Menuju konten utama

Tribute to Nukman Luthfie: Mengenang Kembali Sang Pegiat Medsos

Salah satu pembicara Diskusi Senja 'Tribute to Nukman Luthfie' Kalis Mardiasi menyebutkan belum ada orang yang bisa menggantikan posisi Nukman sebagai Bapak Media Sosial.

Tribute to Nukman Luthfie: Mengenang Kembali Sang Pegiat Medsos
Pemimpin redaksi tirto.id A. Sapto Anggoro (kanan) berfoto bersama Kolumnis Kalis Mardiasih (keenam dari kanan), Penggiat Media Sosial Blontank Poer (dua kanan) dan para peserta Diskusi Senja 'Tribute to Nukman Luthfie' di Padepokan Asa, Sleman, Sabtu (2/2/2019). tirto.id/Dhita S. Koesno

tirto.id - Kepergian Pegiat Media Sosial Nukman Luthfie masih meninggalkan kesan mendalam bagi sebagian orang, salah satunya Kolumnis Kalis Mardiasih yang hadir sebagai pembicara Diskusi Senja 'Tribute to Nukman Luthfie' di Padepokan Asa, Sleman, Sabtu (2/2/2019).

Menurut Kalis, belum ada orang yang bisa menggantikan posisi Nukman yang dikenal sebagai Bapak Media Sosial.

"Sosok mas Nukman dihormati, tidak pernah berkonflik kepada siapa pun. Jika mengarah ke konflik, Dia akan mencari referensi sendiri, mengambil kesimpulan sendiri. Sampai sekarang belum ada di Indonesia orang seperti Nukman," ujar Kalis.

Kalis menyebutkan, dalam bermedia sosial, Nukman selalu mengunggah kalimat-kalimat penuh keteladanan dan mengajak orang untuk tidak memakai media sosial sebagai wadah menyampaikan hal-hal buruk.

"Dia mengatakan jangan sampai hati kita terkotori oleh twit-twit politik. Beliau juga selalu respek jika ada orang yang minta tanggapannya, beliau pasti meretweet dan jika memang baik, dia akan komen, itu menurut saya pelajaran keteladanan dari orang tua yang baik hati," jelasnya.

Kalis mengaku rindu dengan tulisan-tulisan motivasi dari Nukman yang setiap hari dibagikan di akun Twitter-nya.

"Kangen dengan aktivitas yang kita rindukan. Selalu menyapa, mengobrol, membagikan informasi yang fakta. Salah satu pesannya yang masih diingat bangun pagi jangan pernah pegang HP, karena sekali pegang, langsung distrupt (terganggu). 2 jam setelah Subuh, waktu paling produktif untuk bekerja, tapi itu saya belum bisa," kata Kalis

Kalis pun menceritakan pengalaman berkesan saat Nukman mengapresiasi tulisannya.

"Dia pernah endorse satu tulisan saya di Detik, itu saya senang banget merasa bahwa ternyata tulisan yang rewel begitu diapresiasi," ucapnya.

Selain itu, Kalis juga mengenang Nukman sebagai orang yang pernah memberikannya rezeki lewat proyek lain.

"Nukman pernah kasi saya proyek yang bukan dunia digital, proyek penerjemah dari Kemkominfo. Pembenahan semua web-web kementerian," kenang Kalis.

Nukman juga diingat sebagai sosok yang selalu dekat dan paham dengan dunia anak-anak muda. Jika diundang ke suatu acara Nukman selalu menyempatkan hadir meski waktunya mepet.

"Dia selalu memberi Perhatian yang besar kepada anak-anak muda, Nukman memang Bapak Sosial Media dan the only one," pungkasnya.

Senada dengan Kalis, Pemimpin Redaksi Tirto A Sapto Anggoro yang turut hadir dalam diskussi tersebut mengatakan, banyak hal baik yang diajarkan Nukman kepadanya, termasuk mengajarkan bisnis di dunia digital, padahal Sapto sebelumnya tidak pernah berbisnis.

"Saya jurnalis murni, yang mengajak berbisnis mas Nukman, dia dulu Direktur Bisnis Detik.com, saya diminta bantu jualan. Dia tidak menyuruh, tapi mengajari, bagaimana cara mendekati banyak orang," ucap Sapto.

"Dia di bisnis digital termasuk sesepuh, mas Nukman bikin web, dan dia bisa meyakinkan orang untuk membeli dengan harga Rp1 miliar. Setelah sukses, Mas Nukman keluar, dilimpahkan ke saya, mengajarkan kepada saya bermain di dunia digital," tambahnya lagi.

Sapto mengaku kaget saat mendengar kabar Nukman meninggal dunia. Kepergian Nukman, tambahnya, sempat menjadi topik populer di dunia media sosial, di mana itu menjadi bukti bahwa banyak orang yang merasa kehilangan.

"Sebagai orang dekat, kaget, terkejut. Jauh lebih besar, yang tidak saya bayangkan sebelumnya, jadi trending. Ide ini, kita sering lupa. Atau kita tidak pernah merawat sesuatu itu ada, namun ketika tidak ada, jadi merasa kehilangan. Tidak ada lagi orang yang jadi panutan. Netral, wise, becik dan bijak," pungkasnya.

Pegiat media sosial Nukman Luthfie meninggal pada usia 54 tahun pada Sabtu (12/1/2019) malam di Yogyakarta. Pria kelahiran 24 September 1964 ini dikenal sebagai sosok yang selalu mengingatkan masyarakat internet untuk berperilaku baik di dunia maya melalui akun Twitter @Nukman.

Baca juga artikel terkait SOSIAL MEDIA atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dewi Adhitya S. Koesno
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Alexander Haryanto