Menuju konten utama

Tren Budidaya Ikan di Selokan dan Manfaatnya Bagi Lingkungan

Pemanfaatan selokan sebagai tempat budidaya ikan di RW 06 Mugassari kerap menjadi percontohan.

Tren Budidaya Ikan di Selokan dan Manfaatnya Bagi Lingkungan
Anak kecil sedang bermain di pinggir selokan RW 06 Mugassari. tirto.id/Baihaqi Annizar

tirto.id - Kota Semarang, Jawa Tengah memiliki banyak selokan yang tak hanya difungsikan sebagai saluran pembuangan air. Lihat saja parit di sepanjang Jalan Gergaji Palem VII Mugassari yang sudah lama dimanfaatkan untuk memelihara ikan.

Warga setempat, Danani bercerita, selokan yang membentang depan rumahnya itu dulunya kumuh: airnya keruh, berbau tak sedap, dan banyak sampah yang kerap menyumbat aliran air.

Memang, kata dia, waktu itu kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya masih minim. Banyak yang memilih cara praktis membuang limbah dapur hingga sampah plastik di selokan dekat tempat tinggalnya.

Kondisi tersebut semakin memperburuk lingkungan. Tokoh masyarakat RW 06, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan pun berupaya untuk menggencarkan edukasi seputar kebersihan lingkungan.

Pada sekitar akhir 2016, pengurus RW bersama pemuda karang taruna dikerahkan untuk membersihkan selokan sekaligus membangun instalasi khusus agar selokan tersebut bisa digunakan untuk budidaya ikan.

“Kalau sudah bersih, banyak ikan begini, orang-orang jadi sungkan mau buang sampah di selokan," ucap Danani sembari memberi makan ikan saat ditemui kontributor Tirto, Jumat (10/3/2023).

Saat ini, RW 06 Mugassari membudidayakan ikan di tiga selokan berbeda dengan ukuran beragam. Selain di Jalan Gergaji Palem VII juga di dua selokan Jalan Gergaji Palem Raya yang berada di kawasan belakang Mapolda Jawa Tengah.

Budidaya Ikan Selokan

Danani sedang memberi makan ikan yang dipelihara di selokan. tirto.id/Baihaqi Annizar

Dipanen untuk Warga

Jenis ikan yang dipelihara saat ini ada nila, gurame, lele, dan patin. Sebagian ikan sudah berkembang biak secara alami. Terhitung sudah puluhan kali panen ikan dengan hasil yang berbeda-beda.

“Kalau lele itu tiga bulan sekali bisa panen, tapi yang ikan nila sama patin enam bulan baru panen. Ini sebentar lagi kami panen. Biasanya lumayan banyak," ujar Danani yang menjabat Sekretaris RW 06 Mugassari.

Ikan yang dipanen bisa dijual untuk meningkatkan perekonomian. Namun, seringnya hasil panen dibagikan secara gratis kepada warga sekitar. Saat pandemi Covid-19 hasilnya dimanfaatkan untuk memberi tetangga yang membutuhkan.

Saat ini, kata Danani, yang diprioritaskan adalah pembagian ikan siap makan untuk para lansia, anak-anak dengan masalah gizi kronis atau stunting, hingga untuk keluarga kurang mampu.

Pemanfaatan selokan sebagai tempat budidaya ikan di RW 06 Mugassari kerap menjadi percontohan. Pemerintah Kelurahan Bulu, Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Semarang Tengah, hingga luar daerah disebut pernah datang untuk belajar.

Di samping itu, selokan bersih penuh ikan yang dikelola secara optimal berpotensi menjadi wisata edukasi. Tak heran jika banyak anak-anak yang bermain di sekitar selokan pada pagi dan sore hari.

“Cucu saya senang kalau main ke sini," ujar Gunawan saat mendampingi cucunya melihat ikan di Mugassari.

Budidaya Ikan Selokan

Warga berjalan di dekat selokan yang dimanfaatkan untuk budidaya ikan. tirto.id/Baihaqi Annizar

Jadi Tren

Inovasi budidaya ikan di selokan juga dilakukan warga RW 05 Kelurahan Pendrikan Lor, Kecamatan Semarang Tengah. Kondisi air selokan di kawasan ini cukup melimpah sehingga potensial untuk mengembangbiakkan ikan.

Sejak tiga tahun lalu, warga secara swadaya membuat keramba skala kecil yang diberi jaring pengaman agar ikan tidak terbawa arus. Saat ini baru ada dua keramba, rencananya akan ditambah empat keramba lagi.

Menurut penuturan Ketua RW 05 Kelurahan Pendrikan Lor, Agus Muldiyanto, sekali panen bisa mendapatkan 10 hingga 20 kilogram ikan. Hasilnya dibagikan secara gratis untuk warga yang membutuhkan.

Selain budidaya ikan, di sekitar selokan juga ditanami toga dan sayur-sayuran. Bahkan, warga sengaja membangun taman dan jembatan bambu di atas selokan untuk semakin mempercantik lingkungan.

Warga Kelurahan Jangli, Kecamatan Tembalang tidak kalah kreatif. Mereka memanfaatkan luberan air dari tandon yang mengalir ke selokan untuk budidaya ikan nila, gurame, koi, dan lele.

Ada 13 petak dengan lebar masing-masing 90 sentimeter dan kedalaman 45-55 sentimeter. Total selokan yang dimanfaatkan sekitar 100 meter. Hasil ikannya melimpah, sekali panen bisa mencapai lebih dari 100 kilogram.

Selain Kelurahan Jangli, Pendrikan Lor, dan Mugassari, masih ada beberapa kelurahan lain di Kota Semarang yang berupaya memanfaatkan parit sebagai tempat pembibitan ikan.

Budidaya Ikan Selokan

Budidaya ikan di selokan RW 05 Kelurahan Pendrikan Lor. tirto.id/Baihaqi Annizar

Stimulan Jaga Lingkungan

Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu mendukung budidaya ikan di selokan yang dikelola warganya. Program tersebut dapat membangun kesadaran untuk selalu menjaga kebersihan selokan.

Menurutnya, kalau sudah dibuat kolam ikan maka otomatis akan tergerak memelihara ikan dengan rutin membersihkan selokan serta tidak lagi membuang sampah di aliran air.

"Ini memang inisiasi agar masyarakat bergerak. Selokannya bersih, semakin indah, juga bisa menambah pendapatan untuk kesejahteraan bersama," ujar Hevearita di sela-sela kegiatan di kejaksaan, Kamis (16/3/2023).

Hevearita menegaskan, menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah melainkan tanggung jawab semua pihak. Masyarakat bisa berperan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Mahasiswa Universitas Diponegoro, Bagas Putra Driyantama dalam skripsi berjudul "Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Genuk Kota Semarang" mengungkap dampak negatif akibat kurangnya kesadaran masyarakat.

"Kebiasaan masyarakat membuang [sampah] tidak pada tempatnya membuat keadaan lingkungan semakin buruk, karena membuat selokan menjadi tesendat, seperti air selokan menjadi kotor dan menimbulkan bau tidak sedap," tulisnya.

Aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah, Nur Colis menyebut, masih banyak selokan di Kota Semarang yang tidak terawat. Bahkan, sungai besarnya tercemar sampah plastik.

Sebut saja sungai Banjir Kanal Timur (BKT) yang bermuara di Kampung Tambakrejo, Kota Semarang. Ketika musim penghujan, volume sampah plastik kiriman dari hulu sungai menumpuk di hilir.

"Masih banyak yang membuang sampah di selokan, di sungai. Itu sangat terlihat pas daerah Semarang atas hujan, maka sampahnya mengalir bermuara di laut," ungkapnya.

Anis Khairun Nisa' dalam penelitian yang terbit di Indonesian Journal of Public Policy and Management Review menyebut, program pengendalian pencemaran air sungai sebenarnya sudah ada payung hukumnya yakni Permen Nomor 32 Tahun 1995.

Namun, katanya, salah satu kendala pelaksanaan program kali bersih adalah sikap masyarakat yang masih membuang sampah di sungai serta pembuangan limbah industri yang tidak sesuai dengan baku mutu air limbah.

Menurut Colis, salah satu penyebab banjir di perkotaan adalah buruknya pengelolaan drainase. Jika tidak dibersihkan secara berkala, sampah dapat menghambat aliran air yang berdampak pada meluapnya air ke permukaan.

Dia yang selama ini fokus mengkaji sampah perkotaan mengapresiasi pemananfaatan selokan untuk bubidaya ikan jika tujuannya untuk menumbuhkan antusiasme warga menjaga kebersihan lingkungan.

"Memelihara ikan di selokan bisa jadi stimulan untuk menjaga lingkungan. Itu bagus," tutur Colis.

Budidaya Ikan Selokan

Budidaya ikan di selokan RW 05 Kelurahan Pendrikan Lor. tirto.id/Baihaqi Annizar

Baca juga artikel terkait BUDIDAYA IKAN atau tulisan lainnya dari Baihaqi Annizar

tirto.id - Ekonomi
Kontributor: Baihaqi Annizar
Penulis: Baihaqi Annizar
Editor: Abdul Aziz