Menuju konten utama

Tren Pernikahan Humanis yang Menjamur di Eropa

Sepanjang 2017 hingga 2018, lembaga pernikahan Skotlandia mencatat terdapat 5.702 pernikahan humanis.

Tren Pernikahan Humanis yang Menjamur di Eropa
Ilustrasi pernikahan korea. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Tempat ibadah umumnya ideal untuk melangsungkan pernikahan. Sara dan Nate Syer menjadi salah satu pasangan yang mendambakan pernikahan di tempat suci. Sebelum mengikrarkan janji pernikahan di sebuah gereja di Skotlandia, keduanya menempuh perjalanan panjang ke pelbagai tempat suci di Inggris.

“Inggris sangat berarti bagi kami. Kami jatuh cinta dan menebar kasih Kristus di pelbagai tempat suci di sana. Kalau kami pergi ke Istanbul dan menggelar pernikahan di Hagia Sophia, itu tidak memberi banyak arti bagi kisah kami,” ungkap Sara pada Deseret News.

Sara dan Nate menganggap pernikahan religius penting. Namun, laporan BBC menyebutkan pernikahan humanis melonjak dibandingkan pernikahan dengan upacara religius di Skotlandia.

Sepanjang 2017 hingga 2018, lembaga pernikahan setempat mencatat terdapat 5.702 pernikahan humanis. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan pernikahan religius ala Gereja Skotlandia yakni 3.166, dan Gereja Roman Katolik yakni 1.182.

Kecenderungan masyarakat untuk menikah secara humanis juga meningkat di wilayah-wilayah Inggris lainnya. Di Irlandia, 90 persen pernikahan pada tahun 1990-an masih menggunakan upacara religius.

Angka ini merosot menjadi sekitar 64 persen pada 2017. Sebaliknya, pernikahan humanis semakin diminati. Hingga tahun 2017, sebanyak 5.890 pernikahan disahkan tanpa prosesi keagamaan.

Di Spanyol, pernikahan dengan upacara religius juga mengalami penurunan. Dilansir ElPais, provinsi Jaen di Andalusia menjadi satu-satunya provinsi di mana mayoritas pasangan memilih menggelar pernikahan di gereja. Sosiologis Alfonso Pérez-Agote mengatakan fenomena ini terjadi lantaran Spanyol memang tengah menghadapi gelombang ketiga sekularisme.

Kolumnis The Guardian Vonny LeClerc menulis pernikahan humanis meningkat lantaran kesadaran atas kesetaraan juga meningkat. Hak-hak sebagai manusia menjadi hal yang diutamakan ketimbang keyakinan dalam prosesi pernikahan ini. Pernikahan humanis, masih menurut LeClerc, memiliki konsep sebagai sebuah perjalanan bersama, dan bukanlah awal dari sesuatu.

“Saya dan pasangan saya melihat betapa penuh arti pernikahan humanis. Ini sesuatu yang sederhana, personal, bebas dari birokrasi, tawaran serta formalitas religius. Saya rasa semakin banyak yang menyadari betapa membebaskannya pernikahan ini, jumlah orang yang mengikutinya akan meningkat,” kata LeClerc.

Dilansir BBC, pernikahan humanis merupakan pernikahan non-religius untuk mengikat dua orang. Penikahan mereka diikat oleh selebran humanis dan masing-masing pernikahan berlangsung berbeda karena pasangan menulis janji mereka sendiri.

Baca juga artikel terkait PERNIKAHAN atau tulisan lainnya dari Artika Sari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Artika Sari
Editor: Dipna Videlia Putsanra