Menuju konten utama

Tren Penurunan Kemiskinan 10 Tahun Berbalik Arah Akibat COVID-19

Menkeu Sri Mulyani menyebut COVID-19 yang baru terjadi beberapa bulan, membalikkan capaian angka kemiskinan Indonesia selama 10 tahun terakhir.

Tren Penurunan Kemiskinan 10 Tahun Berbalik Arah Akibat COVID-19
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan dalam acara "Indonesia Economic and Investment Outlook 2020" di Jakarta, Senin (17/2/2020). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan angka kemiskinan dipastikan akan naik usai pandemi Corona atau COVID-19 memukul perekonomian Indonesia. Ia bilang tren kenaikan angka kemiskinan ini sudah terasa meski dalam waktu relatif singkat yaitu Maret-Mei 2020.

“Jumlah angka kemiskinan akan naik,” ucap Sri Mulyani dalam rapat dengan pendapat virtual bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5/2020).

Sangking parahnya, Sri Mulyani mengatakan, “Bayangkan COVID-19 baru terjadi beberapa bulan, semua pencapaian kemiskinan dari 2011-2020 ini mengalami reverse kembali.”

Adapun menurut data BPS, pada Maret 2012 saja ada 29,26 juta penduduk miskin setara 11,96 persen dari total penduduk. Angkanya kemudian menurun secara perlahan, tahun 2019 menjadi sebanyak 25,14 juta penduduk atau 9,41 persen dari total penduduk.

Sri Mulyani menyatakan pemerintah akan mengantisipasi dampak lonjakan ini terutama melalui belanja bansos. Dengan demikian kemiskinan tidak melonjak akibat PHK maupun penurunan kegiatan ekonomi informal dan UMKM. Dari data Kemnaker saja selama 1,5 bulan ini ada lonjakan 2 juta angka pengangguran.

“Ini tidak mudah. Kalau di berbagai negara mereka beri insentif pembayaran gaji karyawan ke perusahaan agar tidak PHK. Tapi itu untuk negara kaya, kita bisa belajar tapi dari kemampuan APBN untuk itu semua ada batas,” ucap Sri Mulyani.

Tidak hanya Sri Mulyani, prediksi kemiskinan bakal meningkat juga diamini oleh Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Akhmad Akbar Sutanto. Ia bilang jumlah penduduk miskin Indonesia bakal menambah 5,1-12,3 juta orang miskin dalam negeri pada Q2 2020 yang terbagi menjadi tiga skenario.

Per Maret 2019 saja, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan mencapai 25,1 juta orang atau 9,4 persen dari total penduduk. Lalu jumlah penduduk hampir miskin mencapai 66,7 juta jiwa atau 25 persen dari total penduduk.

Jika skenario berat terjadi maka jumlah penduduk miskin bertambah 5,1 juta orang dan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan menjadi 30,8 juta orang, 11,7 persen dari total penduduk. Jika skenario sangat berat, maka penduduk miskin bertambah 12,2 juta orang dan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan menjadi 37,9 juta orang atau 14,35 persen penduduk.

“Prediksi dengan tiga skenario ini dibangun dengan asumsi bahwa puncak pandemi terjadi pada triwulan II 2020, dan setelahnya berangsur-angsur mereda,” ucap Akhmad dalam keterangan tertulis, Selasa (5/5/2020).

Baca juga artikel terkait KEMISKINAN atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti