Menuju konten utama

The Fed Kerek Suku Bunga 25 Bps, Bagaimana dengan BI?

Federal Reserve (Fed) menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 5 sampai 5,25 persen ke level tertingginya dalam 16 tahun.

The Fed Kerek Suku Bunga 25 Bps, Bagaimana dengan BI?
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

tirto.id - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed) menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 5 sampai 5,25 persen ke level tertingginya dalam 16 tahun.

Upaya Fed mendongkrak suku bunga terus menerus ini dalam perjuangannya menstabilkan angka inflasi yang mengganas.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah meyakini, meskipun The Fed kembali mengerek suku bunga acuannya, namun Bank Indonesia tidak akan ikut menaikkan pada bulan ini. Sebab bank sentral mempertimbangkan kondisi inflasi Indonesia yang masih terjaga.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi April 2023 pada level 0,33 persen secara month to month (MoM), meningkat dibanding periode bulan sebelumnya yang tercatat 0,18 persen MoM.

Sementara dalam periode tahunan, inflasi tercatat pada level 4,33 persen YoY, turun dari level bulan sebelumnya yang sebesar 4,97 persen YoY.

Inflasi inti tercatat berada pada level 2,83 persen YoY, turun dibanding periode sebelumnya yang tercatat 2,94 persen YoY.

"Inflasi pada bulan April yang ada Lebaran pun tidak mengalami lonjakan," kata Piter kepada Tirto, Kamis (4/5/2023).

Kedua, BI juga akan mempertimbangan kondisi nilai tukar Rupiah yang dalam tren penguatan. Serta ketiga kebutuhan support kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi memanfaatkan momentum berakhirnya pandemi.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy menambahkan, selama nilai tukar dalam konteks ini Rupiah, tidak melemah secara signifikan dalam waktu pendek, maka respon BI tidak serta merta akan menaikkan suku bunga nya.

"Dalam kondisi saat ini, inflasi pun masih berada pada tren penurunan, setidaknya dari awal bulan Januari, kalau kita lihat dari nilai tukar saat ini juga berada pada tren penguatan," ujarnya terpisah.

Belum lagi, lanjut Yusuf jika dilihat dari risiko pasar keuangan AS yang relatif belum stabil, pasar keuangan masih melihat negara berkembang seperti Indonesia relatif prospektif.

"Dampak ke Indonesia akan ditentukan bagaimana pasar terutama pasar keuangan akan merespon kenaikan kebijakan suku bunga acuan yang dilakukan oleh The Fed, umumnya, jika the FED menaikkan suku bunga, bank sentral negara berkembang termasuk di dalamnya Indonesia," jelasnya.

Kondisi di atas, dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya capital outflow di pasar keuangan, yang berpotensi kemudian akan mendorong kenaikan inflasi.

Dalam RDG Maret sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 5,75 persen. Selain itu, bank sentral juga menahan suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,0 persen persen dan suku bunga lending di 6,5 persen.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 15 dan 16 Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen, kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG Maret 2023 di Jakarta, Kamis (16/3/2023).

Perry menjelaskan keputusan ini tetap konsisten untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspetasi inflasi dan inflasi ke depan. Bank Sentral meyakini suku bunga yang ada saat ini 5,75 persen memadai untuk mengarahkan inflasi inti tetap berada pada misaran 3 plus minus 1 persen pada semester I-2023.

"Dan inflasi indeks harga konsumen IHK kembi ke dalam sasaran 3 plus minus satu 1 persen di semester II-2023, mulai September 2023 yang akan datang" jelasnya.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA THE FED atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang