Menuju konten utama

Toko Kelontong: Sejarah Panjang Menyelamatkan Ekonomi Indonesia

Toko kelontong dan usaha kecil mikro dan menengah lainnya mencakup 99,9 persen total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia.

Toko Kelontong: Sejarah Panjang Menyelamatkan Ekonomi Indonesia
Toko Kelontong SRC. FOTO/Dok. SRC

tirto.id - Toko kelontong memang punya sejarah panjang di Indonesia dan jadi saksi bisu banyak peristiwa besar: perlawanan terhadap Belanda dan Jepang, kemerdekaan, reformasi, dan bertahan hingga kini.

Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, kelontong adalah alat semacam tambur kecil yang dibunyikan penjaja barang dagangan untuk menarik pembeli. Ketika digoyang, tali dan biji-bijian di sisi tambur ini bergerak dan memukul permukaan tambur, menciptakan bunyi tong-tong yang lantas menjadi onomatope bagi kelontong.

Pedagang kelontong yang diperkirakan bermunculan sejak Abad ke-19 ini menjual kebutuhan rumah tangga, dari perkakas seperti panci maupun penggorengan, hingga sabun, beras, hingga bumbu dapur. Namun lambat laun, pedagang keliling ini memilih berdagang di tempat permanen.

Sejak itu, toko kelontong menjadi pilihan utama masyarakat. Selain karena mudah ditemukan di daerah strategis—seperti pasar, dekat kantor pemerintahan, atau tak jauh dari tempat mukim warga—tak sedikit toko kelontong yang menawarkan kredit sehingga pelanggan bisa berutang dalam jangka waktu tertentu. Barang-barang yang dijajakan pun tergolong lengkap.

Masa Depan Toko Kelontong

Toko kelontong pernah menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Masuk dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), toko kelontong dan usaha kecil menengah lainnya mencakup 99,9 persen dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia. Ketika Indonesia mengalami krisis pada 1998, UMKM menjadi penyelamat.

“UMKM menjadi penahan saat guncangan ekonomi dan menyerap tenaga kerja,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani suatu ketika.

Namun masa depan toko kelontong punya banyak aral. Dari pembiayaan, manajemen, hingga pusingnya bersaing dengan minimarket modern bermodal besar, adalah tiga dari banyak halangan yang harus dihadapi toko kelontong.

Banyak toko kelontong yang harus gulung tikar karena mendadak ada minimarket dengan lampu terang dan menawarkan harga lebih murah. Pada satu masa, toko kelontong dianggap menjadi dinosaurus dan diramalkan tinggal menunggu kepunahan, kalah oleh meteor bernama minimarket, supermarket, dan teknologi. Tapi ramalan itu salah belaka.

Infografik Advertorial SRC

Infografik Advertorial SRC. tirto.id/Mojo

Dimulai dari 57 toko di Medan pada 2008, kini sudah ada lebih dari 120.000 toko kelontong di 34 provinsi yang tergabung dalam komunitas SRC. Melalui semangat kebersamaan, mereka menjadi Toko Kelontong Masa Kini yang saling berbagi pengetahuan dan pengalaman demi meningkatkan daya saing sekaligus berkontribusi memajukan UMKM Indonesia, termasuk mengadopsi manajemen toko modern dan sistem digital dalam memudahkan perniagaan.

Dalam survei yang dilakukan oleh SRC pada 2019, omzet toko kelontong SRC di seluruh Indonesia mencapai Rp69,3 triliun, setara 4,1 persen PDB Ritel Nasional. Program-program SRC mampu meningkatkan omzet hingga 54 persen.

Di masa pandemi ini, toko kelontong masih menjadi jaring pengaman bagi perekonomian Indonesia. Dengan program #BersamaMelangkahMaju, SRC mendorong berbagai program untuk tetap bisa berdaya secara ekonomi. Cara termudahnya adalah belanja ke toko kelontong terdekat. Dengan belanja di toko kelontong sekitar rumah, itu adalah bantuan berharga bagi jutaan UMKM dan keluarga di Indonesia.

Agar semangat berbagi dan semangat kebersamaan ini terasa, ada banyak kegiatan yang diadakan oleh toko SRC. Kegiatan itu, antara lain, menghias tampah anyaman yang merupakan logo SRC, juga tantangan POTRAM (Potret Anyaman), yang berupa cuplikan layar ketika video call dengan seorang teman yang mengenakan atribut anyaman.

Selain memberi semangat, kegiatan-kegiatan ini juga ada hadiahnya. Penasaran? Kamu bisa cek info lengkapnya di aplikasi AYO SRC Indonesia.

Dengan segala inovasi dan perbaikan yang dilakukan oleh toko kelontong modern ala SRC, masa depan toko kelontong akan tetap cemerlang. Dan mengutip perkataan Sri Mulyani, toko kelontong dan UMKM akan menjadi penahan ketika terjadi guncangan ekonomi, termasuk pada masa sulit seperti sekarang.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis