Menuju konten utama

Tugas Stabilisasi, Bulog Harus Bayar Bunga Utang Rp10 M per Hari

Bulog mendapat penugasan untuk importasi demi stabilisasi harga pangan, tetapi modalnya berasal dari pinjaman triliunan rupiah dengan bunga komersil.

Tugas Stabilisasi, Bulog Harus Bayar Bunga Utang Rp10 M per Hari
Pekerja memanggul karung beras Bulog di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (4/7/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.

tirto.id - Bulog diketahui terlilit utang dengan bunga sebesar Rp10 miliar per hari. Hal itu terjadi karena Bulog mendapatkan ditugaskan untuk melakukan stabilisasi harga dengan dana yang berasal dari pinjaman komersil.

Hal tersebut disampaikan Asisten Deputi Usaha Industri Agro dan Farmasi II Kementerian BUMN, Agus Suharyono dalam paparannya di “Ngopi BUMN” di Kementerian BUMN, Jumat (1/11/2019).

“Setiap bangun pagi pak Budi (Budi Waseso, Dirut Bulog), satu bunga itu catatan kami hampir Rp10 miliar per hari,” ucap Agus.

Ia menduga pangkal masalah ini berasal dari celah di Pasal 66 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang perlu ditinjau ulang karena kerap membebani BUMN. Pasal itu memungkinkan pemerintah memberi penugasan untuk stabilisasi harga pangan berupa Cadangan Beras Pemerintah (CBP) maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) padahal Bulog punya kewajiban mencari keuntungan.

Direktur Utama Bulog, Budi Waseso (Buwas) menyatakan kondisi ini memang sudah lama menjadi masalah. Ia bilang Bulog kerap mendapatkan penugasan untuk importasi demi stabilisasi harga pangan, tetapi modalnya justru berasal dari pinjaman triliunan rupiah dengan bunga komersil yang artinya sangat membebani.

Penugasan ini menjadi semakin pelik karena salah satu komoditas seperti beras yang diimpor masuk kategori CBP alias hanya bisa digelontorkan jika diperintahkan dan urgensi stabilisasi harga. Beras itu tidak boleh dijual untuk komersil sehingga harus disimpan, padahal jika mengendap di gudang terlalu lama, beras akan rusak atau turun kualitasnya.

“Sedangkan CBP ini tidak bisa dijual-belikan kecuali ada penugasan. Ada tenggat waktu kualitas akan turun lama gak dipakai ya rusak,” ucap Buwas.

Kalau pun tetap dijual, Buwas bilang Bulog tak menguasai pangsa pasar cukup besar dan berpotensi tidak laku. Penyebabnya beras yang diimpor Bulog kerap dipersepsikan memiliki kualitas buruk dan berkualitas rendah.

Untuk mengatasi hal itu, Buwas bilang Bulog saat ini sudah melakukan pembenahan seperti perbaikan sistem penyimpanan, pembaruan gudang sehingga bisa menjaga kualitas lebih lama, bahkan merambah pasar beras komersial.

Ia menuturkan sudah ada 50 jenis beras yang siap dipasarkan. Untuk beras yang akan disalurkan sebagai BPNT dan CBP sendiri, ia janjikan kualitasnya tetap dijaga sehingga bukan beras murahan.

“Tantangan saya sebagai dirut membalikan ini semua. Maka saya harus jaga kualitas,” ucap Buwas.

Baca juga artikel terkait BULOG atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti