Menuju konten utama

UMK Naik, 25 Pabrik Sepatu dari Jabar & Banten Relokasi Ke Jateng

Sejumlah pabrik sepatu di Banten saat ini tengah melakukan relokasi ke Jawa Tengah menyusul kewajiban Upah Minumum Kabupaten (UMK) dan Upah Minimum Sektoral (UMSK) yang semakin memberatkan pengusaha.

UMK Naik, 25 Pabrik Sepatu dari Jabar & Banten Relokasi Ke Jateng
Perajin menyelesaikan produksi sepatu di Sentra Sepatu Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/8/2019). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/ama.

tirto.id - Sejumlah pabrik sepatu di Banten saat ini tengah melakukan relokasi ke Jawa Tengah menyusul kewajiban Upah Minumum Kabupaten (UMK) dan Upah Minimum Sektoral (UMSK) yang semakin memberatkan pengusaha.

"UMK naik jadi tambahan beban industri karena bikin tidak kompetitif. Maka industri cari daerah agar tetap kompetitif,” ucap Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakri Anom saat dihubungi reporter Tirto, Senin (18/11/2019).

Firman menilai upah di Banten saat ini kurang kompetitif. Dia mengklaim total pengeluaran industri sepatu di Banten untuk tenaga kerja sudah mencapai Rp4,1 juta per orang per bulan demi memenuhi UMK dan UMSK.

Kondisi tersebut membuat pengusaha ingin merelokasi pabrik ke Jawa Tengah. Pasalnya, nilai UMK di Jateng masih berada di bawah Rp2 juta per bulan. Pengusaha menanamkan investasinya ke berbagai daerah seperti Majalengka, Cirebon, Brebes, hingga Temanggung dan Salatiga.

"Total tahun ini di data ada 25 pabrik yang [relokasi]. Sebagian besar dari Banten. Sebagian lagi dari Jawa Barat dan Jatim. Kalau di Jawa Barat itu Bekasi," ucap Firman.

Relokasi tersebut, lanjut Firman, membuat kebutuhan tenaga kerja di Jateng merangkak naik. Dalam catatannya, ada pabrik yang mulai merekrut 1.000-2.000 pekerja baru. Di tempat berbeda, jumlah karyawan di Banten terus berkurang.

Menurut Firman, relokasi pabrik cukup mendesak lantaran sektor alas kaki masuk dalam rantai pasok global, di mana bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Kamboja hingga Cina.

Namun demikian, relokasi pabrik tersebut juga tidak berjalan mulus. Pasalnya, kualitas SDM di Jateng juga belum sebaik di Banten atau Jabar. Apalagi, Jateng juga sebetulnya bukan daerah berbasis industri.

Pengusaha katanya masih harus melakukan pelatihan tambahan. Namun meski demikian, solusi itu katanya masih relatif lebih baik dari bertahan di Banten.

"Jadi pengusaha juga tetap harus melakukan pelatihan tambahan di Jateng. Namun itu masih lebih baik ketimbang harus bertahan dengan kondisi di Banten," ucap Firman.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI TEKSTIL atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Ringkang Gumiwang