Menuju konten utama

Upaya Kemenkes Cegah Penyebaran Cacar Monyet di Pelabuhan & Bandara

Batam dan Bali menjadi dua wilayah yang sudah menaikkan kesiapsiagaan terhadap Monkeypox, karena lalu lintas penumpang dari Singapuran dan mancanegara terbilang banyak masuk ke dua wilayah ini.

Upaya Kemenkes Cegah Penyebaran Cacar Monyet di Pelabuhan & Bandara
Petugas memantau suhu badan penumpang yang melewati alat pemindai suhu tubuh di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (16/5/2019). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/ama.

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memberi arahan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), rumah sakit dan puskesmas untuk mewaspadai penyebaran penyakit Monkeypox atau cacar monyet. Instruksi itu disampaikan melalui surat edaran tentang Kewaspadaan Importasi Penyakit Monkeypox sejak 13 Mei 2019.

Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Anung Sugihantono Monkeypox atau MPX pertama kali muncul di Singapura, awal Mei 2019. Penyakit itu terjangkit pada seorang warga Nigeria yang sedang berkunjung ke negara tersebut.

Anung menuturkan potensi penyebaran penyakit Monkeypox perlu diwaspadai lantaran letak geografis Singapura yang tak jauh dari Indonesia.

"Daerah Indonesia yang paling dekat dengan Singapura adalah Batam. Dinkes dan UPT Kemenkes di sana, baik itu KKP, RS, dan Puskesmas, kami imbau untuk waspada. Terutama KKP yang menjadi pintu keluar masuk warga negara Singapura," ujar Anung di kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Kamis (16/5/2019).

Anung mengimbau setiap rumah sakit dan puskesmas untuk menyebarkan informasi mengenai Monkeypox. Tenaga kesehatan saat memberikan layanan juga diimbau menggunakan alat pelindung diri, minimal masker dan sarung tangan.

Merujuk data Sistem Karantina Kesehatan (Sinkarkes) dari Januari hingga 10 Mei 2019, Anung mengatakan kedatangan kapal ke Indonesia terbanyak adalah dari Singapura, yakni 18.176 kapal. Ia menambahkan jumlah penerbangan dari Singapura juga cukup banyak sehingga kemungkinan penyebaran penyakit Monkeypox bisa terjadi.

Batam Tingkatkan Kewaspadaan

Kepala Badan Pelabuhan Laut Badan Pengusahaan (BP) Batam, Nasrul Amri Latif mengatakan aktivitas tenaga kesehatan di lima pelabuhan internasional Batam ditingkatkan buat mewaspadai penyebaran Monkeypox.

"Mereka standby dengan mengoperasikan indikator suhu tubuh," ujar Nasrul kepada reporter Tirto, Kamis (16/5/2019).

Batam memiliki lima pelabuhan bertaraf internasional yakni Terminal Ferry International Batam Center, Harbour Bay Ferry Terminal, Pelabuhan Sekupang, Nongsa Pura, dan Teluk Senimba. Menurut Nasrul, trafik kapal yang mengangkut penumpang dari dan menuju Singapura cukup tinggi.

"Penumpang yang traffic-nya Batam-Singapura hampir 6 juta dalam sehari," ujarnya.

Petugas kesehatan mengecek setiap penumpang yang datang dari Singapura dengan alat pemindai suhu. Bagi penumpang yang suhu tubuhnya terdeteksi 37 derajat celcius maka akan diperiksa lebih lanjut.

"Itu sudah mulai dilakukan. Sama seperti ketika waktu itu wabah SARS," kata dia.

Belum Ada Temuan Monkeypox

Hal serupa juga dilakukan di Bali, daerah yang menjadi tujuan turis mancanegara. Pencegahan Monkeypox dilakukan di setiap gerbang kedatangan internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai.

"Sejauh ini belum ada temuan Monkeypox. Sampai detik ini relatif aman," ujar Kepala Bidang Upaya Kesehatan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, Putu Alit Sudarma saat dihubungi reporter Tirto.

Sudarma mengatakan alat pemindai suhu sudah lama dipasang untuk mengantisipasi penyebaran berbagai penyakit, salah satunya meningitis.

"Kami juga mengawasi meningitis untuk mendeteksi yang datang dari Jazirah Arab. Kalau yang dari Singapura untuk memeriksa Monkeypox," ujarnya.

Sudarma mengatakan setiap penumpang akan diarahkan menuju alat pemindai suhu. Penumpang yang terdeteksi memiliki suhu tubuh melebih 37 derajat celcius akan dibawa ke klinik diperiksa lebih lanjut. Penumpang yang dinyatakan positif Monkeypox akan dirujuk ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar.

Tim kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, dan petugas surveilans melakukan pemeriksaan selama 24 jam. Tim tersebut terdiri dari enam sampai delapan petugas dalam satu giliran jaga.

"Itu karena traffic dan potensinya lebih besar di bandara. Kalau dilihat dari traffic-nya bisa mencapai 49 ribu orang setiap hari," ujar Sudarma.

Baca juga artikel terkait CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Gilang Ramadhan & Mufti Sholih