Menuju konten utama

Tiga Penyebab BI Pangkas Proyeksi Ekonomi Global Jadi 3 Persen

Penurunan proyeksi ini seiring meningkatnya risiko akibat kenaikan inflasi, suku bunga acuan di negara maju, dan kondisi pengetatan di Cina.

Tiga Penyebab BI Pangkas Proyeksi Ekonomi Global Jadi 3 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) memberikan keterangan pers hasil rapat dewan gubernur BI bulan Januari 2020 di Jakarta, Kamis (23/1/2020). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.

tirto.id - Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi hanya 3 persen. Penurunan proyeksi ini merupakan kedua kalinya di tengah meningkatnya risiko akibat kenaikan inflasi, suku bunga acuan di negara maju, dan kondisi pengetatan di Cina.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, ketiga faktor di atas menyebabkan perlambatan ekonomi global ke depannya. Padahal bank sentral sebelumnya telah menurunkan proyeksi ekonomi dunia dari 3,5 persen menjadi 3,4 persen pada tahun ini sebelum adanya risiko tadi.

“Ini menimbulkan risiko bahwa pertumbuhan ekonomi global dapat turun menjadi tiga persen pada 2022. Meskipun akan naik kembali di 2023 menjadi 3,3 persen, ini yang menimbulkan kenapa terjadi perlambatan ekonomi global," kata dia dalam Rapat RDG, di Jakarta, Kamis (23/6/2022).

Perry menjelaskan, risiko kenaikan inflasi global ini didorong oleh ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina, termasuk pengenaan sanksinya. Kondisi ini menyebabkan gangguan pasokan energi dan pangan global, serta gangguan mata rantai pasokan global sehingga mendorong tingginya inflasi.

“Ini yang kemudian menyebabkan tingginya harga-harga komoditas, harga energi maupun pangan global. Ini juga menimbulkan dari sisi pasokan, menimbulkan risiko perlambatan ekonomi global, dan dari sisi kenaikan harga menimbulkan risiko kenaikan inflasi di berbagai dunia,” kata dia.

Selanjutnya, risiko perlambatan ekonomi juga disebabkan oleh pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan berbagai negara maju lainnya. Misalnya kenaikan suku bunga. Hal ini tentu saja akan menurunkan permintaan dan pertumbuhan ekonomi.

“Ketiga, apa yang terjadi di Cina, kenaikan kasus dan kebijakan zero Covid menyebabkan kenapa terjadi perlambatan ekonomi di Cina. Seluruh faktor-faktor ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi global berisiko ke bawah," pungkas dia.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz