Menuju konten utama

Tiket Pesawat Mahal, Agen Perjalanan Ikut Megap-Megap

Penjualan tiket pesawat di agen perjalanan rata-rata turun 5-12 persen. Bahkan, ada juga yang sampai 20 persen.

Tiket Pesawat Mahal, Agen Perjalanan Ikut Megap-Megap
Sejumlah calon penumpang pesawat udara, berada di konter check in, Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatera Barat, Kamis (24/1/2019). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

tirto.id - Pada trimester pertama setiap tahun, maskapai penerbangan biasa menghadapi musim sepi atau yang biasa disebut low season. Saat musim sepi, maskapai umumnya melakukan penyesuaian frekuensi terbang pada rute-rute tertentu.

Misal, Garuda Indonesia memangkas frekuensi terbang rute Jember-Surabaya dari setiap hari menjadi empat hari per pekan sementara waktu lantaran tingkat keterisian kursi pesawat hanya sebesar 50-60 persen dari idealnya di atas 60 persen.

“Penerbangan Garuda rute Jember-Surabaya hanya pada Senin, Rabu, Jumat dan Minggu. Untuk hari lainnya tidak beroperasi karena low season,” kata Heru Joko Satria, Sales Manager Garuda Indonesia Wilayah Jember dikutip dari Antara.

Masih pada rute yang sama, Wings Air—maskapai di bawah naungan Lion Air Grup—juga melakukan penyesuaian dengan tidak beroperasi pada Selasa, Kamis, dan Sabtu mulai 12 Januari hingga 30 April 2019.

Meski begitu, tidak sedikit kalangan yang menganggap musim sepi pada awal tahun ini agak berbeda dari biasanya. Mereka menilai musim sepi kali ini jauh lebih parah ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Anggapan bahwa musim sepi awal tahun ini lebih parah tidaklah salah. Lihat saja kondisi Bandara Minangkabau Padang sejak 1 Januari hingga 21 Januari 2019. Jumlah penumpang pesawat anjlok 25-35 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Selain disebabkan musim sepi, anjloknya penumpang pesawat juga disebabkan adanya tarif batas atas baru, termasuk mulai diterapkannya bagasi berbayar pada maskapai berbiaya murah Lion Air.

“Sejak diberlakukannya tarif resmi batas atas, membuat pergerakan pesawat turun 20 persen dan pergerakan penumpang turun 25-35 persen,” tutur Dwi Ananda Wicaksana, GM Bandara Minangkabau, seperti dikutip Antara.

Bagi maskapai penerbangan, musim sepi bukanlah waktu untuk mencari profit, melainkan waktu untuk bertahan atau mencari titik impas. Musim sepi juga umumnya digunakan maskapai untuk perbaikan (maintenance) atau melakukan pelatihan terhadap awak pesawat.

Menyiasati musim paceklik begini, maskapai biasanya menyiasati dengan penyesuaian harga tiket. Mereka umumnya punya tiga subkelas, yaitu kelas promo, kelas ekonomi, dan kelas bisnis. Kelas promo bisa digenjot.

Apabila keadaan sepi penumpang, harga yang ditawarkan biasanya adalah harga terendah. Ketika masuk musim liburan, harga yang ditawarkan adalah harga paling tinggi sehingga pendapatan maksimal. Namun, pada awal tahun ini, musim sepi malah berbarengan dengan kenaikan harga pesawat dan penetapan biaya bagasi Lion Air.

Hal tersebut berimbas terhadap kelangsungan bisnis lain, salah satunya usaha agen perjalanan.

Agen Perjalanan Megap-Megap

Low season kali ini agak parah. Sudah penumpang turun, harga tiket pesawat enggak turun-turun, plus ada kebijakan bagasi berbayar. Orang-orang jadi pada enggak ingin pergi [melancong],” tutur Rudiana, Wakil Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), kepada Tirto.

Menurut data Astindo, awal tahun ini penjualan tiket pesawat di agen perjalanan turun cukup tajam. Rata-rata bisa turun sampai 5-12 persen. Bahkan, ada juga yang sampai 20 persen.

“Gara-gara penjualan tiket pesawat turun, saya juga banyak mendapatkan laporan dari para anggota, terutama dari timur. Bisnis agen perjalanan kini seperti mati suri,” tutur Rudiana.

Infografik Dampak Sepinya Penerbangan

Infografik Dampak Sepinya Penerbangan

Menurut Rudiana, penurunan penjualan tiket pesawat sangat memengaruhi pendapatan yang diterima agen perjalanan, terutama agen perjalanan kecil. Tiket pesawat bisa menyumbang 80 persen dari total pendapatan agen perjalanan.

Pada agen perjalanan besar, dampaknya tidak sebesar agen perjalanan kecil, yakni sekitar 60 persen. Sisanya disumbang tur wisata. Meski begitu, porsi tiket pesawat terkadang bisa menjadi lebih besar mengingat tur wisata juga tidak setiap hari.

Lantas, bagaimana dengan agen perjalanan online seperti Traveloka dan Tiket.com ?

Tidak seperti Astindo yang lantang bersuara, Traveloka dan Tiket.com agaknya masih malu-malu menyampaikan kondisi penjualan tiket pesawat awal tahun ini. Mereka memilih tidak berkomentar.

Traveloka adalah perusahaan rintisan unicorn dari Indonesia yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat, hotel, bus, kereta api, transportasi bandara, aktivitas dan rekreasi, paket tiket pesawat dan hotel secara daring.

“Setelah kami pertimbangkan, kami belum bisa berkomentar banyak mengenai hal tersebut. Mungkin di lain waktu, kesempatan dan topik,” kata Manajer Humas Traveloka Busyra Oryza kepada Tirto.

Tidak seperti Traveloka, Tiket.com mengaku penjualan tiket pesawat secara overall tidak mengalami penurunan ketimbang tahun lalu. Sayangnya, Tiket.com tidak menjelaskan secara rinci mengenai penjualan tiket pesawat tersebut.

“Untuk [pertanyaan yang lain] ini dari direksi kami belum ada comment dulu, ya,” kata Manajer Humas Tiket.com, Metha Tri Rizka, kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait TIKET PESAWAT atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Reporter: Ringkang Gumiwang
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Maulida Sri Handayani