Menuju konten utama
27 Maret 1998

Sejarah Obat Kuat Viagra: Lekas Naik, Cepat Loyo

Bisnis Viagra mirip ereksi: cepat naik sampai puncak, stabil untuk beberapa lama, dan perlahan menurun.

Sejarah Obat Kuat Viagra: Lekas Naik, Cepat Loyo
Ilustrasi Viagra. tirto.id/Deadnauval

tirto.id - Mulanya sildenafil sitrat jadi obat sakit jantung. Pada 1990-an, ketika obat itu diuji klinis, para relawan melaporkan bahwa mereka justru mengalami peningkatan ereksi beberapa hari setelah meminumnya. Fakta medis tersebut menginspirasi Pfizer, perusahaan farmasi di Inggris untuk menjadikan obat jantung itu sebagai obat kuat ereksi. Pfizer menamainya Viagra. Tapi di Indonesia nama merek ini menjadi sebutan umum bagi semua jenis obat kuat tahan lama.

Pada 27 Maret 1998, tepat hari ini 21 tahun lalu, Food and Drug Administration (FDA) mengizinkan peredaran legal Viagra sebagai obat disfungsi ereksi. Pada minggu-minggu awal penjualan Viagra di apotek-apotek AS, lebih dari 40 ribu Viagra diresepkan. Pil biru kecil itu laku keras. Angka pendapatan pada tahun pertama diperkirakan menembus 788 juta dolar AS.

Angka penjualan fantastis ini menjawab persoalan masalah disfungsi ereksi yang menjangkiti pria-pria di Amerika saat itu. Pada penelitian sebelumnya, tahun 1994, H.A. Feldman dalam Journal of Urologi menyebutkan 33 juta dari 100 juta pria di AS mengalami masalah disfungsi ereksi. Dengan kehadiran Viagra, pria-pria tunadaya itu seperti diberi obor harapan untuk melampiaskan libido mereka.

Harapan besar publik terhadap Viagra juga didukung dengan promosi besar-besaran Viagra. Untuk promosi itu, pada 1998, Pfizer sampai mengeluarkan 102 juta dolar AS atau sekitar 14 persen dari total anggaran Pfizer. Setahun berikutnya, Pfizer membelanjakan 52 juta dolar AS untuk iklan. Promosi Viagra ini disebut-sebut sebagai promosi terbesar dalam sejarah obat-obatan di Amerika karena menggunakan segala jenis promosi dari iklan media, pelatihan, dan contoh produk gratis yang dibagikan sekitar 5.400 sales.

Ditambah lagi dengan testimoni-testimoni dari tokoh papan atas AS yang turut menambah daya gedor Viagra di pasaran obat. Pfizer menyewa Bob Dole, mantan calon presiden AS untuk iklan televisi yang bertujuan meningkatkan kesadaran impotensi pria. Di televisi, promosi Viagra juga “menumpang” pada serial drama televisi populer saat itu seperti Sex and the City dan The Man, Myth, The Viagra.

Pada 2000, hasil dari segala jurus promosi itu, Viagra berhasil menguasai 92 persen pasar obat disfungsi ereksi seluruh dunia. Sementara penjualan Viagra diperkirakan bisa menembus 1,344 miliar dolar AS.

Tantangan Mengadang Viagra

Di tahun itu pula Viagra diterpa masalah. Pada sesi penghargaan ilmiah di American College of Cardiologi, 14 Maret 2000, Dr. Sanjay Kaul menyajikan hasil penelitian mengejutkan. Menurutnya, 522 pasien meninggal saat mengonsumsi Viagra pada tahun pertama obat itu beredar di pasaran.

"Data kami muncul untuk menunjukkan bahwa ada jumlah kematian yang relatif tinggi dan kejadian kardiovaskular buruk terkait dengan penggunaan Viagra. Saya ingin menekankan bahwa tidak ada cara yang kita upayakan untuk menyiratkan hubungan sebab-akibat," kata Kaul kepada WebMD saat itu.

Dr. Ian Osterloh, Direktur Program Uji Klinis di Pfizer, menyanggah penelitian itu. "Viagra sangat aman—jika diresepkan sesuai dengan petunjuk—untuk pria penderita disfungsi ereksi," katanya seperti dikutip USA Today.

Nyatanya setelah kontroversi itu, Viagra tetap beredar di pasaran. Masalah terberat Viagra justru terjadi tiga tahun setelahnya ketika FDA memberikan izin edar Cialis (2003) dan Levitra (2004). Keduanya menggerogoti dominasi Viagra di pasaran obat kuat. Kehadiran kedua kompetitor ini setidaknya berpengaruh terhadap pendapatan Viagra. Meski masih menjadi market leader obat disfungsi ereksi, pangsa pasar Viagra diperkirakan menurun hingga 45 persen.

Catatan Statista, pendapatan Viagra pada 2003 sempat tembus 1,8 miliar dolar AS tapi setahun berikutnya melempem ke angka 1,6 miliar dolar AS.

Statista juga membuktikan pada periode 2011-2015 pendapatan Viagra fluktuatif. Sebagai contoh pada 2011 pendapatan Viagra secara global bisa mencapai 1,9 miliar dolar AS tapi kemudian menurun menjadi 1,7 miliar dolar AS. Sebaliknya pada periode yang sama Cialis justru menunjukkan peningkatan. Pendapatan Cialis meningkat dari 1,8 miliar dolar AS pada 2011 menanjak ke angka 2,3 miliar AS pada 2015.

Di sisi lain, regulasi terutama hak paten di sejumlah negara membuat pasar Viagra menjadi terbatas. Yinlian Liu di Journal of Intellectual Property Right (2013) menyebutkan negara-negara seperti Australia, Kanada, Inggris, dan Cina memberikan batasan hak paten terhadap Viagra. Di Cina, contohnya, hak paten Viagra dibatasi sampai dengan 20 tahun.

Pfizer, kata Liu, telah berusaha mendapatkan hak paten eksklusif Viagra yang berlaku di seluruh dunia, namun mendapat tantangan di banyak negara. Usaha Pfizer ini terkait dengan potensi nilai pasar Viagra yang besar. Sesuai laporan dari Pfizer, pada 2010-2012, rata-rata pendapatan Viagra sekitar 2 miliar dolar AS.

Namun, kata Liu, persoalannya bukan cuma itu. Viagra, menurutnya, sebenarnya bukan obat yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, tapi cenderung menjadi obat gaya hidup.

Senada dengan analisa Liu, Transparency Market Research (TMR) pada 2015 menyebutkan berakhirnya hak paten Viagra, terutama di luar AS pada 2013, telah menyebabkan penurunan substansial dalam penjualan obat ini.

Selain itu, meningkatnya prevalensi penyakit menular seksual di kalangan pengguna narkoba yang mengalami disfungsi ereksi akan lebih menantang pasar. Di sisi lain, faktor-faktor seperti meningkatnya kesadaran kesehatan dan pendidikan pasien berdampak pada penjualan obat kuat.

Infografik Mozaik Obat Kuwwwat

Infografik Mozaik Obat Kuwwwat

Diprediksi Menurun

Dengan acuan fakta seperti itu, TMR memprediksi pasaran obat disfungsi ereksi akan menurun dalam beberapa tahun mendatang karena ancaman dari obat palsu. Kendati demikian, menurut TMR, Viagra diprediksi akan tetap memegang 45 persen pangsa terbesar di pasar obat disfungsi ereksi pada skala global.

Di AS, Viagra akan terus memegang pasar obat disfungsi ereksi global karena paten ekstensi eksklusivitas sampai 2020. Sementara Cialis (tadalafil) yang memegang pangsa terbesar kedua di pasar diprediksi akan mengalami menyusut pendapatan sekitar 12,6% sampai dengan 2019.

Apapun analisisnya, Viagra ataupun Cialis merupakan suplemen yang didamba kaum tunadaya. Termasuk mereka yang sudah lanjut usia tetapi masih memiliki dorongan seksual yang tinggi sebagaimana dialami bos majalah Playboy Hugh Hufner. Pria yang mengaku pernah bersetubuh dengan 2.000 perempuan itu mengaku pengguna aktif Viagra.

“Saya bercinta beberapa kali seminggu, dan saya mengambil Viagra ketika saya hendak bercinta,” katanya kepada New York Times pada 2010. “Saya akan mengatakan pada usia 84 itu [Viagra sangat] membantu. Ini pembantu kecil Tuhan.”

==========

Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 1 September 2016 dengan judul "Viagra yang Mulai Loyo". Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca juga artikel terkait OBAT KUAT atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Bisnis
Penulis: Agung DH
Editor: Ivan Aulia Ahsan & Nurul Qomariyah Pramisti