Menuju konten utama

Teror Menguar kala Jolly Roger Berkibar

Jolly Roger tak pernah absen mana kala membahas sejarah bajak laut. Kini, maknanya tak lagi sekadar teror dan intimidasi.

Teror Menguar kala Jolly Roger Berkibar
Ilustrasi Kapal Bajak Laut. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Di tengah dentam gempuran meriam di sisi lain Republik Bajak Laut Nassau, seorang laki-laki berpakaian calico tampak tak begitu peduli. Dia sedang sibuk menilai desain bendera grup bajak lautnya yang baru saja diguratkan oleh seorang perempuan. Baginya, bendera bajak laut tak hanya sesuatu yang sakral dan sangar, tapi juga menginspirasi dan menyatukan semua yang berlayar di bawahnya.

Tak ada yang tahu pasti apakah kejadian itu betul-betul terjadi di dunia nyata. Ini lantaran adegan tersebut tergambar dalam adegan serial TV bajak laut Black Sails yang diproduksi Starz. Bajak laut berpakaian calico adalah John Rackham yang diperankan oleh Toby Schmitz.

Bendera bajak laut atau dikenal juga dengan sebutan jolly roger adalah unsur yang tak pernah absen dalam setiap kisah romantisasi perompak. Setiap kelompok bajak laut pasti punya jolly roger dengan desain yang khas. Jolly roger milik kelompok John ‘Calico Jack’ Rackham, misalnya, berilustrasikan tengkorak dan pedang cutlass bersilang. Bendera dengan desain serupa juga berkibar di kapal Black Pearl dalam waralaba populer Disney Pirates of the Caribbean.

Bagi orang-orang di lautan pada sekira abad ke-18, bertemu kapal yang mengibarkan jolly roger adalah mimpi buruk. New York Times menyebut, “Setelah menandakan kematian di banyak budaya selama berabad-abad, tengkorak dan tulang bersilang akan langsung dikenali bahkan di dunia laut yang tanpa hukum, penuh gejolak, dan sebagian besar orangnya buta huruf.”

Dengan berbagai fungsinya, jolly roger merupakan simbol yang mujarab. Bagaimana pun, pembajakan adalah bisnis. Simbol kematian itu nyatanya dikibarkan demi meraih jarahan seefisien mungkin. Jolly roger adalah wujud upaya bajak laut untuk menghindari lebih banyak masalah dan korban tatkala mendekati kapal sasaran.

Kala bendera hitam berkibar, para awak dan penumpang kapal sasaran ada baiknya segera menyerah demi kebaikan semua orang--di mana harta berpindah ke kapal bajak laut, sementara nyawa-nyawa di kapal sasaran terselamatkan.

Asal-usul Tengkorak-Tulang Bersilang

Sebenarnya banyak kapal yang cukup berani melawan para bajak laut, tapi sebagian besar memilih ambil aman. Armada bajak laut Bartholomew Roberts, misalnya, dengan mudah menemukan 22 kapal dagang dan 150 kapal nelayan tak berawak di Trepassey. Semua awak kapal-kapal itu kabur setelah mengenali jolly roger yang dikibarkan armada pimpinan kapten yang dilabeli sebagai "perompak tersukses" itu.

Di kemudian hari, jolly roger memang tak melulu berwarna hitam dan tak harus berilustrasikan tengkorak. Namun, dari mana asal-usul simbol tengkorak dan tulang bersilang itu bermula?

Tamedwinds mencatat simbol bersilang mirip jolly roger telah digunakan sejak jauh-jauh hari di zaman Mesir kuno. Ia mirip dengan simbol cambuk dan sabit bersilang di peti mati firaun Mesir. Simbol itu sendiri melambangkan Dewa Akhirat Osiris.

Kemungkinan lain, ia terkait dengan simbol Chi-Rho yang berasal dari Yunani. Chi-Rho diklaim sebagai monogram “Kristus”. Orang-orang Kristen awal ditengarai memakainya untuk menandai makam sesamanya. Sementara itu, simbol tengkorak telah digunakan kebudayaan Tibet, Nepal, hingga Romawi.

Boleh jadi, simbol tengkorak dengan tulang bersilang itu telah digunakan oleh berbagai kepercayaan hingga akhirnya digunakan oleh orang-orang Kristen awal sebagai simbol kematian.

Sejumlah kelompok bajak laut Barbary atau corsair (sebutan untuk bajak laut atau privateer muslim) dipercaya telah menggunakan ilustrasi tengkorak pada bendera mereka sejak abad ke-16. Kendati demikian, catatan penggunaan jolly roger baru ditemukan pada Laporan British Admiralty dari akhir abad yang sama, tepatnya 18 Juli 1700.

Banyak sejarawan lantas sepakat bahwa perompak Inggris yang dimaksud pada laporan itu, Emanuel Wynn, sebagai garong lautan pertama yang menggunakan jolly roger.

Seturut laporan itu, Wynn disebut mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak, tulang bersilang, dan jam pasir—menandakan waktu orang-orang di kapal buruannya hampir habis sekaligus memberi opsi untuk berserah diri.

Sebagaimana simbolnya, awal mula sebutan jolly roger untuk bendera bajak laut juga tak diketahui secara pasti. Salah satu versi menyebut bahwa ia berkaitan dengan sebutan Le Jolie Rouge dari bahasa Perancis. Ketika dialihbahasakan ke bahasa Inggris, ia menjadi jolly roger.

Ada dua versi tentang muasal sebutan Le Jolie Rouge. Pertama, ia adalah julukan orang-orang Perancis untuk Kapten Bartholomew Roberts yang kerap mengenakan pakaian merah. Kedua, penggunaannya sebagai ekspresi yang kerap digunakan para privateer Perancis.

Sementara itu, sumber lain lagi menyebutkan bahwa jolly roger berasal dari kata "Ali Raja". Itu adalah nama seorang perompak Tamil yang beroperasi di Samudera Hindia. Ada pula kemungkinan lain yang mengaitkannya dengan sosok iblis yang di masa lampau kerap disebut Old Roger.

Bendera yang digunakan Emanuel Wynn lantas dimodifikasi oleh berbagai kelompok bajak laut dan menjadi bendera standar mereka pada zaman keemasan perompakan pada abad ke-18. Sebagai simbol intimidatif paling populer, tengkorak dan tulang bersilang (tanpa jam pasir) tercatat dikibarkan oleh perompak macam Edward England, John Taylor, dan Samuel Bellamy si Robin Hood Lautan.

Tak Melulu Hitam

Ilustrasi tengkorak-tulang bersilang kemudian bertahan dan bahkan ketambahan berbagai varian simbol yang berasosiasi dengan kekerasan dan kematian, seperti ilustrasi iblis, pedang, tombak, hingga jantung yang ditusuk.

Bartholomew Roberts bahkan pernah menaikkan jolly roger bergambar dirinya sendiri menginjak dua tengkorak bertuliskan ABH (A Barbadian's Head) dan AMH (A Martinican's Head). Tengkorak berinisial itu merupakan simbol perselisihannya dengan pihak otoritas Barbados dan Martini yang memburunya di Kepulauan Karibia.

World History mencatat jolly roger tak melulu berwarna hitam. Sebagian perompak mengibarkan bendera warna lain, seperti merah atau hijau. Jolly roger bisa saja dimaksudkan sebagai peringatan pertama terhadap kapal buruan—yang jika tak diindahkan, akan digantikan dengan pengibaran bendera merah yang berarti darah siap ditumpahkan di pertempuran.

Beberapa kapten bajak laut juga menggunakan bendera negara untuk mengelabui calon korbannya. William Kidd alias Captain Kidd, misalnya, kerap kali menipu targetnya dengan mengibarkan bendera Perancis. Bajak laut legendaris Tiongkok Zheng Yi malah menggunakan bendera merah, sementara setiap kapal dalam armadanya menggunakan bendera yang berwarna-warni demi mempermudah koordinasi.

Nama lain yang mungkin lebih dikenal karena merek rum yang menggunakan namanya, Kapten Morgan alias Henry Morgan, malah tak mengibarkan jolly roger. Dia pun tak mengibarkan bendera khusus untuk privateer Britania, tapi menggunakan bendera Union Jack yang digunakan Royal Navy.

Seperti halnya Kapten Morgan di masa lalu, bajak laut modern juga sama sekali tak mengibarkan jolly roger. Besar kemungkinan demi menghindari kecurigaan kapal sasaran yang mungkin kabur atau malah menyerang balik.

Entah itu di Somalia, Samudera Hindia, atau lautan mana pun, bajak laut hari ini juga cenderung menggunakan siasat lain untuk merompak. Salah satunya dengan pura-pura butuh pertolongan. Jika pun bajak laut modern masih mengibarkan bendera macam itu, sepertinya tengkorak dan tulang bersilang bakal terasa kelewat kuno—tengkorak dan assault rifle macam AK-47 bersilang sepertinya lebih cocok.

Infografik Jolly Roger

Infografik Jolly Roger. tirto.id/Sabit

Jolly Roger Modern

Kendati penggunaannya singkat, jolly roger tetap jadi legenda dan unsur penting dalam dunia bajak laut berkat kehadirannya dalam buku-buku literatur bajak laut. Sebutan jolly roger sendiri, misalnya, telah termaktub sejak 1724 dalam monograf A General History of the Pyrates yang ditulis Captain Charles Johnson. Berkat novel bajak laut populer seperti Treasure Island (1883) bikinan Robert Louis Stevenson, jolly roger bergambar tulang dan tengkorak bersilang pun terus hadir dalam benak banyak orang dan karya-karya yang terinspirasi darinya.

Pada pertengahan abad ke-18, jolly roger juga menyeberang ke sisi lain hukum tatkala dipilih sebagai lambang resimen Inggris. Bahkan hingga abad ke-20, Angkatan Laut Britania kerap diasosiasikan dengan jolly roger yang digunakan di kapal-kapal selamnya. Tak hanya Inggris, jolly roger juga dikibarkan oleh tentara Sekutu, Polandia, hingga kapal-kapal perang Amerika Serikat seperti USS Kidd.

Lembaga internasional The Sea Shepherd Conservation Society yang terkenal dengan kegiatan aktivisme lautannya juga menggunakan jolly roger yang melambangkan kematian biota laut gara-gara ulah manusia. Grup yang mengklaim diri sebagai "good pirates yang mengejar bad pirates (pemburu paus, anjing laut, dan lain sebagainya)" ini kerap mengibarkan bendera atau mengecat kapal-kapal mereka dengan jolly roger berilustrasikan tengkorak plus tongkat gembala dan trisula Neptunus bersilang.

Kesan maskulin sarat kebebasan, pemberontakan, dan citra outlaw yang dihadirkan jolly roger juga menular ke daratan. Ia dikenakan Batalion Infanteri Estonia hingga banyak klub-klub olahraga seperti logo-logo milik Orlando Pirates FC dan Tampa Bay Buccaneers. Suporter klub FC Sankt Pauli juga kerap mengibarkannya untuk mendukung klubnya.

Jolly roger juga berselaras dengan kultur punk, ideologi anarkisme, atau band-band pirate metal. Dalam kancah yang lebih formal, partai politik bernama Pirate Party yang didirikan di Swedia juga sempat menggunakan jolly roger—sebelum akhirnya gerakan yang kini eksis di banyak negara itu menggantinya dengan logo bendera hitam.

Kita juga bisa dengan mudah menemukan simbol bajak laut dalam berbagai produk budaya populer. Selain Pirates of the Caribbean dan Black Sails yang telah disebutkan, jolly roger hadir dalam berbagai warna dan wujud dalam seri manga populer One Piece.

Citranya mungkin tak lagi sesakral bayangan Calico Jack, Bartholomew Roberts, dan seluruh bajak laut abad ke-18. Jolly roger kini seolah menjelma simbol maskulinitas belaka atau bahkan perlambang kenakalan biasa yang bisa disablon ke pakaian bayi, digambarkan ke kisah anak-anak, atau beragam penggambaran akan kebebasan lainnya. Yang jelas ia tak lagi sekadar teror.

Baca juga artikel terkait PEROMPAK atau tulisan lainnya dari R. A. Benjamin

tirto.id - Humaniora
Penulis: R. A. Benjamin
Editor: Fadrik Aziz Firdausi