Menuju konten utama

Tragedi George Floyd & Ketakutan Eks Bek Man City Tinggal di AS

Kematian George Floyd memunculkan cerita tersendiri bagi Nedum Onouha, mantan bek Manchester City yang kini tinggal di Amerika Serikat.

Tragedi George Floyd & Ketakutan Eks Bek Man City Tinggal di AS
Demonstran memprotes kematian George Floyd, Senin, 1 Juni 2020. (Foto AP / Alex Brandon)

tirto.id - Tragedi kematian George Floyd memunculkan cerita tersendiri bagi Nedum Onouha. Mantan bek Manchester City yang kini membela klub Major League Soccer (MLS), Real Salt Lake City, ini mengaku ketakutan dan tidak benar-benar merasa aman tinggal di Amerika Serikat (AS).

“Saya selalu sangat waspada bagaimana saya berperilaku dan bagaimana itu bisa mempengaruhi pandangan orang yang punya kekuasaan,” ucap pemain berusia 33 tahun ini kepada BBC.

“Secara pribadi, sebenarnya saya tidak suka mengatakan ini, tetapi saya punya ketakutan dan rasa tidak percaya terhadap polisi,” tambah Onouha.

Bek berkebangsaan Inggris tersebut menyampaikan kekhawatirannya usai tragedi yang menimpa George Floyd, seorang warga Afro-Amerika di AS. George Floyd tewas dalam penangkapan oleh polisi di Minneapolis pada 25 Mei 2020 lalu.

Merasa Lebih Aman di Inggris

Onouha mendukung gelombang protes usai kematian George Floyd. Menurutnya, isu hak-hak kulit hitam belum selesai dan selalu diabaikan “dalam beberapa dekade”.

“Ini gila untuk melihat yang seperti ini tetapi ini sangat perlu. Saya tidak akan berkata kepada mereka bahwa mereka seharusnya tidak melakukan apa-apa, karena mereka sudah terlalu lama tidak didengarkan jadi biarkan mereka didengar sekarang,” ucapnya.

Mantan pemain Sunderland ini membandingkan keamanan warga kulit hitam di Inggris dan AS. Menurutnya, hukum kepemilikan senjata dan isu kebrutalan polisi AS membuatnya lebih merasa terancam.

“Di Britania Raya, saya lebih nyaman karena jika sesuatu terjadi, itu mungkin tidak akan mematikan. Tetapi di sini, karena hak [kepemilikan senjata] mereka, perselisihan yang berujung kematian jadi lebih umum,” tutur pemain yang juga pernah memperkuat QPR ini.

“Jika Anda merasa khawatir dengan pria di sebelah Anda, mengapa Anda tidak mengkhawatirkan orang yang berpatroli di jalanan yang punya lebih banyak kekuasaan, lebih banyak senjata tetapi punya pandangan yang sama? Saya tidak pernah keluar rumah dan merasa 100% aman,” tambah Onouha.

Insiden Kematian George Floyd

George Floyd ditangkap karena dituduh membeli rokok dengan uang kertas palsu senilai 20 dolar AS. Pria berusia 46 tahun ini meregang nyawa setelah lehernya ditekan dengan lutut oleh polisi bernama Derek Chauvin, disaksikan oleh dua orang petugas lainnya.

Kematian George Floyd pun memantik gelombang protes terkait rasialisme dan diskriminasi terhadap kulit hitam di seantero AS dan berbagai belahan dunia.

Chauvin ditangkap dan saat ini sedang menghadapi tuntutan atas pembunuhan tingkat tiga. Sedangkan dua polisi lain yang menangkap Floyd bersamanya telah dipecat.

Para atlet olahraga turut ambil bagian dalam proses anti-rasialisme usai kematian George Floyd, termasuk beberapa pemain di Bundesliga Jerman yang menunjukkan rasa prihatin mereka di pertandingan.

Ada pula mantan juara dunia tinju Floyd Mayweather, mantan bintang basket NBA Michael Jordan, juara dunia Formula 1 Lewis Hamilton, petenis wanita Naomi Osaka, dan masih banyak lagi.

Di media sosial, banyak atlet dan klub olahraga menunjukkan dukungannya lewat kampanye Black Lives Matter.

Baca juga artikel terkait GEORGE FLOYD atau tulisan lainnya dari Ikhsan Abdul Hakim

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Ikhsan Abdul Hakim
Penulis: Ikhsan Abdul Hakim
Editor: Iswara N Raditya