Menuju konten utama

Transaksi OVO Tembus 1 Miliar di Tahun 2019

Sepanjang 2019 OVO mengklaim sudah mengelola 1 miliar transaksi pembayaran.

Transaksi OVO Tembus 1 Miliar di Tahun 2019
Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra; Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI, Teten Masduki; Direktur Eksekutif, Kepala Grup Inovasi Keuangan Digital OJK berdiskusi mengenai dukungan teknologi finansial untuk revitalisasi UMKM, serta sinergi antara pelaku industri dan regulator untuk menciptakan ekosistem pembayaran digital yang berkelanjutan. foto/rilis ovo

tirto.id -

Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengklaim pihaknya sudah mengelola 1 miliar transaksi sebesar di tahun 2019. Dengan demikian, jumlah transaksi dompet digital tersebut meningkat lebih dari 70 persen dibandingkan tahun 2018.

"Iya, benar [1 miliar transaksi]," kata dia di The Gade Coffee and Gold Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, Rabu (8/1/2020).

Ia mengatakan, saat ini OVO sudah terfasilitasi di 115 juta perangkat dan bisa digunakan untuk mengakses pembayaran, transfer, top up dan tarik dana, serta manajemen aset dan investasi.

Strategi OVO untuk menyasar kalangan masyarakat yang belum terdaftar di bank membuat Fintech milik Lippo Grup tersebut bisa menyerap 28 persen masyarakat Indonesia yang termasuk kategori underbanked.

Strategi ekosistem terbuka yang dilakukan oleh OVO, klaim Karaniya, secara signifikan mampu memperluas adopsi serta pertumbuhan jumlah merchant, khususnya pengusaha mikro, kecil dan menengah yang sebelumnya tidak tersentuh layanan keuangan modern.

"Hal ini selaras dengan layanan keuangan Pegadaian dengan fokus pada segmen nasabah yang sama," kata dia.

Ia menjelaskan, pihaknya juga mencatat pertumbuhan jumlah nilai transaksi sejumlah 55 persen dan peningkatan jumlah pengguna aktif bulanan sebesar lebih dari 40 persen. "Kondisi tersebut menggambarkan bertumbuhnya adopsi layanan keuangan digital di masyarakat," ungkap dia.

Karaniya mengatakan bahwa sejak awal didirikan, OVO berhasil menggait pengguna aktif hingga mencapai 80 juta, meski yang aktif melakukan transaksi setiap bulan mencapai 12 juta.

Hal tersebut merupakan salah satu buah dari lewat bombardir promo yang dilakukan perusahaannya.

Meski demikian, ia menolak biaya promosi itu disebut "bakar uang" melainkan biaya edukasi. Strategi tersebut efektif, menurut Karaniya, karena perusahaan menerapkan beberapa parameter.

Selain pengguna aktif, ada pula peningkatan frekuensi transaksi selama OVO melakukan edukasi.

Kemudian jumlah uang yang dibelanjakan dengan OVO juga naik, yang terakhir yaitu adanya parameter dari semakin banyak orang yang menyimpan uangnya di OVO.

"Ini yang membuat menurut saya istilah bakar duit kurang pas. Kalau bakar duit kan, duit dibakar terus enggak ada sisanya. Kalau ini, ada empat parameter, bukan hanya naik tapi frekuensi transaksi naik secara luar biasa. Transaction purchase value juga naik luar biasa," terang dia.
Dari empat parameter tersebut, diperlihatkan bahwa penetrasi milenial Indonesia, preferensinya semakin suka bertransaksi dengan digital money berbasis fintech.
"Saldo yang mengendap juga makin besar dibandingkan tahun-tahun sbelumnya. Ini menunjukkan bukan hanya OVO, partner kolega kita Gopay, linkaja, dana menunjukkan bahwa edukasi market berhasil," pungkasnya.

====

PEMBERITAHUAN

Pukul 20.15 WIB, berita ini mengalami perubahan judul dan bagian awal tulisan. Judul semula menyebut OVO mengelola transaksi Rp1 miliar. Kami memperbarui informasi dengan mengubah jumlah transaksi yang dikelola OVO, dari "Rp1 milar" menjadi "satu miliar transaksi". Ralat ini juga sekaligus menjadi permohonan maaf kami.

Baca juga artikel terkait OVO atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana