Menuju konten utama

Tokopedia Disuntik US$1,1 Miliar, Mau Dibawa ke Mana oleh Alibaba?

Apa skenario besar dari masuknya modal Alibaba dan Softbank ke Tokopedia?

Tokopedia Disuntik US$1,1 Miliar, Mau Dibawa ke Mana oleh Alibaba?
Seorang Pria membuka aplikasi Tokopedia dalam rangka festival belanja bertajuk Kejutan Belanja Untung atau ‘KEBUT’. FOTO/Dok. tokopedia

tirto.id - “Orang-orang yang menolak saya biasanya hanya bertanya soal masa lalu, yang tentu saja tak bisa saya ubah. Tapi, Masayoshi Son tidak seperti itu. Ia bertanya soal apa yang bisa saya lakukan di masa depan. Son, tidak peduli tentang masa lalu saya,” ujar William Tanuwijaya, kepada Bloomberg.

Masa lalu dari CEO dan pendiri Tokopedia ini memang cukup memprihatinkan. Ia merupakan seorang anak buruh pabrik dan untuk menopang hidupnya, William muda pernah bekerja sebagai penjaga warung internet (warnet).

Masayoshi Son, adalah pendiri firma investasi SoftBank Vision Fund. Perusahaannya bersama Alibaba baru saja mengucurkan investasi US$1,1 miliar atau Rp16 triliun kepada Tokopedia, startup bidang e-commerce yang didirikan William Tanuwijaya.

Dari dua penyuntik modal ini, ada Alibaba yang sudah punya cengkeraman modal di e-commerce Lazada yang kuat di pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Alibaba masuk menyuntik modal ke Tokopedia melalui anak usaha mereka, Taobao China Holdings.

Usai perolehan gelontoran investasi Seri G yang dilakukan pada 21 November 2018 itu, valuasi Tokopedia melonjak hingga mencapai $7 miliar. Nilainya memang masih kalah dibandingkan Go-Jek yang kini valuasinya $9 miliar dan sedang menatap menjadi startup Indonesia pertama bergelar “decacorn". Julukan ini berlaku bagi startup dengan valuasi lebih dari $10 miliar. Di Asia Tenggara, hanya Grab yang telah meraih gelar tersebut.

Bagaimana suntikan besar itu akan mengubah arah bisnis Tokopedia?

Pihak Tokopedia mengklaim telah mengakar di 93 persen wilayah Indonesia dengan kinerja pertumbuhan gross merchandise value (nilai penjualan barang yang dijual) hingga empat kali lipat tanpa menyebut angka spesifik. Namun, menurut data dari Crunchbase, Tokopedia memiliki pendapatan tahunan sekitar $11,6 juta dan menjadi platform e-commerce nomor 1 di kuartal III-2018 berdasarkan analisis iPrice.

Infografik tokopedia Vs Alibaba

Infografik tokopedia Vs Alibaba

Kendali SoftBank dan Alibaba

Berdasarkan dokumen tanggal 27 November yang dibocorkan KrAsia, SoftBank dan Alibaba menjadi pemilik saham terbesar Tokopedia. SoftBank, menguasai 29,45 persen saham di Tokopedia. Sementara Alibaba memegang kendali 25,19 persen. William dan Leontinus Alpha Edison, menguasai masing-masing sebesar 5,61 persen dan 2,27 persen Tokopedia. Namun, bocoran ini belum terklarifikasi oleh pihak Tokopedia. "Kami tidak memberikan komentar dalam perihal ini," kata Priscilla Anais, CEO Office Manager Tokopedia kepada Tirto.

Alibaba sebagai pemilik Lazada memang punya model bisnis yang berbeda dengan Tokopedia. Dalam sebuah kesempatan, sebagaimana diwartakan Techcrunch, William mengklaim Lazada memiliki model bisnis yang berbeda. “Lazada merupakan e-commerce retail hybrid dan marketplace, sementara Tokopedia murni marketplace.

William juga menyebut bahwa Lazada adalah pemain regional terutama di Asia Tenggara, sementara Tokopedia adalah pemain lokal di Indonesia.

Tokopedia berencana menggunakan uang $1,1 miliar untuk pembangunan layanan mereka di masa mendatang. William menyebut bahwa Tokopedia “akan mengembangkan ekosistem Tokopedia menjadi infrastructure-as-a-services (IaaS), dimana teknologi logistik, fulfillment, pembayaran, dan layanan keuangan kami akan memberdayakan perdagangan, baik online maupun offline.”

Tokopedia nampaknya akan berevolusi menjadi “super-app” bukan sebatas “e-commerce-app”. Untuk merealisasikan revolusi tersebut, pijakan yang paling tepat ditiru ialah apa yang telah dilakukan oleh Alibaba. Alibaba sudah berkembang dari perusahaan e-commerce sebagai perusahaan teknologi.

Dalam “Alibaba and the Future of Business” yang dipublikasikan Harvard Business Review, kesuksesan Alibaba hari ini tercipta karena mereka sukses membangun ekosistem. Membangun platform dari hulu ke hilir yang mempertemukan komunitas organisme (bisnis dan konsumen dan online dan offline) dengan baik. Untuk melayani komunitas organisme dengan baik, selain menyajikan platform e-commerce, Alibaba turut membangun layanan bagi iklan, pemasaran, logistik, finansial, hingga membangun media influencer khusus.

Di sektor e-commerce, Alibaba secara independen menciptakan beragam lini bisnis. Alibaba dibuat sebagai platform business-to-business, mempertemukan manufaktur di berbagai dunia dengan pasar internasional. Guna melayani e-commerce business-to-consumer dan consumer-to-consumer, mereka menciptakan Taobao untuk pasar lokal dan AliExpress untuk pasar internasional. Sedangkan untk menyasar kalangan menengah-atas Alibaba merilis Tmall dan 11Main.

Guna mendukung portofolio e-commerce, Alibaba menciptakan Alimama, platform pemasaran online. Mereka menciptakan Aliyun (atau dikenal dengan Alibaba Cloud) sebagai layanan manajemen data dan cloud. Dan untuk membuat transaksi lebih mudah, Alibaba merilis Alipay, platform pembayaran online atau sistem pembayaran digital. Alibaba juga bermain di bisnis big data melalui ET Brain, bagian dari layanan jasa di bawah Alibaba Cloud.

Namun, tentu Tokopedia tak langsung lompat ke bagian itu. Upaya meragamkan segmen bisnis e-commerce yang telah dicontohkan oleh Alibaba, sangat mungkin diterapkan pada Tokopedia. Laporan KrAsia, Tokopedia disebut dengan julukan “Taobao asal Indonesia.”

Tokopedia dan Taobao memiliki banyak kesamaan, seperti berkonsep consumer-to-consumer marketplace. Namun, Tokopedia diprediksi akan melangkah lebih jauh dengan dukungan Alibaba. Potensi Tokopedia masih sangat bisa dikembangkan.

Platform marketplace, Tokopedia baru sebatas melahirkan Mitra Tokopedia, aplikasi e-commerce bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan TokoCash yaitu platform pembayaran online milik mereka harus mati sebelum berkembang dan digantikan oleh OVO, platform pembayaran online dari Lippo Grup.

Tokopedia bisa membangun bisnis dari hulu ke hilir. Mereka wajib menyediakan layanan-layanan pendukung bagi penjual baik bisnis maupun perorangan antara lain layanan manajemen data dan pemasaran atau bahkan permodalan. Di hilir, Tokopedia bisa mengembangkan layanan yang memanjakan konsumen. Tokopedia bisa masuk ke segmen online dan offline untuk memudahkan para penggunanya bertransaksi.

Saat Tokopedia “digenggam” oleh Alibaba, e-commerce ini bisa jadi bakal menyasar pasar lokal dengan ragam model bisnis yang banyak seperti yang telah dilakukan Alibaba, sedangkan saudara tuanya, Lazada akan fokus mengamankan di regional untuk membendung pesaing raksasa seperti Amazon. Tokopedia punya tugas membendungnya dengan jejaring bisnis yang sudah menggurita nantinya.

Baca juga artikel terkait TOKOPEDIA atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra