Menuju konten utama

Transgender Brunei Cari Suaka ke Kanada karena Hukuman Mati LGBT

Remaja transgender dari Brunei Darussalam mengajukan suaka ke Kanada usai penerapan hukuman mati di LGBT.

Transgender Brunei Cari Suaka ke Kanada karena Hukuman Mati LGBT
Ilustrasi LGBT. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Seorang remaja transgender dari Brunei Darussalam mencari suaka ke Kanada setelah penerapan hukuman mati bagi lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di negara yang dipimpin Sultan Hassanal Bolkiah tersebut.

Dilansir Today Online, pada 2014 remaja bernama Zoella Zayce ini mengetahui ada dua orang yang didenda dan dipenjara karena menggunakan pakaian yang tak sesuai dengan jenis kelamin. Saat ini di Kanada, Zayce berharap kehidupan baru.

Zayce mengungsi di apartemen bawah tanah di Vancouver, yang berjarak ribuan mil dari tempat tinggal aslinya di Brunei. Zayce memilih pindah dan berlindung di Kanada sembari menunggu hasil permintaannya untuk mendapat perlindungan.

Remaja berusia 19 tahun ini melarikan diri dari Brunei sejak akhir tahun lalu. Dia takut keluarganya mengetahui identitas barunya. Dia tidak pernah memberi tahu keluarganya dia sebenarnya adalah seorang transgender, tetapi keluarganya sudah mencurigai dia seorang gay.

“Aku hanya merasa tidak aman dengan keluargaku,” ucap Zayce, yang sejak kecil sudah merasa akan menjadi transgender.

Pada usia 11 atau 12 tahun, ia ingat ketika dipaksa ikut mendatangi ulama, untuk mengikuti ritual pengusiran setan atau pembersihan jiwa. “Aku trauma,” tambahnya.

Zayce memilih Kanada karena jarak Kanada dan Brunei yang sangat jauh, jadi dia berharap keluarganya tidak akan mampu untuk mencarinya, begitu juga dengan pihak berwenang.

Selain itu, Kanada juga terkenal sebagai negara yang ramah bagi kaum LGBT dan melakukan perlindungan yang kuat untuk memperjuangkan hak asasi manusia.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, dia sangat menerima siapa pun yang melarikan diri ke negaranya dan datang untuk mecari perlindungan HAM.

Zayce kini bekerja di sebuah kantor sebagai pengentri data disambi pekerjaan paruh waktu sebagai guru matematika.

“Ini sudah sangat sibuk bagi saya dan saya sangat senang dapat bertanggung jawab pada diri saya sendiri tanpa harus bergantung pada pemerintah,” ucap Zayce, seperti dikutip South China Morning Post.

Dia berharap bisa menemukan pacar yang bisa mengajarinya ilmu komputer. Zayce juga memiliki harapan agar Sultan Brunei segera turun takhta dan memberi jalan bagi demokrasi yang lebih bebas ke depannya.

Sultan Hassanal Bolkiah sudah memimpin salah satu negara kaya minyak tersebut selama 51 tahun. Pria berusia 72 tahun itu juga adalah salah satu orang terkaya di dunia.

Menurut SCMP, Kedutaan Besar Brunei di Ottawa, belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar tentang salah satu warganya yang kabur tersebut.

Menurut Zayce, komunitas internasional dapat membantu dengan menerapkan sanksi perdagangan terhadap Brunei, atau malah menghentikan setiap investasi keluarga kerajaan di seluruh dunia.

Akan tetapi dia khawatir pendapatnya ini akan terdengar sampai Brunei, meskipun itu berarti dia mungkin akan diusir dan tidak pernah bisa kembali lagi.

“Aku hanya ingin memberi tahu pada dunia, jika suatu saat nanti aku dikirim kembali ke Brunei, aku tidak keberatan jika aku harus mati di sana,” ucap Zayce sambil menangis.

“Jika aku kembali, setidaknya aku bisa menjali hidup yang baik dengan caraku sendiri.”

Brunei Darussalam secara resmi memberlakukan hukum syariah Islam yang mengharuskan hukuman rajam hingga mati terhadap kaum homoseksual pada Rabu (3/4/2019), yang membuat komunitas gay di Brunei merasa terancam.

Berdasarkan aturan baru ini, seseorang akan dihukum dengan pasal mengenai hubungan seks homoseksual jika dia mengaku atau kedapatan berhubungan seks menurut kesaksian empat orang.

Sebelumnya, perilaku gay atau homoseksual di Brunei sudah dianggap ilegal dan dapat dikenai hukuman hingga 10 tahun penjara.

Baca juga artikel terkait LGBT atau tulisan lainnya dari Irsandy Dwi

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irsandy Dwi
Editor: Dipna Videlia Putsanra