Menuju konten utama

Tiga Anggota Polsek Wonokromo Naik Pangkat Luar Biasa 1 Tingkat

Tiga anggota Polsek Wonokromo mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat terkait peristiwa penyerangan anggota Polsek Wonokromo.

Tiga Anggota Polsek Wonokromo Naik Pangkat Luar Biasa 1 Tingkat
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo memberikan keterangan kepada wartawan terkait kasus penanganan teroris Kalimantan Tengah (Kalteng).di Mabes polri, Jakarta, Selasa (25/6/2019). ANTARA FOTO/Reno Esnir/ama.

tirto.id - Beredar Surat Telegram Kapolri Nomor STR/509/VIII/KEP./2019 bertanggal 17 Agustus 2019 perihal kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) tiga personel Polsek Wonokromo.

Surat itu ditandatangani oleh Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia UB Karobinkar Brigjen Pol H.E. Permadi. Kenaikan pangkat itu sebagai penghargaan bagi ketiganya dalam peristiwa penyerangan anggota Polsek Wonokromo.

"Ketiga anggota yang melaksanakan tugas, baik yang menjadi korban dan yang berhasil melumpuhkan terduga pelaku teroris, mendapatkan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi," ucap Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo ketika dikonfirmasi, Senin (19/8/2019).

Ketiganya adalah Ipda Agus Sumarsono, Aiptu Heru Prasetyo dan Brigpol Febian Lasadewa Kuncoro. Para personel tersebut terlibat ketika pelaku terduga teroris, Imam Mustofa, menyerang petugas piket Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Wonokromo.

Peristiwa bermula ketika Imam masuk ke ruangan SPKT Polsek Wonokromo, sekitar pukul 16.45 WIB, Sabtu (17/8/2019). Kedatangannya diterima petugas piket SPKT dan ia ditanyakan keperluannya.

Kemudian Imam membacok Agus menggunakan celurit hingga korban terluka. Sedangkan Febian lebam di wajahnya. Akibatnya Agus dilarikan ke Rumah Sakit RKZ Surabaya.

Imam dilumpuhkan oleh Agus dan anggota Reskrim datang membantu.

Polisi segera mengamankan pelaku dan menyita barang bukti berupa satu pisau penghabisan, satu celurit, satu ketapel dengan amunisi kelereng, satu airsoft gun hitam, satu kaus warna hijau, alat mandi, satu tas ransel hitam, dua lembar kertas fotokopi bertuliskan lailahaillallah dan kerupuk.

Berdasar pemeriksaan awal, motif sementara Imam menyerang ialah ingin menerapkan yang ia pelajari secara autodidak.

"Pelaku berguru pada internet melalui konten Ustaz Aman Abdurrahman," ujar Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera, Minggu (18/8/2019).

Imam diketahui menuju Surabaya menggunakan bus, seorang diri, sejak 10 hari lalu. Kemudian mampir ke tempat istrinya di kawasan Sidosermo, lantas ia pergi ke lokasi peristiwa untuk beraksi. Usai penyerangan, polisi lakukan penyelidikan.

Istrinya, Fatimah, dan ketiga anak Imam dijemput dari indekosnya yang beralamat di Jalan Sidosermo IV, Gang 1 Nomor 10A, Surabaya, Sabtu malam. Petugas menyita laptop, kertas dan ponsel. Ketiganya turut diperiksa oleh kepolisian. Ketua RT 03, RW 02 Sidosermo, Ainul Arif mengatakan perilaku Imam memang berubah sejak setahun lalu.

"Kesehariannya biasa saja. Dia itu jualan sempol sama kirim kerupuk makaroni di sini. Jualannya keliling dan anaknya juga sekolah di sini," ujarnya.

Imam dinilai berubah lebih tertutup ketika mengikuti kegiatan pengajian, termasuk Fatimah yang sebelumnya suka bergaul turut menjadi tertutup ke warga setempat.

Selain itu, Barung menyatakan Imam sekarang diperiksa oleh jajaran Densus 88 Antiteror lantaran diduga ada indikasi terorisme. Belum diketahui secara pasti Imam tergabung dalam jaringan apa.

"Masih ditangani Densus," sambung Barung.

Baca juga artikel terkait POLSEK WONOKROMO atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno