Menuju konten utama

Teror untuk KPK Berulang karena Polisi Tak Serius Mengusut Peneror?

Teror terhadap rumah Agus dan Laode Syarif bukan kasus pertama. Ada kasus teror lain yang sampai kini belum tuntas diusut polisi.

Teror untuk KPK Berulang karena Polisi Tak Serius Mengusut Peneror?
Foto Lokasi penyerangan di kediaman Laode M. Syarief di Kalibata Selatan, Jakarta, Rabu. 9 Januari 2019. tirto/Andrian pratama taher

tirto.id - Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali diteror. Kali ini, teror menimpa rumah Ketua KPK Agus Rahardjo dan rumah Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif, Rabu (9/1/2019).

Rumah Agus dikirimi tas berisi bom pipa palsu, sedangkan rumah Laode M. Syarif dilempari bom molotov. Kini, kasus teror sudah ditangani polisi.

“Saat ini penyidik sedang bekerja, kita tunggu saja,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, Rabu siang.

Menurut Argo, polisi menurunkan tim yang dikomandoi Kepala Densus 88 Antiteror. Tak hanya itu, polisi juga menerjunkan tim Inafis dan puslabfor untuk mengidentifikasi ciri-ciri pelaku.

Dalam catatan Tirto, teror terhadap pegawai dan pimpinan KPK bukan terjadi kali ini saja.

Teror terhadap pegawai KPK muncul dalam beragam bentuk mulai dari ancaman pembunuhan kepada penyidik dan pegawai biro hukum, penodongan kepada keluarga pegawai, hingga penyiraman air keras kepada Novel Baswedan.

Namun dari sekian teror, polisi belum berhasil mengungkap satu pun peneror. Dalam kasus Novel misalnya. Polisi belum mampu menangkap pelaku meski sudah memeriksa CCTV, meminta keterangan saksi, hingga menyebar skesta terduga pelaku.

Hingga 600 hari lebih sejak penyerangan, kasus teror terhadap Novel masih belum menghasilkan apa-apa.

Infografik CI Teror bagi Penyidik KPK

Infografik CI Teror bagi Penyidik KPK

Diduga Terkait Perkara

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Faridz menilai teror tersebut menunjukan kinerja KPK dalam pemberantasan korupsi masih berjalan baik. Menurut Donal, KPK akan terus mendapat teror dari orang yang terganggu dengan kinerja KPK.

Bukan tak mungkin, kata Donal, teror kali ini berkaitan dengan penanganan perkara yang tengah dilakukan KPK. Ia mencontohkan teror terhadap Novel yang dianggapnya berkaitan dengan salah satu perkara yang diproses KPK.

Untuk itu, Donal meminta polisi segera mengungkap kasus agar tidak ada spekulasi hukum maupun politik.

“Penyebab ini, kan, sekarang spekulatif. Untuk menghindari spekulasi itu butuh proses hukum yang cepat [dari polisi] untuk membongkarnya,” kata Donal kepada reporter Tirto.

Sementara itu, mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto berharap, insiden penyerangan terhadap kedua pimpinan KPK bisa segera terungkap. Ia berharap, insiden penyerangan terhadap Agus dan Laode tidak berakhir seperti Novel.

“Agar kisah teror atas Novel yang sudah lebih dari 600 hari tak terulang kembali,” kata Bambang dalam keterangan tertulis kepada reporter Tirto.

Senada dengan Donal, Bambang menyebut teror dan pemberantasan korupsi merupakan satu kesatuan. Semakin keras upaya pemberantasan korupsi, kata Bambang, perlawanannya pun semakin keras.

“Dipastikan akan menimbulkan reaksi corruptor fight back,” kata Bambang.

Sebagai bekas pimpinan, Bambang menyarankan pimpinan KPK saat ini harus menjadikan kasus-kasus teror yang pernah terjadi sebelumnya sebagai bahan refleksi. Supaya segenap pegawai dan pimpinan makin sadar melawan teror yang ditujukan kepada institusi.

“KPK harus punya sistem dan kepedulian melawan teror bersama. Pimpinan KPK harus menunjukan sikap dan keteladanannya karena teror harus dilawan,” kata Bambang.

Baca juga artikel terkait TEROR KPK atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Mufti Sholih