih Dianggap Sebagai Komoditas Ekspor Utama

Masalah utama lubang tambang banyak di seluruh Indonesia dan belum teratasi karena pemerintah memprioritaskan energi dari sawit dan batu bara.

WALHI: Batu Bara Masih Dianggap Sebagai Komoditas Ekspor Utama
Logo walhi. FOTO/walhi.or.id

tirto.id - Manajer Kampanye Keadilan Iklim WALHI Yuyun Harmono mengatakan salah satu masalah utama lubang tambang banyak di seluruh Indonesia dan belum teratasi karena pemerintah memprioritaskan energi dari sawit dan batu bara.

"Karena sawit dan batu bara masih dianggap sebagai komoditas ekspor utama kita, kedua seolah menutup mata tragedi yang terjadi di bawah itu, jadi ada lubang tambang, ada pencemaran sungai-sungai akibat pertambangan batu bara, ada alih fungsi hutan untuk pertambangan batu bara, dan ini tidak dilihat secara holistik oleh mereka, untuk apa?," kata Yuyun saat ditemui di kantor WALHI, Munggu (17/2/2019) malam.

Pertumbuhan ekonomi yang digenjot pemerintah dinilai Yuyun membuat pemerintah tak memikirkan akibat dari ekspansi produksi perusahaaan sawit dan batu bara.

"Karena mereka butuh tumbuh ekonomi. Ketika ekonomi butuh tumbuh salah satu yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah ekspor sebesar-besarnya komoditas batu bara dan sawit itu, nah kalau paradigma ekonomi ini tidak dikoreksi oleh mereka berdua, ya kita akan terjebak dalam hal yang sama. Bakal gini-gini aja," katanya.

Oleh karena itu, Yuyun meminta pemerintah untuk menghentikan izin tambang batu bara dan mengubah prioritas menjadi energi terbarukan.

"Sekarang stop aja enggak ada lagi izin untuk tambang batu bara, kalau kita mau serius transisi ke energi terbarukan, ya sudah kelarin aja. Industri ekstratif batu bara dan sawit enggak usah diadain lagi. Baru kita omongin transisinya itu," kata Yuyun.

"Kalau hanya menawarkan solusi jangka pendek hanya menimbulkan masalah baru. Itu kenapa sebenarnya lebih baik mereka bicara soal peta jalan menuju ke sana, daripada hanya member solusi jangka pendek yang justru akan menimbulkan masalah baru," lanjutnya.

Debat capres kedua mengambil tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur.

Debat tersebut dipandu oleh Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki sebagai moderator, sementara tujuh panelis berasal dari kalangan akademisi dan para pakar dari berbagai bidang.

Tujuh panelis tersebut, yakni Rektor ITS Profesor Joni Hermana, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nur Hidayati, Rektor IPB Arif Satria, juga ahli pertambangan ITB Profesor Irwandy Arif.

Lalu ada Pakar Energi Ahmad Agustiawan, Pakar Lingkungan Undip Sudharto P. Hadi, dan Sekretaris Jenderal Konsorsium Pengembangan Agraria Dewi Kartika juga terlibat sebagai panelis.

Debat disiarkan secara langsung oleh sejumlah stasiun televisi yaitu RCTI, GTV, MNC TV, dan INews TV, serta bisa disaksikan secara live streaming.

Baca juga artikel terkait DEBAT CAPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Nur Hidayah Perwitasari