Menuju konten utama

Wacana Libur Sekolah dan Perkantoran Saat Asian Games Masih Dikaji

Wacana libur sekolah dan perkantoran, menurut Anies, perlu dipertimbangkan untuk mengurangi kemacetan saat Asian Games 2018.

Wacana Libur Sekolah dan Perkantoran Saat Asian Games Masih Dikaji
Juru Bicara Indonesia Asian Games Organizing Committe (INASGOC) Danny Buldansyah memberikan penjelasan di depan peserta Forum Media Asian Games 2018 yang berlangsung di Hotel Atlet Century Park, Senin (27/11/2017). ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan

tirto.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih mempertimbangkan wacana libur sekolah dan perkantoran di sekitar Gelora Bung Karno, Senayan, saat Asian Games 2018 berlangsung.

Ia menyampaikan, hal itu masih perlu dikaji sembari mempertimbangkan rekayasa lalu lintas yang akan diberlakukan di kawasan tersebut.

"Nanti detailnya kami siapkan. Itu instruksinya sudah. Tinggal sekarang digodok prosesnya," kata Anies di Gedung Pos Ibukota, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2018).

Hal ini sebelumnya juga diusulkan oleh Komisi X DPR RI demi menunjang kelancaran penyelenggaraan Asian Games pada Agustus mendatang.

Menurut Anies, saran itu perlu dipertimbangkan untuk mengurangi kemacetan saat Asian Games. Apalagi, Dewan Olimpiade Asia mengharuskan jarak dari Wisma Atlet Kemayoran menuju Komplek GBK Senayan dapat ditempuh waktu 35 menit saat Asian Games digelar.

"Intinya mengelola lalu lintas dan kesibukan warga sehingga event kelas dunia ini tidak terganggu," imbuh Anies.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga menyampaikan bahwa liburan yang diwacanakan bukan berarti para murid tidak ke sekolah dan tidak mendapat tugas. Ia menyebut, libur saat Asian Games bisa diganti dengan penugasan-penugasan kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.

"Sekolah itu bisa diselenggarakan di sekolahnya, bisa ada penugasan di rumah. Di dunia pendidikan itu bukan hal yang aneh. Misalnya ada asap berminggu-minggu itu bukan libur tapi penugasan sekolah. Jadi ditunjang," ujarnya.

Terkait wacana libur sekolah ini, Analis Kebijakan Transportasi dari Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA),

Azas Tigor Nainggolan menilai hal tersebut tidak efektif untuk mengurangi kemacetan.

"Pantas dia dipecat dari menteri pendidikan oleh Jokowi ya. Ya pantas dia memang tidak punya visi pendidikan. Bisa-bisanya mengorbankan pendidikan anak bangsa dan menempatkan pendidikan sebagai sebuah masalah penyebab kemacetan," kata Azas dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Kamis (15/2/2018).

Menurutnya, meliburkan anak sekolah untuk kegiatan olahraga adalah sebuah langkah yang tidak cerdas, karena penyebab kemacetan bukanlah anak sekolah.

"Soal kemacetan Jakarta kan sebab utamanya adalah tingginya penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Sedangkan angkutan anak sekolah kecil sekali dampaknya untuk kemacetan Jakarta, ya paling hanya sekitar 14% menyumbang kemacetan. Jadi tidak pengaruh banyak memecah kemacetan perjalanan atlet," kata Azas lagi.

Oleh karena itu, ada beberapa skenario yang disusun Fakta untuk mengurangi kemacetan perjalanan atlet Asian Games, yaitu, pertama meningkatkan tarif parkir semahal mungkin, seperti Cina saat Olimpiade menaikkan tarif parkir sampai 5 kali lipat.

Kedua, melarang kendaraan pribadi lewat pada jalan rute perjalanan atlet selama penyelenggaraan Asian Games. Terakhir, menata ulang rute angkutan massal yang ada untuk membantu skenario kedua.

Usulan untuk meliburkan sekolah dan perkantoran selama Asian Games 2018 digagas oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ferdiansyah. Ia mengatakan hal itu bertujuan untuk melancarkan lalu lintas kontingen seluruh atlet selama penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta.

Namun, Ferdiansyah ingin kebijakan libur itu dikaji terlebih dahulu menyusul adanya ketetapan Dewan Olimpiade Asia (OCA) yang mengharuskan waktu tempuh dari Wisma Atlet Kemayoran menuju Kompleks GBK Senayan maksimal selama 35 menit.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra