Menuju konten utama

Untung Rugi Indonesia Turun Kelas Jadi Negara Berpenghasilan Rendah

Bank Dunia menurunkan Indonesia dari kategori negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income) pada 2020.

Untung Rugi Indonesia Turun Kelas Jadi Negara Berpenghasilan Rendah
Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek infrastuktur di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (3/4/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto.

tirto.id - Bank Dunia (World Bank) menurunkan Indonesia dari kategori negara berpenghasilan menengah ke atas (upper middle income) pada 2019 menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income) pada 2020. Dari publikasi yang diperbarui setiap 1 Juli tersebut, Bank Dunia mencatat Pendapatan Nasional Bruto (GNI) Indonesia turun dari 4.050 dolar AS menjadi 3.870 dolar AS.

Penurunan status Indonesia lantaran dampak pandemi COVID-19 yang memukul penghasilan masyarakat. Penilaian Bank Dunia mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar mata uang, dan pertumbuhan populasi yang dipengaruhi oleh GNI per kapita.

Kondisi Indonesia turun kelas sudah diprediksi oleh Tim Kajian Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS). Ada sejumlah dampak yang akan dialami Indonesia dari penurunan peringkat tersebut.

“Kita akan lebih gampang mencari pinjaman yang murah karena Indonesia dianggap masih belum mampu untuk mencari sumber pembiayaan yang lain sehingga Indonesia kalau datang ke World Bank, Islamic Development Bank, Asian Development Bank China Development Bank akan lebih gampang untuk mendapatkan pinjaman,” jelas Direktur CELIOS Bhima Yudhistira kepada Tirto, Kamis (8/7/2021).

Selain itu, jika Indonesia berada di posisi lower middle, kata Bhima, dari sisi perdagangan juga Indonesia akan memiliki banyak fasilitas kemudahan perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk, yang diberikan secara unilateral atau GSP.

“Kalau perdagangan kita masih dapat fasilitas kayak GSP dari Eropa dan Amerika,” jelas dia.

Namun, Bhima mengingatkan, tentu ada dampak negatif dari penurunan peringkat ini, yaitu Indonesia tidak akan memiliki posisi yang strategis di bidang kerja sama internasional. Indonesia hanya akan dipandang sebagai negara yang relatif pasif dalam geopolitik global dalam menentukan kebijakan kebijakan ekonomi global.

“Kemudian konsekuensinya lagi jangka panjang adalah mengenai utang, saat ini saja utang Indonesia sedang dalam fase kritis ya, apalagi dengan turunnya status ya lebih banyak opsi pinjaman yang murah makin nge-gas lagi utangnya,” jelas dia.

Dampak lain yang paling terasa kepada masyarakat adalah sulitnya meningkatkan taraf ekonomi untuk naik ke level sejahtera. Kasus seperti generasi sandwich dan orangtua yang miskin kemungkinan akan terus terjadi dan menjadi hal umum.

“Kita akan tua sebelum kaya, artinya jumlah demografi kita yang cukup produktif yang cukup besar ya itu bisa lewat begitu saja potensi itu, lapangan kerja enggak sebanyak orang yang butuh. Banyak pengangguran banyak orangtua yang buruh subsidi dari pemerintah industri manufakturnya loyo. Generasi sandwich jadi fenomena umum,” terang dia.

Terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, berpandangan, ada dampak lebih serius bagi Indonesia sebagai sebuah negara, target Indonesia menjadi negara maju akan semakin lama tercapai.

“Upaya kita untuk menjadi negara dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi menjadi negara maju itu lebih susah lagi, karena ini kan upper middle itu kan dari US$4.050 itu kan batas bawah, untuk menjadi negara maju pendapatan per kapitanya harus US$12.000,” jelas dia kepada Tirto, Kamis (8/7/2021).

Posisi Indonesia sebagai negara lower middle income sudah berlangsung selama 25 tahun, Faisal menjelaskan Indonesia berpotensi terperangkap dalam middle income.

“Itu agak susah untuk naik kelas jadi negara maju, jadi negara yang high income seperti Korea ya. Karena syaratnya kan sebelum ada pandemi itu kita harus tumbuh 8% per tahun, itu sebelum pandemi. Kan setelah pandemi kita terkontraksi, nah, pertumbuhan kita boro-boro 8% per tahun malah minus,” jelas dia.

Bank Dunia membagi perekonomian menjadi empat grup besar berdasarkan pendapatannya: low, lower-middle, upper-middle, dan high income. Klasifikasinya diperbarui setiap tanggal 1 Juli, dan didasarkan pada GNI per kapita dalam USD terkini.

Tercatat ada tujuh negara yang mengalami penurunan, salah satunya Indonesia. Dengan GNI per kapita yang turun dari 4.050 dolar AS ke 3.870 dolar AS, maka Indonesia turun dari upper-middle menjadi lower middle-income.

Enam negara lainnya yang juga turun peringkat adalah Belize menjadi lower-middle income, Iran menjadi lower-middle income, Mauritius menjadi upper-middle income, Panama menjadi upper-middle income, Rumania menjadi upper-middle income, Samoa menjadi lower-middle income.

Baca juga artikel terkait EKONOMI INDONESIA 2021 atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri