Menuju konten utama
5 November 2019

Ultah ke-60, Tak Ada Kata Pensiun Bagi Musisi Seperti Bryan Adams

Musikus Bryan Adams genap berusia 60 tahun pada hari ini, Selasa 5 November 2019.

Ultah ke-60, Tak Ada Kata Pensiun Bagi Musisi Seperti Bryan Adams
Penyanyi Bryan Adams tampil pada konsernya yang bertajuk "Bryan Adams Get Up" di Jakarta, Senin (16/1). Dalam aksinya Bryan Adams membawakan sejumlah lagu seperti Heaven dan (Everything I Do) I Do It For You. ANTARA FOTO/Charlie Sinaga/Adm/pd/17

tirto.id - Tepat pada hari ini, 5 November 2019, Bryan Adams merayakan ulang tahunnya yang ke-60. Sebagai musikus, Bryan Adams sudah merasakan segalanya sepanjang karier bermusiknya, mulai dari mencetak hits, tur ke berbagai negara, meraih penghargaan tertinggi Grammy Award. Dan tentu saja: memiliki banyak uang.

Bryan Adams adalah salah satu musisi Kanada terlaris sepanjang masa, karena berhasil menjual lebih dari 75 juta rekaman di seluruh dunia. Pada 2011 lalu, Bryan bahkan mendapat anugerah sebuah bintang di Hollywood Walk of Fame. Kini, namanya terpancang di sebuah trotoar, bersanding dengan ribuan nama artis dan karakter fiksi yang dianggap memberikan sumbangsih terhadap industri hiburan.

Terkait penghargaan itu, Bryan mengaku sama sekali tidak pernah membayangkan namanya bakal masuk di sana sejak pertama kali mengunjungi tempat itu di usia 16 tahun. Menurut Bryan, "mengagumi bintang-bintang dan menjadi bagian darinya" tidak pernah masuk dalam pikirannya, demikian seperti dilansir dari Hollywood Reporter.

Ikon National Hockey League (dan sesama warga Kanada) Wayne Gretzky memuji produktivitas Bryan Adams untuk musik yang ia tekuni selama bertahun-tahun dan karya amalnya. "Atas nama semua warga Kanada, selamat untuk Anda dan seluruh keluarga Anda," kata Gretsky.

Seperti tak mau besar sendiri, ia kemudian membangun The Bryan Adams Foundation sebagai bagian dari filantropisnya yang bertujuan untuk memajukan pendidikan dan pembelajaran bagi anak-anak dan remaja.

Jejak-jejak filantropisnya juga bisa dilihat dari sebagian konsernya seperti menjadi pembuka dalam konser Live Aid pada 1985 di JFK Philadelphia AS. Konser yang bertujuan untuk pengumpulan dana bagi penanggulangan kelaparan di Ethiopia ini juga digelar di Stadion Wembley London, yang kelak menobatkan Queen sebagai konser rock terbaik sepanjang masa. Meski demikian, konser ini sempat dilanda kontroversi. Dalam laporannya, Spin mengungkapkan dana yang berjumlah besar berpotensi tidak disalurkan ke tempat semestinya.

Selama turnya pada 1992-1994, Bryan juga menyelipkan kampanye untuk melindungi Paus di Samudra Selatan bersama Ketua Greenpeace David McTaggart. Mereka membagikan lebih dari 500 ribu kartu pos di konser-konser untuk mendorong orang-orang menulis surat kepada para politikus.

Pada bulan April 2019 lalu, Bryan juga turun langsung untuk melindungi paus di pantai lepas St Vincent dan Grenadines agar tidak terbunuh ketika pemburu Paus menombak di dalam zona konservasi. Selain itu, ia juga pernah menulis surat kepada CEO restoran KFC di Kanada untuk meminta mereka memakai metode pembunuhan ayam yang lebih modern dan manusiawi.

Tantangan Berkarya di Usia Tua

Tidak berlebihan jika kita menyebut rekam jejak Bryan sebagai satu dari impian banyak musisi baru. Jika merujuk pada jalur hidup orang kebanyakan, usia 60 adalah masa pensiun bagi pekerja di instansi, terutama bagi para PNS di pemerintahan. Begitu juga dengan para jenderal militer dan kepolisian, mereka sudah harus menggantung bintang dan pangkat yang dulu pernah mentereng di pundak mereka.

Tapi, hal itu tidak berlaku bagi para musikus seperti Bryan Adams. Pekerjaan sebagai musisi justru menuntut dirinya untuk selalu "resah" agar bisa menghasilkan karya-karya baik, yang tentu saja tidak pernah kenal dengan batas usia.

Ada banyak yang mengatakan, saat di usia tua, musisi akan tumpul dan mandul dalam menghasilkan karya. Sebab, selain kehilangan daya eksplorasi akibat kehabisan ide. Mereka juga akan kehilangan keresahan akibat kemapanan. Tapi benarkah demikian?

Kritikus musik, Jim Farber pernah mengulas soal ini dalam artikelnya di BBC. Ia membuka tulisannya melalui cara pandang Nick Lowe, perintis pop-punk di tahun 1970-an. Nick melihat banyak bintang pop yang lebih tua dengan campuran antara rasa malu dan takut. Dia menyebut mereka sebagai “orang-orang tua berambut menipis, yang masih melakukan hal sama ketika mereka masih muda, langsing dan cantik. Itu menjijikkan dan agak tragis."

Namun, kata Jim, Nick tidak hanya asal mengkritik. Sebab, ia terus menerapkan eksplorasi itu ke dalam dirinya. Di usia yang hampir 60, ia justru semakin menjadi seorang balada yang tulus. Hal itu, menurut Jim, terlihat dari karya-karyanya di album At My Age (2007).

Lowe tidak sendirian. Sebab, selama dekade terakhir ada banyak musisi yang masih menunjukkan bahwa talenta mereka terpelihara dengan baik dan mengalami pertumbuhan layaknya ketika mereka masih remaja. Ia merujuk pada Rolling Stones, Billy Joel, Paul McCartney, AC/DC dan lain sebagainya.

Namun, Jim tetap memberi catatan adanya perbedaan antara musikus yang terus berkarier hingga tua ini. Pertama, musisi tua yang terus merilis musik baru dan melakukan tur hanya atas perintah dolar. Kedua, musisi tua yang secara signifikan mengubah gaya klasik mereka dan terus mengeksplorasi ke tempat-tempat yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Dalam dua konteks itu, tentu saja bertambahnya usia Bryan Adams akan menjadi pertanyaan besar bagi kita. Apakah akan terus berkarier atas perintah dolar atau memilih bereksplorasi dengan hal-hal yang belum pernah ia lakukan? Jawabannya: Kita tunggu saja.

Baca juga artikel terkait BRYAN ADAMS atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Musik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH