Menuju konten utama

Tim Peneliti UGM: Penyebab Kematian Petugas KPPS Bukan karena Racun

Gaffar mengatakan, faktor kelelahan merupakan salah satu penyebabnya sehingga muncul penyakit yang menyerang ke jantung dan ke syaraf seperti stroke.

Tim Peneliti UGM: Penyebab Kematian Petugas KPPS Bukan karena Racun
Sejumlah aktivis KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) menggelar Aksi Solidaritas untuk para petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) yang meninggal dunia, di Alun-alun Serang, Banten, Selasa (21/5/2019). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/nz.

tirto.id - Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan, meninggalnya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) tidak disebabkan oleh racun, seperti isu yang pernah berkembang beberapa waktu lalu.

Koordinator Peneliti UGM, Abdul Gaffar Karim mengatakan, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa semua petugas KPPS yang meninggal dunia disebabkan oleh penyakit natural.

Faktor kelelahan merupakan salah satu penyebabnya sehingga muncul penyakit yang menyerang ke jantung, atau pun ke syaraf seperti stroke atau bahkan meninggal karena dua penyakit ini.

"Kami sama sekali tak menemukan indikasi misalnya diracun atau sebab-sebab lain yang lebih ekstrem," kata Gaffar di Kantor KPU RI, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2019) siang

Selain itu, berdasarkan hasil autopsi verbal yang dilakukan tim peneliti, ditemukan bahwa rata-rata beban kerja petugas KPPS sangat tinggi. Tidak hanya selama hari pemungutan suara, tetapi juga sebelum dan sesudahnya.

Menurut Gaffar, dampak beban kerja yang terlalu tinggi dan riwayat penyakit yang diderita petugas KPPS sebelumnya menjadi penyebab atau meningkatkan risiko terjadinya kematian dan sakitnya petugas KPPS.

"Itu menjadi penyebab masalah-masalah kardiovaskular itu muncul. sekali lagi semua adalah sebab alamiah," tegasnya.

Selain itu, menurut Gaffar, buruknya manajemen risiko di lapangan juga menjadi penyebab sehingga penanganan awal tak berjalan dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan sakitnya petugas KPPS tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian.

"Jadi kalau ada orang yang sakit tidak ada mekanisme yang jelas mau dibawa ke mana, mau ditangani seperti apa sehingga itu turut berkontribusi terhadap meninggalnya petugas KPPS," ucap Gaffar.

Temuan-temuan inilah yang diserahkannya kepada KPU RI untuk memikirkan langkah antisipasi menghadapi risiko pekerjaan dan penanganannya.

"Yang kami sampaikan ke KPU tadi adalah ke depan perlu dipikirkan perbaikan manajemen risiko terutama di garis depan," jelasnya.

Gaffar menjelaskan, penelitian tersebut dilakukan oleh tim peneliti UGM lintas fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), dan Fakultas Psikologi.

Penelitian dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dari 11.781 TPS yang tersebar di seluruh DIY, tim peneliti melakukan penelitian di 400 TPS. Adapun dari sekitar 400 petugas KPPS yang meninggal, 12 di antaranya berasal dari DIY.

Memang lingkup penelitiannya baru dilakukan di Yogyakarta saja, untuk itulah Gaffar dan kawan-kawannya akan melanjutkan penelitiannya ini ke tingkat nasional.

"Rencana kami begitu, tapi kami ingin men-settle-kan dulu dengan DIY, agar kami bisa menguatkan instrumen dulu sebelum ke seluruh daerah di Indonesia," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Alexander Haryanto