Menuju konten utama

Update Corona Indonesia & Dunia 26 Februari: 8 Ribu Kasus Baru RI

Update corona hari ini, Jumat 26 Februari 2021 di Indonesia dan dunia. 

Update Corona Indonesia & Dunia 26 Februari: 8 Ribu Kasus Baru RI
Vaksinator menunjukkan vaksin COVID-19 Sinovac saat pelaksanaan vaksinasi COVID-19 gelombang II di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/2/2021). ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww.

tirto.id - Update corona Indonesia dan dunia terus menunjukkan data peningkatan yang cukup signifikan. Menurut laporan data dari situs Worldometers, hingga Jumat, 26 Februari 2021 pukul 15.00 WIB, angka kasus secara global telah mencapai 113,550,915 dengan 2,519,328 kematian.

Saat ini ada sebanyak 21,896,224 kasus aktif di seluruh dunia, dengan jumlah pasien yang telah dinyatakans embuh dari COVID-19 sebanyak 89,135,363 orang.

Amerika Serikat masih bertengger di urutan pertama sebagai negara dengan jumlah kasus tertinggi di dunia, yaitu sebanyak 29,052,262 dengan 520,785 kematian.

India di urutan kedua per hari ini mencatatkan 453 kasus baru dengan jumlah kematian mencapai 156,861 dan total jumlah kasus sebanyak 11,063,491.

Negara ketiga dengan jumlah kasus terbanyak yaitu Brasil dengan 10,393,886 kasus, disusul Rusia dengan 4,212,100.

Inggris berada di urutan ke-5 dengan jumlah kasus mencapai 4,154,562 dan Prancis di urutan ke-6 dengan 4,154,562 kasus.

Sementara itu, Indonesia masih berada di 20 besar, tepatnya di urutan ke-18 dunia dengan total kasus mencapai 1,314,634.

Menurut data dari laman covid-19.go.id, saat ini asa sebanyak 157.705 pasien yang sedang dirawat akibat COVID-19. Jumlah pasien yang meninggal dunia ada 35.518 orang, dan yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 1.121.411.

Hingga pukul 13.40 WIB, per hari ini Indonesia mencatatkan kasus baru sebanyak 8.493.

DKI Jakarta adalah provinsi dengan jumlah kasus terkonfirmasi paling banyak di Indonesia yaitu 317.432 dan 295.945 di antaranya telah dinyatakan sembuh.

Jumlah angka kematian tertinggi ada di Jawa Timur yaitu sebanyak 8.197 pasien dan jumlah pasien paling banyak dirawat saat ini yaitu Jaw tengah dengan 46.147 orang.

Studi Baru: Rambut Rontok Salah Satu Gejala Utama Long COVID-19

Hampir setahun telah berlalu sejak novel coronavirus melanda dunia kita dan membuat semua orang merasa khawatir.

Meski ada banyak penelitian dan berbagai vaksin yang diluncurkan, ketakutan dan implikasi kerusakan yang disebabkan oleh virus mematikan itu masih ada di antara kita.

Konon, COVID sudah lama menjadi salah satu masalah yang menghinggapi saat ini, mengingat pasien COVID-19 masih terus mengalami komplikasi lama setelah sembuh.

Menurut sebuah penelitian baru-baru ini yang dilakukan The Lancet, beberapa penyintas COVID telah melaporkan kerontokan rambut sebagai salah satu efek jangka panjang dari SARs-COV-2.

Apa itu "Long COVID" dan berapa lama bertahan?

Dikutip Times of India, long COVID adalah istilah yang digunakan untuk menentukan gejala yang dihadapi oleh orang-orang dan efek virus corona pada berbagai individu selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah penyakit awal.

National Institute for Health and Care Excellence (NICE) melaporkan, COVID bertahan lama selama lebih dari 12 minggu. Namun, penelitian lain mengklaim bahwa gejala dapat berlangsung selama lebih dari delapan minggu untuk menjadi long COVID.

Kantor Statistik Nasional (ONS) menyebutkan, satu dari lima pasien virus korona menunjukkan gejala selama lima minggu atau lebih.

Studi The Lancet ini mengklaim bahwa orang yang selamat dari COVID menghadapi gejala bahkan setelah enam bulan pemulihan, di mana rambut rontok menjadi sumber perhatian utama.

Meskipun alopecia atau rambut rontok mungkin merupakan masalah umum yang dihadapi oleh banyak orang di seluruh dunia karena berbagai alasan, temuan baru-baru ini menunjukkan bahwa hal itu mungkin merupakan gejala virus corona.

Berdasarkan penelitian dari The Lancet, seperempat penyintas COVID mengeluhkan rambut rontok sebagai efek samping utama COVID-19.

Para peneliti yang melakukan penelitian mengevaluasi 1.655 pasien yang dirawat di rumah sakit di Wuhan, Cina.

Hasilnya, 359 orang (22%) pernah mengalami kerontokan rambut enam bulan setelah dipulangkan serta rambut rontok lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

Selain rambut rontok, temuan penelitian juga melaporkan prevalensi gejala seperti kelelahan atau kelemahan otot, kesulitan tidur, dan kecemasan atau depresi.

"Pasien yang sakit parah selama tinggal di rumah sakit memiliki gangguan kapasitas difusi paru yang lebih parah dan manifestasi pencitraan dada yang abnormal, dan merupakan populasi target utama untuk intervensi pemulihan jangka panjang," lapor The Lancet.

Sementara rambut rontok dilaporkan pada 22% pasien, 26% mengeluhkan kesulitan tidur dan kecemasan serta depresi dilaporkan pada 23% pasien.

Baca juga artikel terkait UPDATE CORONA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH