Menuju konten utama
Periksa Fakta

Tiongkok Luncurkan Matahari Buatan, Benarkah?

Teknologi "matahari buatan" Tiongkok tersebut tidaklah untuk diluncurkan.

Tiongkok Luncurkan Matahari Buatan, Benarkah?
Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Minggu ini, sebuah unggahan menjadi viral di platform media sosial Twitter. Unggahan tersebut dibagikan oleh akun @raptvcom pada 10 Januari 2022. Akun tersebut menyebut bahwa Tiongkok telah meluncurkan matahari buatan yang telah mereka kembangkan. Akun tersebut juga menampilkan sebuah video dimana orang-orang mengabadikan momen sebuah benda meluncur ke atas. Benda tersebut secara kasat mata memang terlihat seperti matahari.

Unggahan dari akun ini telah menjadi viral dan disukai oleh lebih dari 50.000 orang per 13 Januari 2022.

Periksa Fakta Tiongkok Luncurkan Matahari Buatan

Periksa Fakta Tiongkok Luncurkan Matahari Buatan, Benarkah. (Screenshot/Twitter/@raptvcom)

Video yang sama juga dibagikan oleh akun Twitter @cryptowhale pada hari yang sama.

Namun, benarkah Tiongkok telah meluncurkan matahari buatannya ke langit?

Penelusuran Fakta

Tirto berusaha mencari tahu asal-usul peluncuran matahari buatan ini. Kami menelusuri video tersebut melalui alat pengecek video InVID. Alat ini mengarahkan kami pada dua artikel yang menyanggah klaim tersebut, yakni Newsweek dan Vice.

Menurut Newsweek, video yang menyebut bahwa Tiongkok meluncurkan matahari buatan telah beberapa kali dibagikan sejak September 2021. Sebuah akun YouTube bernama Proven Facts misalnya, membagikan video berjudul "The moment China launched the artificial sun that turned night into day", yang berarti “Saat Tiongkok meluncurkan matahari buatan yang mengubah malam menjadi siang”, pada September 2021.

Baik video yang baru-baru ini dibagikan di Twitter maupun video yang dibagikan di YouTube pada September 2021, sebenarnya adalah cuplikan peluncuran roket ruang angkasa, menurut Newsweek.

Sejumlah video peluncuran SpaceX dan video peluncuran-peluncuran lainnya yang dilakukan pada pada malam hari menunjukkan "bola api" mirip di video Twitter, yang diluncurkan ke langit. Beberapa video dari SpaceX ini misalnya peluncuran roket Falcon 9 pada tahun 2015 dan peluncuran satelit bernama SiriusXM pada Juni 2021.

Video Proven Facts pada September 2021 itu kemungkinan merupakan video peluncuran SiriusXM, menurut Newsweek, karena memang video yang ditampilkan nyaris sama persis.

Sementara itu, video peluncuran matahari buatan yang beredar sendiri memiliki kemiripan dengan video peluncuran satelit Tiongkok bernama Shiyan-12-01 dan Shiyan-12-02 pada 23 Desember 2021. Kemiripan ini terutama terlihat pada jejak awan putih yang dibentuk dari gas buang dari roket di kedua video.

Lantas, mengapa banyak unggahan di internet yang menyebut peluncuran "matahari buatan" Tiongkok?

Hal ini dikarenakan Tiongkok memang membuat reaktor fusi nuklir yang suhunya sangat panas hingga hampir menyerupai matahari buatan, atau matahari artifisial.

Vice menuliskan, reaktor fusi nuklir adalah perangkat yang menghasilkan listrik dari fusi inti atom hidrogen, yang telah dikembangkan oleh para peneliti di Chinese Academy of Sciences’ Hefei Institutes of Physical Science, Tiongkok. Perangkat ini dikembangkan dengan tujuan memperluas pilihan energi bersih bagi negara ini.

Temuan ini dikenal secara resmi sebagai Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST), atau Eksperimen Lanjutan Superkonduktor Tokamak, dan telah beroperasi selama lebih dari satu dekade, dengan investasi hampir 1 triliun dolar Amerika Serikat (AS). EAST bukanlah bola energi yang akan diluncurkan ke langit, melainkan peralatan besar berbentuk donat yang berada di permukaan bumi dengan kekuatan gravitasi dan berlokasi di Hefei.

Live Science juga menuliskan, matahari buatan Tiongkok ini membuat rekor dunia baru setelah memanaskan plasma hingga suhu lima kali lebih panas daripada matahari selama lebih dari 17 menit. Namun rekor ini bukanlah hal baru, matahari buatan ini telah memecahkan rekor pada 28 Mei 2021.

Reaktor fusi nuklir EAST mampu mempertahankan suhu hingga 158 juta derajat Fahrenheit (70 juta derajat Celcius) selama 1.056 detik, menurut Kantor Berita Xinhua. Pencapaian ini membawa para ilmuwan selangkah lebih dekat untuk menciptakan sumber energi bersih yang hampir tak terbatas.

EAST telah memecahkan rekor pada Mei 2021 dengan menghasilkan 216 juta derajat Fahrenheit, atau 120 juta derajat Celsius, selama 101 detik. Sebagai kontras, inti dari matahari yang "asli", mencapai suhu sekitar 27 juta derajat Fahrenheit atau 15 juta derajat Celsius.

EAST adalah bagian dari proyek internasional bernama International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) atau reaktor eksperimental termonuklir internasional yang berbasis di Perancis dan melibatkan 35 negara.

Satu hal yang penting lagi, menurut Vice, mengingat matahari buatan Tiongkok ini bukanlah sumber cahaya atau panas, tapi merupakan sumber energi, matahari buatan ini tidak didesain untuk diluncurkan ke matahari, tapi diletakkan di fasilitas yang bisa menahan temperatur tinggi.

Perkembangan dari energi fusi nuklir ini mewakili perkembangan besar di bidan energi bersih. Dengan fusi atom hidrogen di dalam tekanan tinggi dan mengubahnya menjadi helium, para peneliti telah membuat ulang proses yang terjadi di inti matahari asli, proses yang sama dengan bagaimana bintang-bintang di luar angkasa terbakar.

Selain itu, berbeda dengan bahan bakar fosil, fusi nuklir bergantung pada atom hidrogen yang sumbernya sangat berlimpah di lautan. Teknologi ini juga menghasilkan energi yang sangat banyak tanpa emisi karbon.

Kesimpulan

Tidak benar Tiongkok meluncurkan matahari buatan. Teknologi "matahari buatan" Tiongkok bukanlah bola energi yang akan diluncurkan ke langit, melainkan peralatan besar berbentuk donat yang berada di permukaan bumi dengan kekuatan gravitasi dan berlokasi di Hefei. Video yang tersebar kemungkinan besar merupakan video peluncuran satelit. Informasi yang tersebar di Twitter bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

==============

Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6287777979487 (tautan). Apabila terdapat sanggahan atau pun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Teknologi
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty