Menuju konten utama

Transfer Bank: Metode Tak Praktis, Tetapi Paling Digemari

Banyak e-commerce sudah menyediakan beragam metode pembayaran yang lebih praktis. Tetapi, trasnfer bank via ATM tetap menjadi pilihan mayoritas para pembeli.

Transfer Bank: Metode Tak Praktis, Tetapi Paling Digemari
Ilustrasi transaksi online menggunakan kartu kredit. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Dua tahun terakhir, Kartini Zalukhu jarang sekali datang ke satu toko untuk berbelanja berbagai kebutuhan. Toko online yang menjual segalanya, dari gadget hingga rendang, telah mengubah cara Kartini berbelanja.

Dalam sebulan, ada saja barang yang dibelinya online. Produk elektronik menjadi yang paling sering dibeli. Tetapi terkadang, keripik pun dia beli online.

Kartini tak punya kartu kredit, tetapi tiap berbelanja online, dia tak suka membayar lewat transfer bank. Meskipun teknologi telah memudahkan berbagai transaksi perbankan yang membuat dia tak perlu repot-repot ke ATM untuk melakukan transfer, Kartini tetap menilai itu tak praktis.

Setiap berbelanja online, Kartini lebih senang menggunakan fasilitas click pay dan e-money atau e-wallet. Dia menilai dua metode ini membuat pesanannya langsung diproses dan diteruskan ke penjual atau pelapak, sama seperti menggunakan kartu kredit.

Sedangkan kalau transfer bank, entah itu dengan mobile banking ataupun via ATM, pembeli harus melakukan konfirmasi. “Dan masih harus menunggu marketplace-nya confirm dulu kalau dana yang kita transfer udah diterima mereka,” katanya kepada Tirto, Sabtu (10/12).

Namun, tipe pembeli seperti Kartini adalah minoritas. Menurut riset yang dilakukan tim riset Tirto.id, metode pembayaran transfer bank melalui ATM menjadi pilihan terbanyak masyarakat.

Riset tersebut dilakukan pada 28 November 2016 sampai 2 Desember 2016 dengan metode kuantitatif dan random sampling. Hasil riset itu menunjukkan 45,67 persen masyarakat memilik pembayaran transfer ATM ketika berbelanja online. Transfer via ATM ini bisa dikatakan sebagai cara pembayaran paling tidak praktis, tetapi ia paling digemari.

Sementara itu, sebanyak 26,47 persen memilih membayar dengan internet atau mobile banking. Metode ini jauh lebih praktis dari transfer via ATM. Dengan internet atau mobile banking, pembeli tak perlu repot-repot keluar rumah mencari ATM. Transaksi bisa dilakukan lewat ponsel atau laptop saja.

Fransisca Rismarum, seorang karyawan di Jakarta, paling suka dengan metode pembayaran ini. Meski menurut Kartini, ia tidak praktis dan lama, Fransisca merasa ini metode pembayaran paling mudah dilakukan.

Masyarakat yang memilih membayar dengan kartu kredit sedikit sekali, hanya 6,66 persen. Ini bisa dimaklumi karena penetrasi pengguna kartu kredit di Indonesia pun di bawah 5 persen.

Metode pembayaran di tempat atau yang popular dengan nama cash on delivery (CoD) juga cukup diminati. Ada 21,21 persen masyarakat yang memilih ini.

Pilihan-pilihan metode pembayaran ini memiliki alasannya masing-masing. Alasan utama pembayaran lewat ATM adalah kemudahan pembayaran. Sampai Desember 2015, ada 7,3 juta kartu ATM yang beredar di masyarakat. Alasan lain menggunakan metode ini adalah karena mereka tak memiliki kartu kredit dan metode pembayaran seperti click pay dan uang elektronik dirasa agak rumit.

Mereka yang memilih pembayaran CoD menjadikan persoalan keamanan sebagai alasan. Metode itu dianggap bisa meminimalkan penipuan oleh penjual dan ketidaksesuaian barang yang dipesan dengan yang datang.

Guster Sihombing, karyawan swasta menjadi salah satu yang menyukai metode pembayaran CoD. “Aku lebih suka CoD karena risiko penipuannya kecil,” katanya.

Guster termasuk pemuda yang cukup sering belanja online. Barang yang biasa ia beli didominasi oleh kebutuhan sandang; baju, sepatu, dompet. Namun, tak jarang juga ia membeli buku dan peralatan elektronik. Meski menyukai CoD, terkadang Guster juga menggunakan metode pembayaran lainnya, sebab tak semua toko online atau marketplace menyediakan metode CoD.

INFOGRAFIK HARBOLNAS Beli dan Bayar di Dunia Maya

Uang Elektronik untuk Belanja Online

Menurut Bank Indonesia, e-money atau uang elektronik adalah segala jenis uang yang tersimpan dalam sebuah sistem seperti chip atau server. Konsumen lalu menggunakannya sebagai kartu prabayar ataupun e-wallet. Konsepnya merupakan kebalikan dari kartu kredit. Kalau kartu kredit, belanja dahulu bayar kemudian. Kartu prabayar atau e-wallet ini harus bayar dahulu, baru bisa belanja kemudian

Keberadaan uang elektronik dinilai sangat berguna di negara dengan penetrasi kartu kredit kecil seperti Indonesia. Ia membantu masyarakat melakukan pembayaran online dengan lebih cepat dibandingkan transfer bank.

Penerbit uang elektronik tidak hanya perbankan, operator seluler juga mengambil peluang dari bisnis ini. Saat ini, ada 20 penerbit uang elektronik yang terdaftar di BI.

Meski belum begitu masif dipakai untuk berbelanja online, total nilai transaksi uang elektronik terus bertumbuh. Tahun 2007, keseluruhan transaksi menggunakan uang elektronik hanya menyentuh angka Rp5 miliar. Bandingkan dengan 2013 yang sudah mencapai Rp30 triliun. Pada 2014, setiap harinya ada sekitar hampir Rp8 miliar ditransaksikan lewat uang elektronik.

Baca juga artikel terkait HARBOLNAS atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti