Menuju konten utama

Umat Hindu di Bali Rayakan Hari Raya Galungan Hari Ini

"Bersatunya rohani dan pikiran yang jernih merupakan wujud dari pada Dharma dalam diri masing-masing. Sebaliknya segala kekacauan pikiran itu itulah yang dipercaya sebagai wujud Adharma (keburukan)."

Umat Hindu di Bali Rayakan Hari Raya Galungan Hari Ini
Sejumlah umat Hindu melakukan salah satu prosesi doa dalam upacara Hari Raya Galungan di situs cagar budaya Candi Ngempon, Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (1/11/2017). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

tirto.id - Umat Hindu Dharma di Bali merayakan hari Suci Galungan, hari raya besar dalam memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) yang berlangsung secara khidmat dan penuh kedamaian, Rabu (30/5/2018).

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan umat Hindu dapat memaknai Hari Suci Galungan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas diri dan patut bersyukur bisa merayakannya dengan khidmat.

Demikian pula Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri bersama Wakilnya I Wayan Artha Dipa secara khusus mengajak seluruh umat Hindu dimanapun berada untuk dapat memaknainya Hari Suci Galungan dengan senantiasa meningkatkan kesucian, pikiran, perkataan, maupun perilaku serta "sradha bakti" ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

"Bersatunya rohani dan pikiran yang jernih merupakan wujud dari pada Dharma dalam diri masing-masing. Sebaliknya segala kekacauan pikiran itu itulah yang dipercaya sebagai wujud Adharma (keburukan)," katanya dilansir Antara.

Hari raya Galungan diperingati setiap 210 hari sekali itu, ditandai dengan hiasan penjor dipajangkan di depan pintu rumah tangga masing-masing, sehingga sepanjang jalan di Pulau Dewata itu tampak semarak dengan hiasan penjor yang dilengkapi dengan hasil pertanian sebagai lambang kemakmuran.

Jalan-jalan raya sepanjang kota Denpasar tampak sepi dan lenggang, karena seluruh perkantoran instansi pemerintah dan swasta di Pulau Dewata libur (fakultatif) selama tiga hari berturut-turut, 29-31 Mei 2018.

Umat Hindu pria, wanita dan anak-anak pada hari istimewa itu mengenakan busana adat nominasi warna putih dan wanita menjunjung sesajen (sesaji) pergi ke Pura atau tempat suci keluarga (merajan) untuk mengadakan persembahyangan.

Oleh sebab itu, lanjutnya, melalui momentum Hari Raya Galungan, umat dapat merayakan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan), sekaligus mulai melaksanakan jalan kebaikan dan kebenaran sebagai tuntunan untuk menjalankan segala "Swadarmaning" kehidupan di dunia.

"Mari jadikan momentum Hari raya Suci Galungan dan Kuningan sebagai hari raya yang benar-benar mampu mengendalikan sifat-sifat keburukan (kebinatangan) dalam diri untuk menjadi sifat-sifat kebaikan (kedewaan), sehingga kemenangan Dharma yang sesungguhnya dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari," ujar Ayu Mas Sumatri.

Sementara itu, Bupati Jembrana I Putu Artha mengimbau masyarakat untuk menerapkan makna Hari Raya Galungan dan Kuningan dalam kehidupan sehari-hari, dengan harapan kehidupan yang dijalani menjadi sejahtera, rukun dan harmonis.

"Untuk itu perayaan Galungan serta Kuningan (Sabtu, 9/6/2018) menjadi sarana masyarakat untuk menjaga toleransi dan harmonisasi hubungan antarmanusia," ujarnya.

Oleh sebab itu seluruh bentuk ibadah yang dilakukan tidak akan berjalan tenang tanpa didukung oleh suasana yang aman dan nyaman. Untuk itu momentum Hari Raya Galungan dan Kuningan mampu membersihkan hati, semoga tetap dalam lindungan Ida Sanghyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, ujarnya.

Baca juga artikel terkait HARI RAYA GALUNGAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani