Menuju konten utama

Tubuh Sintal yang Mulai Mengguncang Catwalk

Model-model plus size semakin menjamur dan sering menghiasi sampul majalah fashion maupun berlenggak-lenggok di atas catwalk. Mereka melawan standar kecantikan dunia modeling yang mengidealkan tubuh kurus.

Tubuh Sintal yang Mulai Mengguncang Catwalk
Model asal Amerika Ashley Graham. FOTO/Gotceleb

tirto.id - Badan Tess Holliday gemuk dan tak bisa dibilang tinggi untuk ukuran perempuan kaukasian. Maka, ia tak percaya isi pesan dari MILK Management di London, Inggris, yang menawarinya kesempatan untuk menjadi model. Tess tahu dirinya cantik, tapi 'si gendut' yang disematkan padanya sejak remaja membuatnya merasa tak layak menjadi model.

Tapi MILK Management tak sedang bercanda. Mereka benar-benar membutuhkan model bertubuh sintal, atau yang kini populer disebut 'curvy.' Kebetulan Tess memenuhi kriteria itu. Atas dorongan sang ibu, Tess kemudian menyanggupinya. Beberapa hari kemudian, ia menandatangani kontrak sebagai model paling gemuk dari MILK Management.

MILK paham bahwa sejak beberapa tahun sebelumnya tren model bertubuh curvy memang sedang diminati pasar. Mereka dinilai cocok berlenggak-lenggok di catwalk atau berpose di media sambil mengenakan baju dalam ukuran tubuh realistis, atau sebagaimana perempuan pada umumnya. Ini membantu para perempuan menemukan baju yang sesuai dengan tubuh mereka sendiri. Di sisi lain, para pekerja industri fashion juga lebih diuntungkan.

Desainer kenamaan Jean-Paul Gaultier dan John Galliano memakai model-model plus size saat memamerkan busana rancangannya di Paris pada tahun 2005 silam. Gaultier juga menyewa model plus size Marquita Pring dan Crystal Ress di ajang Ready to Wear Show edisi Spring 2011.

Rumah fashion khusus busana plus size asal Italia, Elena Miro. kini menampilkan model plus size secara reguler selama Fashion Week di Milan. Desainer Mark Fast dan William Tempest juga memakai jasa mereka di ajang London Fashion Week edisi Spring 2009. Begitupun saat keduanya ambil bagian di ajang All Walks Beyond the Catwalk pada 19 September 2009. Mark Fast melanjutkan proyeknya bersama para model sintal itu di edisi Fall 2010, Fall 2011, dan Spring 2012.

Di mata MILK Management, Tess dinilai memiliki masa depan menjadi seorang model plus size profesional. Setelah menjalani serangkaian sesi pemotretan, majalah People edisi 1 Juni 2015 dicetak dengan menampilkan foto Tess sebagai model sampulnya. Kedua tangannya berkacak pinggang, gaun hitam membalut tubuhnya yang sintal, rambut tergerai ke samping, dan senyum yang lebar ia pamerkan ke pembaca setia People.

Sejak saat itu ia resmi menyandang status sebagai model. Penggemarnya di akun media sosial melonjak drastis. Kini ia diikuti oleh lebih dari 600 ribu pengikut di Instagram dan lebih dari 800 ribu penggemar setia di Facebook.

Tess sadar bahwa ia dan model plus size lain juga menjadi simbol perlawanan bagi standar kecantikan yang selama ini dibentuk oleh industri modeling mainstream. Mereka bukan pengidap anoreksia yang bersedia memuntahkan makanan yang baru disantapnya atau menjalani diet ekstrem yang menyiksa diri hanya demi tubuh yang dianggap ideal. Mereka percaya diri dengan tubuh mereka sendiri dan tahu bahwa banyak perempuan di luar sana yang memiliki bentuk tubuh serupa.

Tess kemudian menciptakan tagar #effyourbeautystandards yang kurang lebih menyiratkan pesan “persetan dengan standar kecantikanmu”. Tagar yang sering ia tampilkan dalam keterangan di postingan-portingannya di media sosial itu kemudian viral, dan penerimaan publik cukup positif.

Tess tak sendirian. Model plus size lain seperti Barbie Ferreira atau Candice Huffine juga berusaha menyebarkan pesan yang sama bagi perempuan sedunia: memiliki tubuh yang sintal dan berisi justru memenuhi standar kecantikan baru.

Candice, model asal Amerika Serikat yang mentereng namanya setelah menjadi model majalah Vogue edisi Italia, menilai kesehatan dan kebugaran seseorang tak bergantung pada ukuran tubuhnya. Ia meyakini resep tersebut, sebab meski tubuhnya gemuk, Candice termasuk rajin olahraga dan memiliki pola makan yang normal.

Infografik Big Is beautiful

Propaganda Superkurus yang Tak Sehat

Apakah usaha Tess dan kawan-kawan menuai hasil yang diharapkan? Menurut penelitian Dr. Lynda Boothroyd dari University of Durham, jawabannya adalah iya. Semakin sering media massa memasang model plus size, maka semakin besar peluang untuk memutus mata rantai atas obsesi tak sehat banyak perempuan untuk memiliki tubuh kurus.

“Ada banyak bukti bahwa perempuan memang dikelilingi media yang setiap waktu menampilkan selebritas maupun model yang sangat kurus sehingga memengaruhi perilaku tak sehat perempuan remaja hingga dewasa,” kata Lynda kepada The Huffington Post.

"Meski kami belum yakin fenomena model plus size memiliki pengaruh jangka panjang atau tidak, namun hasil penelitian kami memang menunjukkan bahwa fenomena tersebut mampu mengurangi obsesi para perempuan atas tubuh yang kurus. (Penelitian) Ini benar-benar menampar wajah kita tentang betapa besarnya kekuatan media massa dalam mengekspos tubuh superkurus ke khalayak luas,” lanjutnya.

Penelitian tim yang dipimpin Lynda melibatkan 100 orang perempuan. Para responden ditunjukkan gambar-gambar model plus size yang memiliki ukuran baju minimal nomor 16. Hasil penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Public Library of Science ONE itu tak hanya menunjukkan perubahan persepsi responden atas tubuh, tapi juga mematahkan stigma yang selama ini beredar bahwa memiliki tubuh yang sintal dan berisi itu tak ideal.

Susan Ringwood, direktur eksekutif organisasi pemerhati pola makan tak teratur Beat, mengatakan inti dari penelitian tersebut terkait poin penting dalam kehidupan perempuan modern yang dibombardir oleh setidaknya 2.000 iklan tiap harinya. Sebagian besar dari paparan iklan tersebut menyertakan model dengan tubuh yang lebih kurus dari perempuan kebanyakan.

“Meningkatkan keragaman atas bentuk dan ukuran tubuh di media massa dapat menyeimbangkan kembali pandangan tentang tubuh kita sendiri dalam perspektif yang sehat secara emosional,” pungkas Susan.

Baca juga artikel terkait MODEL atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Maulida Sri Handayani