Menuju konten utama

Trump Provokasi Kim Jong-un Terkait Ukuran Senjata Nuklir Korut

Presiden Trump kembali campur tangan lewat tweet provokatif kepada Korea Utara usai duta besar AS untuk PBB Nikki Haley menolak rencana dialog Pyongyang dan Seoul.

Trump Provokasi Kim Jong-un Terkait Ukuran Senjata Nuklir Korut
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, didampingi Wakil Presiden Mike Pence. ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Erns

tirto.id - Donald Trump mengejek pemimpin Korea Utara mengenai ukuran persenjataan nuklirnya setelah utusan AS untuk PBB, Nikki Haley, menolak rencana perundingan tingkat tinggi yang diusulkan antara Pyongyang dan Seoul.

Presiden AS itu menggunakan pidato Tahun Baru Kim Jong-un sebagai dasar untuk tweet provokatif terbarunya terhadap pemimpin yang dia sebut sebagai "pria roket kecil." Trump, Rabu (3/1/2018) mengatakan "tombol nuklir" di Washington "jauh lebih besar dan lebih kuat” dari Kim, dan “tombol saya bekerja!”

Pesan Trump datang beberapa jam setelah Haley menjauhkan Gedung Putih dari rencana yang diusulkan antara Korea Utara dan Korea Selatan, dengan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan pembicaraan dengan serius jika Pyongyang tidak meninggalkan persenjataan nuklirnya.

Perhatian Haley tentang perundingan tingkat tinggi yang direncanakan antara Seoul dan Pyongyang sangat kontras dengan tanggapan pemerintah negara bagian yang lebih berhati-hati.

Gedung Putih dan departemen negara bagian membantah bahwa Korea Utara telah berhasil membuat kesepakatan dengan Korea Selatan dan AS, menyusul pernyataan Kim Jong-un untuk mengirimkan delegasinya ke Olimpiade Musim Dingin Pyeongchan pada Februari mendatang.

Namun ada kesenjangan yang jelas antara ucapan Haley dan kemauan pemerintah Seoul yang diungkapkan pada Selasa (2/1/2018) untuk mengadakan pembicaraan dengan Korea Utara "kapan saja dan tempatnya, dan dalam bentuk apapun."

Menteri unifikasi Korea Selatan, Cho Myoung-gyon, mengusulkan untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Korea Utara pada Selasa depan di desa perbatasan Panmunjom, tempat mereka terakhir mengadakan kontak dua tahun lalu.

"Kami berharap Korea Selatan dan Korea Utara bisa saling berhadapan dan mendiskusikan partisipasi delegasi Korea Utara di Olimpiade Pyeongchang, serta isu-isu lain yang menjadi kepentingan bersama untuk memperbaiki hubungan antar-Korea," kata Cho kepada wartawan di Seoul, menurut kantor berita Yonhap.

Menanggapi tawaran diplomatik ini, Haley mengatakan kepada wartawan di PBB. "Kami tidak akan melakukan pembicaraan dengan serius jika mereka tidak melakukan sesuatu untuk melarang semua senjata nuklir di Korea Utara."

"Kami menganggap ini sebagai rezim yang sangat sembrono," kata utusan AS tersebut seperti dilansir The Guardian. "Kami tidak berpikir membutuhkan Band-Aid, dan kami tidak berpikir perlu tersenyum dan berfoto.

Kami pikir harus menghentikan senjata nuklir mereka, dan mereka perlu menghentikannya sekarang. Jadi Korea Utara dapat berbicara dengan siapapun yang mereka inginkan, namun AS tidak akan mengakui atau membenarkannya sampai mereka setuju untuk melarang senjata nuklir yang mereka miliki. "

Haley mengatakan bahwa ada laporan bahwa Korea Utara mungkin sedang mempersiapkan peluncuran uji rudal baru dalam beberapa hari mendatang dan mengancam "tindakan yang lebih ketat" terhadap rezim tersebut jika melakukan pengujian.

Sejak menjabat hampir setahun yang lalu, pemerintah Trump telah mengirimkan beragam sinyal dramatis terkait kesiapannya mengadakan kontak dengan pemerintah Korea Utara.

Trump kadang-kadang menyatakan dirinya terbuka terhadap pembicaraan sementara pada kesempatan lain menolak hal itu karena tidak berguna. Ia pernah secara terbuka memperingatkan Tillerson bahwa dia "membuang-buang waktunya" mengadakan hubungan dengan Korea Utara.

Namun, sekretaris negara mengatakan bulan lalu bahwa AS akan "siap untuk berbicara kapan saja Korea Utara bersedia ... dan kami siap untuk mengadakan pertemuan pertama tanpa prasyarat."

Tawaran tersebut dengan cepat diingkari oleh Gedung Putih, yang mengesampingkan sebuah dialog dengan Pyongyang sampai "secara fundamental memperbaiki perilakunya." Tillerson kemudian meralat ucapan awalnya, mengatakan bahwa rezim tersebut harus "memperoleh jalannya" untuk melakukan pembicaraan.

Baca juga artikel terkait NUKLIR KOREA UTARA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari