Menuju konten utama
Periksa Fakta

Tidak Benar Moderna Memproduksi Vaksin SARS-CoV-2 Sebelum 2020

Tersebar informasi di media sosial Facebook bahwa perusahaan farmasi Moderna telah menciptakan vaksin virus Corona sebelum pandemi COVID-19 dimulai.

Tidak Benar Moderna Memproduksi Vaksin SARS-CoV-2 Sebelum 2020
Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Sebuah akun Facebook bernama Sofyan Syarif (tautan) membagikan informasi yang mengklaim bahwa anak perusahaan Pentagon, Badan Proyek Riset Lanjut Pertahanan Amerika Serikat (DARPA), Moderna, dan Direktur Institut Nasional Penyakit Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) Dr. Fauci sudah membuat vaksin COVID-19 jauh sebelum kemunculan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Wuhan, Tiongkok. Informasi ini ia bagikan pada 9 April lalu.

Lebih jauh, akun tersebut juga mengklaim bahwa Bill Gates sudah memprediksi kemunculan virus Corona 5 tahun sebelum kemunculan pandemi COVID-19 pada akhir 2019. Akun yang sama kemudian mengunggah tangkapan layar dokumen berjudul “Public Health Service; Material Transfer Agreement”, yang artinya kira-kira, "Layanan Kesehatan Masyarakat; Kesepakatan Transfer Material."

Dokumen itu menerangkan sebuah perjanjian yang dibuat oleh Institut Kesehatan Nasional (NIH), Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA), dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), yang kemudian semuanya disebut sebagai Public Health Service ("PHS").

Periksa Fakta Vaksin Moderna

Periksa Fakta Tidak Benar Moderna Memproduksi Vaksin SARS-CoV-2 Sebelum 2020. Facebook/Sofyan Syarif

Lantas, benarkah vaksin COVID-19 sudah dibuat sebelum pandemi? Apakah dokumen yang dijadikan bukti tangkapan layar tersebut?

Penelusuran Fakta

Tirto menelusuri tangkapan layar dokumen “Public Health Service; Material Transfer Agreement” melalui alat pencari foto YanDex. Kami menemukan bahwa klaim yang dibagikan di oleh akun Sofyan Syarif tersebut juga pernah ramai dibagikan pada Juni 2021 lalu. Informasi ini tersebar dalam situs berbahasa Jerman, report24.news, berjudul “Geheimdokument zeigt: Moderna schickte Corona-Impfung 2019 an Fauci-NIAID” atau yang jika diterjemahkan menjadi “Dokumen rahasia menunjukkan: Moderna mengirim vaksinasi Corona 2019 ke Fauci-NIAID”.

Informasi yang sama juga ditemukan dalam Bahasa Perancis di situs pgibertie.com dengan judul artikel “QUAND MODERNA ET FAUCI PRESENTENT AU PAPA DU VIRUS UN PROJET DE VACCIN 19 JOURS AVANT L’EMERGENCE OFFICIELLE DU COVID 19 ( décembre 2019)”. Atau yang jika diterjemahkan menjadi, “KETIKA MODERNA DAN FAUCI HADIRKAN VIRUS DENGAN DRAFT VAKSIN 19 HARI SEBELUM DARURAT COVID 19 (Desember 2019)”.

Informasi yang beredar tahun lalu ini sempat diperiksa oleh lembaga pemeriksa fakta AFP pada Juni 2021. Menurut AFP, varian virus yang dimaksud dalam dokumen rahasia yang diduga dikirim Moderna ke NIAID tidak ada hubungannya dengan virus SARS-CoV-2. Laporan tersebut juga sama sekali tidak menyebutkan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO pertama kali menyatakan informasi tentang penyakit paru-paru misterius, yang kemudian dikenal sebagai COVID-19, pada 31 Desember 2019. Kemudian pada 11 Januari 2020, WHO mengumumkan telah menerima pengurutan genom untuk virus tersebut. WHO mengurutkan timeline virus Corona di sini.

Dokumen misterius yang disalahartikan itu dapat ditemukan dengan nama dokumen "NIH-Moderna-Confidential-Agreements.pdf". Lewat dokumen itu disebutkan: Perusahaan Moderna, Institut NIAID, yang dipimpin oleh Anthony Fauci, yang juga merupakan penasihat Gedung Putih, dan NIH, mengembangkan salah satu vaksin messenger RNA yang saat ini digunakan untuk melawan COVID-19.

AFP meninjau 153 halaman dokumen rahasia yang terdiri dari beberapa bagian tersebut, beberapa di antaranya berasal dari tahun 2015, jauh sebelum virus SARS-CoV-2 ditemukan. Dari tinjauan tersebut, bisa dikatakan bahwa informasi mengenai vaksin virus Corona ini telah disalahartikan di media sosial.

Mengutip dari situs berita Axios pada Juni 2020, NIH dan Moderna telah mempelajari virus Corona seperti Middle East Respiratory Syndrome coronavirus (MERS-CoV) selama beberapa tahun.

Kemudian, mereka menandatangani sebuah kontrak pada bulan Desember 2019 yang menyatakan bahwa kandidat vaksin mRNA virus Corona dikembangkan dan dimiliki bersama oleh kedua pihak. Kontrak itu tidak spesifik menunjuk pada novel coronavirus yang menyebar mulai Desember 2019, dan dokumen itu ditandatangani sebelum virus terbaru itu disekuensikan.

Axios menuliskan bahwa dokumen yang beredar dan disalahartikan di media sosial ini sehubungan dengan masalah hak cipta antara kedua lembaga tersebut.

Hal ini dikonfirmasikan oleh NIH dalam sebuah pernyataan pada Axios. Menurut NIH, para penelitinya telah menciptakan spike protein coronavirus yang telah distabilkan untuk mengembangkan vaksin-vaksin untuk berbagai jenis Coronavirus, termasuk SARS-CoV-2.

Kemudian, menurut NIH, pemerintah Amerika Serikat berusaha mendapatkan paten untuk memastikan hak pemerintah dalam penemuan ini. Namun, NIH juga mengadopsi pendekatan lisensi yang tidak eksklusif untuk hak paten ini untuk membuka jalan terhadap lebih dari satu pengembang vaksin.

Tidak hanya Axios, Lembaga Swadaya Masyarakat Amerika, Public Citizen, juga menganalisis dokumen setebal 153 halaman itu secara detail. Menurut Public Citizen, ada dua kesepakatan antara NIH dan Moderna yang dianggap relevan terhadap kandidat vaksin COVID-19.

Yang pertama adalah kesepakatan berjudul Research Collaboration Agreement 2017-1179 di dokumen ini, halaman 72. Menurut kesepakatan itu, pada Mei 2019, NIH dan Moderna sepakat untuk berkolaborasi dalam penelitian untuk mengembangkan kandidat vaksin Middle East Respiratory Syndrome coronavirus (MERS-CoV) dan virus Nipah. NIH kemudian menandatangani amandemen dari dokumen itu pada 13 Januari 2020, ketika Moderna dan agensi tersebut memfinalisasikan desain dari vaksin novel Coronavirus.

Yang kedua adalah kesepakatan pada Material Transfer Agreement, pada halaman 105 dokumen yang sama. Di sana, NIH dan Moderna sepakat untuk mentransfer material kepada seorang peneliti Coronavirus di University of North Carolina untuk penelitian yang melibatkan hewan, pada 16 Desember 2019.

Kemudian, dokumen yang beredar tersebut tidak pernah memberikan informasi apa pun tentang virus Corona mana yang dirujuk dalam perjanjian, juga tidak ada nama SARS-CoV-2 di dalamnya.

Keluarga Coronavirus sendiri sudah dikenal sejak pertengahan 1960-an, tulis CDC. Ini termasuk beberapa virus yang berbeda, termasuk agen penyebab penyakit COVID-19. Keluarga virus ini mendapatkan namanya dari spike protein, atau Corona dalam Bahasa Latin, yang membentuk cincin pada cangkang protein virus.

Termasuk dalam keluarga virus Corona, virus 229E, NL63, OC43 dan HKU1, yang tersebar di seluruh dunia. Infeksi atas virus ini sering terjadi dan dapat menyebabkan pilek, konjungtivitis, dan faringitis.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, tidak benar Moderna telah mengirimkan vaksin virus Corona sebelum pandemi COVID-19 diumumkan. Tangkapan layar dari dokumen yang disalah artikan tersebut merupakan dokumen perjanjian antara NIH dan Moderna ketika mengembangkan vaksin mRNA virus Corona, yang telah dikembangkan bersama selama bertahun-tahun, dan sama sekali tak memuat informasi tentang SARS-CoV-2 penyebab pandemi COVID-19. Informasi di media sosial bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

==============

Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6287777979487 (tautan). Apabila terdapat sanggahan atau pun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty