Menuju konten utama

Tren Mobil Bertransmisi Otomatis: Apa Saja Plus Minusnya?

Saat membeli mobil, konsumen akan dihadapkan pada dua pilihan; transmisi manual atau otomatis.

Tren Mobil Bertransmisi Otomatis: Apa Saja Plus Minusnya?
Ilustrasi Transmisi Otomatis. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Awal tahun 1900-an, masyarakat di Amerika Serikat sudah terbiasa dengan sesuatu yang mudah dikendarai. Asal tahu saja, pada waktu itu populasi mobil listrik yang tinggal gas dan rem cukup mendominasi di jalan. Mobil dengan mesin bakar internal pun harus menawarkan rasa berkendara serupa agar sama-sama laris di pasaran.

Maka sejak tahun 1920-an sejumlah pengembangan pun datang, melansir dari laman Hemmings, teknologi perpindahan gigi yang lebih halus hadir lewat teknologi Self-Shifter dan Fluid-Drive pada mobil-mobil Chrysler. Meski kedua teknologi ini masih memerlukan injakan pedal kopling pada saat tertentu.

Masyarakat sudah benar-benar tak perlu menginjak pedal kopling ketika seorang pria bernama Earl Avery Thompson menemukan transmisi otomatis sekitar akhir 1930-an. Insinyur yang bekerja untuk General Motors ini awalnya menerapkan transmisi Automatic Safety Transmission (AST) sebagai opsi pada merek Oldsmobile yang dirilis pada Juni 1937.

Transmisi ini masih dianggap semi-otomatis, karena masih menggunakan kopling untuk memulai, berhenti, dan mundur. Thompson lantas mengembangkan kopling cairan yang mengeliminasi fungsi pedal kopling seutuhnya.

Terobosan yang diterapkan pada transmisi AST akhirnya mengarah pada pengembangan Hydra-Matic, sistem perpindahan gigi dengan mekanisme hidrolik. Teknologi ini memang belum menjadi transmisi torque converter seutuhnya, namun untuk pertama kali dalam sejarah mobil bensin, tidak ada proses injak kopling atau perpindahan gigi secara manual untuk mengoperasikan kendaraan.

Hydra-Matic pada Oldsmobile jadi pengembangan yang sama sekali baru, membuat mobil jadi lebih sederhana dan mudah dikendarai. Dikutip dari Auto News, Oldsmobile bahkan menuliskan “No Clutch to press! No gears to shift!” dalam brosur promosinya pada 1940-an.

Transmisi otomatis pun langsung populer. Sejumlah produsen kendaraan dari Buick, Chevrolet, Cadillac, Nash, Hudson, Kaiser-Frazer, Willys, Rolls-Royce, hingga Bentley mulai menawarkannya pada mobil-mobil lansiran terbaru, terutama untuk memberikan pengalaman berkendara tanpa rasa lelah.

Pasar Mobil Matik Kian Laris

Mobil bertransmisi manual bukannya tidak bagus, sejumlah kelebihan seperti lebih hemat bahan bakar dan lebih murah untuk dibeli sempat jadi daya tarik utamanya. Pengemudi juga dibebaskan untuk mengatur putaran mesin saat berkendara.

Efisiensi sangat mungkin diraih, asalkan pengendara dapat melakukan perpindahan gigi pada putaran mesin yang tepat. Power loss pada transmisi manual bisa dibilang sangat minim sehingga berpotensi lebih hemat BBM, meski saat ini banyak juga mobil matik yang irit.

Namun untuk daerah perkotaan, orang-orang lebih menyukai transmisi otomatis. Lagi-lagi alasan praktis membuat orang lupa akan segala keunggulan mobil manual. Popularitas mobil berpedal kopling pun menurun drastis, seiring makin padatnya kondisi jalan dalam beberapa tahun terakhir.

Survey yang dilakukan Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT) di Inggris, misalnya, menunjukkan jumlah mobil bertransmisi otomatis telah meningkat lebih dari 70 persen sejak 2007. Dilansir dari Telegraph, pada tahun lalu saja sebanyak 8,4 juta unit mobil otomatis berada di jalanan Inggris.

Mike Fiske, analis senior yang mempelajari isu otomotif di IHS Markit, konsultan ternama asal Negeri Ratu Elizabeth, mengatakan saat ini mobil dengan transmisi manual tak lagi jadi pilihan konsumen. Pada 2012, IHS menyebutkan pasar mobil manual masih mendapat 6,8 persen market share pada penjualan mobil di Amerika Serikat. Namun, angka itu anjlok menjadi 3,5 persen saja pada 2018.

IHS memproyeksikan presentase mobil yang dijual dengan transmisi manual akan turun menjadi 2,6 persen pada 2023. “Kami melihatnya semakin rendah,” kata Fiske seperti dikutip dari laman USA Today.

Bahkan beberapa merek mobil di bawah Volkswagen Group, Audi misalnya, tak lagi menawarkan transmisi manual pada jajaran kendaraan yang dijual pada 2019. Bisa dibilang mulai sekarang hanya ada transmisi otomatis untuk merek Jerman di Amerika Serikat.

Karena konsumen lebih menyukai transmisi otomatis, produsen mobil pun mulai berhenti menawarkan mobil bertransmisi manual untuk memotong anggaran promosi dan biaya produksi. “Kami telah melihat bahwa pembeli tak mencari hal itu. Kami punya opsi manual di Tiguan lama, tetap hampir tidak ada yang mengambilnya,” kata juru bicara Volkswagen, Mark Gillies, seperti dilansir Chicago Tribune.

Meski begitu mobil manual masih ada peminatnya, terutama bagi kendaraan dengan utilitas tinggi seperti pikap ataupun truk. Begitu juga pada mobil kompak, terutama di segmen sport. Meski banyak juga kendaraan yang mulai beralih ke transmisi otomatis yang lebih canggih, misalnya transmisi Dual Clutch maupun Direct Shift Gearbox.

“Ada perasaan berbeda saat pengemudi dapat mengontrol seluruh kendaraan, begitu juga kesenangan saat melakukan perpindahan gigi dengan sempurna. Saya merasa lebih terhubung saat mengoperasikan tuas transmisi,” imbuh Gillies, yang juga mantan editor eksekutif Car and Driver.

Plus Minus Mobil Matik

Sementara di Indonesia, pasar mobil bertransmisi manual terpantau masih merajai penjualan. Misalnya pada mobil sejuta umat di segmen Low MPV. Mengacu data wholesales Gaikindo tahun 2018, penjualan Toyota Avanza dengan pedal kopling meraih total 66.464 unit, sementara tipe matiknya hanya meraih 15.703 unit.

Sama halnya dengan Daihatsu Xenia, selama periode Januari hingga Desember tahun lalu tipe transmisi manualnya laku sebanyak 26.704 unit. Sedangkan varian bertransmisi otomatisnya hanya terjual 2.817 unit.

Tren berbeda malah dirasakan Mitsubishi Xpander, Low MPV yang fenomenal sejak awal meluncur ini justru lebih laku tipe matiknya. Sepanjang 2018, varian otomatis bisa terjual sebanyak 54.103 unit. Lebih banyak dari tipe manual yang terkirim 21.062 unit.

Menurut Anton Jimmi Suwandy, marketing director PT Toyota Astra Motor, di beberapa kota besar di Indonesia biasanya sejumlah konsumen lebih menyukai varian bertransmisi otomatis. Ia juga mengakui tren kepemilikan mobil bertransmisi otomatis meningkat dari waktu ke waktu.

“Hal ini terkait dengan kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan sebagainya. Mengemudikan mobil bertransmisi otomatis dirasa lebih nyaman dan tidak bikin capek,” ujarnya kepada Tirto, April lalu.

Sementara mobil bertransmisi manual, khususnya di Indonesia, disebut tetap ada peminatnya. Terutama buat konsumen di daerah-daerah luar pulau Jawa, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Apalagi harga mobil bertransmisi manual yang cenderung lebih murah, jadi daya tarik tersendiri buat beberapa konsumen.

“Dengan medan jalan yang naik dan turun, lalu kondisi lalu lintas yang cenderung belum terlalu padat, konsumen daerah lebih menyukai mobil transmisi manual,” tambah Anton.

Infografik Beragam Transmisi Otomatis pada Mobil

Infografik Beragam Transmisi Otomatis pada Mobil. tirto.id/Sabit

Selain karena kondisi lingkungan pemilik mobil, transmisi manual juga masih diminati karena pengemudi senang menggerakkan tuas transmisi. Marcell Kurniawan, training director The Real Driving Center, mengatakan jika cukup banyak orang yang tidak bisa terlalu berdiam diri ketika mengendarai mobil.

“Kalau pakai mobil matik biasanya ada yang kurang, malah ada yang mengantuk. Mereka ini menganggap transmisi otomatis membosankan, karena motorik mereka tidak tersalurkan saat nyetir,” ungkap Marcell kepada Tirto.

Padahal tidak semua transmisi otomatis monoton, misalnya tipe transmisi dengan fitur tiptronik. Dengan shifter tambahan pada tuas persneling maupun di setir, pengemudi mobil bertransmisi otomatis akan mendapat sensasi berkendara yang sama dengan mobil manual.

Begitu juga dengan transmisi tipe Automated Manual Transmission (AMT), yang memungkinkan pengemudi menaik-turunkan gigi sesuai kehendaknya. Transmisi otomatis rasa manual ini belakangan juga mulai banyak tersedia di pasaran, sehingga memberikan opsi yang lebih luas buat konsumen.

Alasan terakhir yang membuat orang enggan menggunakan mobil bertransmisi otomatis adalah karena minimnya engine brake. Padahal tidak semua mobil bertransmisi otomatis lekat dengan stereotipe ini.

“Mungkin hanya transmisi CVT yang paling enggak kerasa, seperti ngelos saja saat pedal gas dilepas. Tapi yang lainnya, dari torque converter sampai AMT ada efek engine brake,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI OTOMOTIF atau tulisan lainnya dari Dio Dananjaya

tirto.id - Otomotif
Penulis: Dio Dananjaya
Editor: Windu Jusuf