Menuju konten utama

Tren Makanan Rasa "Salted Egg" dan Sejarahnya di Indonesia

Tren makanan dengan rasa "Salted Egg" menjadi kian populer di Indonesia mulai awal tahun 2017 lalu.  

Tren Makanan Rasa
Ilustrasi Telur Asin. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Beberapa tahun terakhir, popularitas telur asin kian menanjak. Berbagai industri kuliner ramai-ramai menciptakan berbagai olahan makanan dengan rasa salted egg. Mulai dari keripik, ayam, martabak, dan masih banyak lagi.

Sejak awal 2017 lalu, data di Google Trends menunjukkan bahwa, pencarian dengan kata kunci "Salted Egg" mengalami peningkatan cukup signifikan.

Bahkan pada pertengahan 2018, "Salted Egg" berada pada puncak popularitasnya, yakni mencapai angka 100.

Di YouTube, jika kita mengetik kata kunci "Salted Egg" maka banyak sekali review makanan, hingga resep olahan telur asin.

Tak ketinggalan para vlogger Indonesia juga banyak membahas hal tersebut, seperti yang dilakukan Raditya Dika di channel YouTubenya, dalam video berjudul "PERANG SALTED EGG! MENCARI YANG TERENAK!".

Sejak diunggah pada 14 September 2018 lalu, video tersebut telah ditonton sebanyak 642.606 kali penayangan.

Pada awal 2018 lalu, gerai makanan cepat saji, Kentucky Fried Chicken (KFC) Indonesia merilis menu Chicken Salted Egg atau ayam goreng berbalut saus telur asin.

Menu tersebut juga jadi ramai dan mendapat banyak review dari para pecinta kuliner. Bahkan, Indomie, salah satu produsen mie instan di Indonesia, juga meluncurkan mie rasa telur asin.

Tak hanya di Indonesia, telur asin juga tengah tren di beberapa negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.

Dikutip dari laman The Straitsimes, sejarawan makanan lokal Malaysia, Ahmad Najib Arifin mengatakan, telur asin telah lama menjadi bumbu lokal di Malaysia. Telur asin, kata dia, juga telah menyebar di seluruh kepulauan Melayu, seperti Brunei Darussalam dan Indonesia.

Namun, bagi Najib, saat ini telur asin bukan tengah populer, karena memang sudah biasa, tetapi agak diabaikan. Baginya, hal itu terjadi karena alasan yang sederhana.

“Orang-orang selalu mencari, menemukan ulang atau menciptakan kembali. Telur asin dengan rasa asinnya yang kuat bercampur dengan tekstur kasar di lidah memenuhi alasan tersebut,” katanya.

Ivan Lim Huan-Wen, pendiri Hou Sek Gourmet Snacks yang menawarkan kulit ikan kuning telur asin dan keripik kentang telur asin, percaya bahwa telur asin makin populer berkat dorongan dan kreativitas para pengusaha lokal.

“Kami percaya bahwa kreativitas dari generasi baru inilah yang telah meningkatkan saus kuning telur sederhana ini,” katanya.

Sejarah Telur Asin

Telur asin, biasanya dibuat dari telur bebek yang dipilih karena kandungan omega-3 dan kolesterol lebih tinggi hingga tiga kali lipat dibanding telur ayam.

Dilansir dari situs Guide Michelin, penyebutan paling awal ihwal telur asin ini tercatat pada Qimin Yaoshu, sebuah teks pertanian Tiongkok kuno yang berasal dari abad kelima Masehi, yang menganjurkan proses perendaman selama sebulan.

Meski demikian, cukup sulit untuk menentukan awal dari telur asin ini.

Penelitian dari Journal Poultry Science menunjukkan, proses pengasinan dapat memperpanjang usia telur karena belum ada teknologi pendinginan.

Telur asin dibuat dengan cara mencampurkan telur ke dalam cairan garam lalu mengeringkan dan memadatkannya dengan lapisan garam kasar, pasir, atau tanah liat.

Berkat teknologi modern, kini pembuatan telur asin tidak harus dengan putih telur yang bisa membuat kuningnya kering. Sekarang, kuning telur bahkan bisa dijual terpisah ataupun bentuk bubuk.

Sementara itu, laman pegi.pegi.com melaporkan, di Indonesia, telur asin berkembang pada tahun 1950-an ketika pasangan suami-istri bernama In Tjiau Seng dan Tan Polan Nio membuka usaha telur asin pertama di Indonesia, tepatnya di daerah Brebes.

Hingga kini, Brebes dikenal sebagai produsen telur asin terbesar di Indonesia.

Baca juga artikel terkait KULINER atau tulisan lainnya dari AS Rimbawana

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: AS Rimbawana
Editor: Yandri Daniel Damaledo