Menuju konten utama

Tulang Punggung Pembangunan Nasional

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memperkirakan pertumbuhan konsumsi semen dalam negeri bakal meningkat  3-4% tahun ini

Tulang Punggung Pembangunan Nasional
ilustrasi proyek pembangunan jalan layang. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Saat pertama kali berkunjung ke Manado, Zulkifli Songyanan, 28 tahun, sempat dibikin jengkel oleh kelakuan Rully Rompas, 37 tahun, pengemudi Go-Jek yang didapuk jadi pemandu wisata. Pasalnya, setelah meminta Rully mengantarnya ke tempat-tempat yang ikonik di Bumi Nyiur Melambai—salah satunya Patung Yesus Memberkati di kawasan Citraland, Maralayang—alih-alih langsung menuju tempat yang dimaksud, Zul malah dibawa berpusing-pusing lebih dulu menyusuri Ring Road di siang bolong.

“Kalau Abang mau lihat tempat yang sedang hits di Manado, ya ini: jalan tol,” kata Rully, mantap.

Di Jawa, keberadaan jalan besar dan mulus yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain tentu bukan barang baru. Namun lain soal di wilayah timur Indonesia. Rully menjelaskan, seumur hidup, baru kali ini ia menyaksikan jalan tol membentang di tanah kelahirannya. “Makanya, kalau sore jalan ini ramai didatangi warga. Dan karena nanti Abang mau pulang, saya bawa mampir ke sini dulu biar Abang tidak menyesal.”

Jalan yang dibanggakan Rully dibangun dengan investasi Rp 5,2 triliun. Jalan sepanjang 39 KM tersebut terdiri atas dua seksi: Seksi I Ring Road Manado-Sukur-Airmadidi dan Seksi II Airmadidi-Bitung. Keberadaan jalan tersebut—kelak menghubungkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dan pelabuhan—adalah buah dari ambisi Joko Widodo membangun Indonesia dari pinggiran.

Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2015-2019, pemerintah menargetkan pembangunan 14 kawasan industri baru di luar Pulau Jawa serta pembangunan kawasan-kawasan industri di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI). Sementara di sektor properti, ambisi membangun dan membangun ditunjukkan pemerintah lewat dorongan menyediakan perumahan bagi masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah.

Dalam kondisi semacam itulah keberadaan perusahaan-perusahaan BUMN penopang pembangunan seperti Semen Indonesia menjadi vital. Holding BUMN pertama di Indonesia tersebut mencanangkan cita-cita mewujudkan kedaulatan pasokan semen nasional sekaligus menjadi perusahaan kebanggaan bangsa di kancah regional.

Kondisi Pasar

Panggah Susanto, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian 2013-2018, menyebut permintaan terhadap semen selalu meningkat setiap tahun lantaran didorong oleh pembangunan infrastruktur, baik jalan, perumahan, gedung bertingkat dan proyek lainnya.

“Pelaksanaan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dirancang pemerintah untuk periode 2011-2025 akan menggeser permintaan semen yang cukup besar ke luar Jawa,” tuturnya. Diketahui, selain proyek Ringroad Manado-Bitung, pemerintah juga berencana membangun jalur kereta api pertama di kawasan timur Indonesia yang menghubungkan Makasar-Para-pare.

Lepas dari catatan di atas, berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), konsumsi semen pada 2018 mencapai 75,2 juta ton, atau naik 8,6% dibanding penjualan tahun sebelumnya. Rinciannya: 69,51 juta ton diserap pasar domestik, sedangkan 5,7 juta ton sisanya adalah pasar ekspor.

Ketua ASI Widodo Santoso menjelaskan, di pasar domestik, penyerap terbesar semen adalah sektor perumahan (lebih dari 70%), sementara sisanya diserap oleh proyek dan infrastruktur. "Ini terlihat dari permintaan semen bag jauh lebih besar dari curah, dimana realisasi konsumsi tahun 2018 adalah 50,75 juta ton dalam bentuk semen bag (73%) dan semen curah 18,77 juta ton (27%)," katanya.

Di tahun 2019 ini, dengan anggaran untuk sektor infrastruktur yang masih melimpah serta pertumbuhan ekonomi di atas 5%, ASI memprediksi pertumbuhan konsumsi semen dalam negeri turut meningkat sekitar 3%-4%.

"Kami harapkan pembangunan infrastruktur, proyek-proyek strategis, pembangunan perdesaan, dan program sejuta rumah dari pemerintah tetap jalan. Properti juga diharapkan bisa tumbuh di tahun 2019, sehingga bisa meningkatkan permintaan semen di pasar dalam negeri," jelas Widodo.

Infografik Advertorial Semen Indonesia 2

Infografik Kokoh dan teruji semen indonesia. tirto.id/Mojo

Kesiapan Dukungan

Sadar bahwa pembangunan infrastruktur adalah hal yang niscaya—dan Semen Indonesia sebagai perusahaan milik negara punya tanggungjawab mendukungnya—pada 12 November 2018, melalui anak perusahaan PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB), Semen Indonesia melakukan upaya strategis dengan menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bersyarat untuk mengambil alih 80,64% kepemilikan saham PT Holcim Indonesia Tbk dari Holderfin B.V. Transaksi selesai pada 31 Januari 2019 dengan nilai US$ 917 juta atau setara Rp 12.96 triliun.

Selanjutnya, pada 11 Februari 2019, melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, perubahan nama PT Holcim Indonesia Tbk menjadi PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk disahkan.

Perlu diketahui, Holcim Indonesia merupakan perusahaan semen terbesar ketiga di Indonesia—setelah Semen Indonesia dan Indocement (Jerman)—dengan kapasitas 14,8 juta ton semen per tahun dan 30 fasilitas ready-mix. Holcim memiliki 4 pabrik yang berlokasi di Lhoknga (Aceh), Cibinong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), dan Tuban (Jawa Timur), serta dilengkapi terminal distribusi di Sumatera dan Kalimantan.

Gambaran demikian seolah mengatakan: segencar apa pun pemerintah melakukan pembangunan, Semen Indonesia siap memenuhi pasokan semen dalam negeri.

Rekam jejak Semen Indonesia sebagai tulang punggung pembangunan nasional telah terbukti. Sejumlah karya monumental negeri ini—menyebut beberapa bagunan—seperti Museum Tsunami di Aceh, Kelok Sembilan di Payakumbuh, Jembatan Gentala Arasy di Jambi, Monumen Nasional dan Masjid Istiqlal di Jakarta, Jembatan Suramadu di Selat Madura, Tol Laut Bali Mandara (tol laut pertama di Indonesia), Bendungan Bili-Bili di Gowa, Jembatan Merah Putih di Ambon, hingga Tugu Pancasila Skouw di Jayapura dibangun dengan menggunakan produk-produk Semen Indonesia.

Selain itu, produk-produk Semen Indonesia juga bisa kita rasakan manfaatnya pada sejumlah proyek yang disambut baik oleh masyarakat, misalnya: Terminal Ultimate 3 Bandara Soekarno Hatta, Tol Depok-Antasari, Tol Semarang-Bawen, dll. Sejumlah kampus besar di tanah air juga (Unair, Unesa, UGM, Unes, Unibraw, dll) turut menggunakan produk-produk Semen Indonesia.

Fakta demikian menunjukkan: sejak lama, sebagai perusahaan milik bangsa, Semen Indonesia sudah hadir di tengah kehidupan bersama masyarakat Indonesia. Kehadiran tersebut sekaligus membuktikan bahwa peran Semen Indonesia sebagai salah satu ruas tulang punggung pembangunan nasional teruji dari zaman ke zaman.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis