Menuju konten utama

Upaya Erick Thohir Pulihkan Garuda Indonesia Dinilai Sudah Tepat

Beberapa langkah yang diupayakan Menteri BUMN Erick Thohir untuk memulihkan kondisi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dinilai sudah tepat.

Upaya Erick Thohir Pulihkan Garuda Indonesia Dinilai Sudah Tepat
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan keterangan pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (6/1/2022). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.

tirto.id - Langkah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk melaksanakan restrukturisasi dan memulihkan kinerja perusahaan masih terus dilakukan. Beberapa upaya yang dilakukan oleh Menteri BUMN Erick Thohir untuk efisiensi maskapai yang sudah berdiri sejak 1949 itu dinilai sudah tepat.

Menurut dosen dari Universitas Andalas, Asrinaldi juga mengatakan langkah yang diambil oleh Erick untuk menyelamatkan Garuda Indonesia sudah tepat. Yakni, melalui perombakan direksi yang akan menghasilkan kebijakan baru.

“Kalau saya melihat, persoalan Garuda ini kan dari awal ialah tentang kebijakan direksi, dan ketika mengganti direksi dengan yang baru, menghasilkan kebijakan baru, ini adalah langkah strategis. Karena direksi baru akan menghasilkan kebijakan baru yang lebih fundamental, yang bisa menyelamatkan Garuda dari keterpurukan,” ujar dia, melalui rilis yang diterima Tirto, Jumat (7/1/2022).

Erick dinilai cukup transparan terhadap kondisi yang tengah dialami oleh Garuda Indonesia. Atas hal ini, ia menilai Erick yang juga menjabat sebagai Ketum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) menjunjung tinggi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

“Ini memang sudah complicated persoalannya, tidak di zaman Erick saja, mungkin sebelumnya sudah bermasalah. Menjadi pertanyaan publik ketika Garuda yang menjadi maskapai besar Indonesia ada persoalan markup serta korupsi,” tambah Asrinaldi.

Beberapa langkah yang diinisiasi Erick seperti merombak direksi hingga menghasilkan kebijakan seperti memangkas rute yang tidak menguntungkan dan pengurangan armada untuk mengurangi beban keuangan.

“Apa yang diupayakan oleh Erick dalam konteks ini ialah memperbaiki bagaimana kinerja Garuda jadi lebih baik. Mungkin karena masih baru kita belum bisa melihat hasilnya, tapi dari upaya yang dilakukannya mulai dari mengefesiensikan, mencoba ganti direksinya, menutup penerbangan internasional yang tak strategis, saya pikir itu suatu langkah bijak, yang akan kita lihat 1-2 tahun ke depan hasilnya,” tandas dia.

Skema penyelamatan dilakukan Garuda Indonesia di awal tahun 2022 yakni mengimbau para kreditur untuk mengoptimalkan periode pendaftaran kewajiban usaha pada tahapan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sementara yang tenggat waktunya akan berlangsung hingga 5 Januari 2022. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam keterangannya, Selasa (4/1/2022).

“Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan dalam mengintensifkan komunikasi bersama kreditur dalam tiap tahapan proses PKPU yang kini tengah berlangsung,” kata Irfan.

Irfan mengatakan, proses pendaftaran administratif berupa penagihan kewajiban usaha tercatat dan penyertaan dokumen penunjang pada tahapan PKPU, sementara ini akan diikuti proses praverifikasi yang nantinya berlangsung dari 6 Januari hingga 18 Januari 2022.

Selain itu, sebelumnya Garuda Indonesia juga sudah melakukan restrukturisasi, mengurangi jumlah pesawat sampai memangkas jumlah karyawan demi meringankan beban keuangan. Langkah-langkah tersebut tidak terlepas dari saran Kementerian BUMN.

Irfan menegaskan status PKPU bukanlah proses kepailitan. Proses ini memberikan ruang bagi Garuda untuk bernegosiasi dengan kreditur dalam koridor hukum.

Garuda Indonesia saat ini hanya mengoperasikan 53 dari 142 pesawat yang dimiliki. Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia pada Agustus 2021, 89 pesawat lain diberhentikan selama masa pandemi COVID-19.

Perusahaan telah merampungkan laporan keuangan tahun buku 2020. Dalam laporan tersebut, Garuda mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp21 triliun dengan kurs Rp15.000 per dolar AS.

Garuda Indonesia juga mencatatkan penurunan beban operasional penerbangan sebesar 35,13% menjadi 1,6 miliar dolar AS dibandingkan 2019 yang sebesar 2,5 miliar dolar AS. Hal tersebut turut ditunjang oleh langkah strategis efisiensi biaya, yang salah satunya melalui upaya renegosiasi sewa pesawat maupun efisiensi biaya operasional penunjang lain yang saat ini terus dioptimalkan oleh perusahaan, kata Irfan. Melalui upaya tersebut, saat ini Garuda Indonesia berhasil melakukan penghematan beban biaya operasional hingga 15 juta dolar AS per bulan.

Baca juga artikel terkait GARUDA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri