Menuju konten utama
22 Juli 1992

Teror Berdarah Pablo Escobar Berujung di Penjara dan Kematian

Bisnis kokain sempat membuat Escobar menjadi salah satu orang terkaya di dunia selama 7 tahun berturut-turut.

Teror Berdarah Pablo Escobar Berujung di Penjara dan Kematian
Ilustrasi Mozaik Pablo Escobar. tirto.id/Sabit

tirto.id - Tahun 1973, diktator Chili Augusto Pinochet, memberangus semua produksi kokain di negaranya. 33 lokasi ditutup dan sekitar 350 orang pengedar ditangkap. Kala itu, Chili adalah salah satu produsen utama kokain. Para gembong yang tersisa akhirnya memindahkan bisnis mereka ke luar negeri.

Pada waktu yang sama, permintaan pasokan kokain justru makin meningkat di AS. Di tengah situasi itulah Pablo Escobar, pemimpin kartel Medellín di Kolombia, mengambil kesempatan. Dukungan fasilitas produksi dari para gembong Chili dan melimpahnya bahan dasar daun koka di hutan-hutan Kolombia, membuat kartel Medellín dengan cepat menjadi pemasok kokain paling besar bagi AS.

Pengiriman kokain ke AS diselundupkan melalui Miami, Florida, sebelum didistribusikan sesuai pesanan. Di luar AS, permintaan kokain juga sangat tinggi. Begitu luasnya jaringan distribusi ini, hingga di puncak kejayaannya kartel Medellín dikabarkan menjadi pemasok 80 persen kokain yang beredar di seluruh dunia.

Semua dimulai ketika Pablo Escobar yang sejak lama dikenal sebagai kriminal mulai menekuni bisnis kokain di Medellín, kota terbesar kedua di Kolombia setelah Bogotá.

Di masa remaja, Escobar menjadi penjual rokok ilegal, pencuri kendaraan bermotor, hingga penjual tiket lotre palsu. Salah satu usaha ilegal yang cukup aneh adalah ketika ia mencuri batu nisan di kuburan lalu menghapus namanya sebelum menjualnya kembali. Tidak heran, sejak muda ia selalu menjadi incaran kepolisian Kolombia.

Awal tahun 1970-an, bersama dengan Roberto--saudaranya yang dipekerjakan sebagai akuntan--Escobar bolak-balik melobi sesama kriminal di Amerika Latin untuk membuka produksi kokain besar-besaran. Ia juga menyiapkan segala keperluan distribusi seperti pesawat dan alat-alat berat untuk mengangkut kokain.

Setelah mempelajari model bisnisnya, ia mendirikan kartel Medellín pada tahun 1976. Escobar kemudian membangun jaringan yang ia butuhkan untuk menyelundupkan kokain ke AS. Fasilitas produksi sewaan digantikan dengan alat-alat yang ia dapat dengan pola kerja sama dengan Jose Maria Rodrigues Gacha, orang Meksiko. Sementara itu, pasokan daun koka yang jadi bahan dasar kokain dijamin oleh keluarga Ochoa. Hasilnya, beberapa tahun kemudian kartel ini telah mampu mengirimkan 70 hingga 80 ton kokain per bulan dan jumlahnya semakin berlipat ganda.

Kekayaan Escobar makin menggunung. Tapi keuntungan yang ia terima sebagian besar berupa uang tunai hingga menarik perhatian banyak pihak. Escobar bukan ahli keuangan. Ia lebih percaya menyimpan uang di rumah ketimbang menitipkannya di bank. Kebiasaan ini menghasilkan berbagai konsekuensi yang tak terhindarkan, salah satunya rivalitas dengan kartel lain di dalam negeri jadi kian meruncing. Baku tembak antarkartel kian kerap terjadi dan menimbulkan banyak korban jiwa. Jumlah pembunuhan tiap tahun naik dan Kolombia sempat tercatat sebagai negara dengan jumlah pembunuhan terbanyak di dunia.

Melihat potensi bahaya bagi bisnisnya, Escobar mengajukan diri menjadi anggota parlemen Kolombia dan terpilih pada 14 Maret 1982. Sebagai bagian dari Liberal Alternative Movement, tanggung jawabnya adalah membangun fasilitas yang dibutuhkan masyarakat seperti rumah ibadah, klinik, fasilitas olahraga, dan infrastruktur bagi permukiman penduduk. Pekerjaan barunya itu membuat Escobar menjadi dekat dengan masyarakat miskin yang secara langsung merasakan manfaatnya. Akan tetapi, bagi pemerintah Kolombia dan AS, Escobar tetaplah gembong kokain yang harus ditangkap.

Terpilihnya Escobar menjadi anggota parlemen karena dukungan dari kelompok komunis Kolombia yang menganggapnya sebagai pembela kaum miskin. Konon, sebelum bertugas di parlemen pun ia memang dermawan dan kerap membagi-bagikan uang tunai kepada masyarakat.

Di sisi lain, permintaan AS akan kokain terus meningkat. Escobar yang beberapa kali gagal menyogok para petugas akhirnya semakin banyak melakukan pembunuhan dan penculikan terhadap para penegak hukum. Ia juga menyiapkan fasilitas pengiriman kokain yang lebih solid serta berusaha membuka rute-rute baru ke AS. Saking seriusnya, bersama Carlos Lehder yang juga sesama pendiri kartel, Escobar bekerja keras membuka titik distribusi baru di Norman’s Cay, Kepulauan Bahama, sekitar 350 Kilometer dari pantai Florida. Wilayah ini kemudian berkembang menjadi fasilitas gudang penyimpanan besar hasil produksi kokain, sekaligus titik transit dalam proses distribusi. Antara tahun 1978 hingga 1982, rute inilah yang menjadi rute utama bisnis kartel Medellín ke AS.

Pada 1986, pendapatannya dari kokain mencapai angka 420 juta dolar per minggu. Tidak lama kemudian, majalah Forbes memasukkan nama Pablo Escobar dalam daftar orang terkaya di dunia. Sejak itu, namanya selalu muncul di daftar yang sama selama 7 tahun berturut-turut. Sebagai upaya untuk mencuci uang, Escobar makin rajin membagi-bagi uang ke masyarakat miskin di Medellín. Status Robin Hood pun segera disematkan di namanya. Dalam buku The Accountant’s Story: Inside the Violent World of the Medellín Cartel (2009), Roberto Escobar--saudara Pablo yang juga penanggung jawab keuangannya--menceritakan saudaranya itu begitu dicintai masyarakat Medellín karena dermawan.

Perang Terbuka Melawan Pemerintah

Medellín dengan cepat bertransformasi menjadi ibukota kokain dunia. Kokain selundupan yang terus masuk ke Miami dan melibatkan transaksi berjuta-juta dolar membuat pemerintah AS mulai serius mengincar Escobar. Kala itu, kasus kriminal termasuk pembunuhan meningkat drastis di Miami. Hal itu membuat DEA (Drug Enforcement Administration) turun langsung menyelidiki operasi kartel Medellín di Miami dan di Kolombia.

Tidak hanya DEA, presiden AS Ronald Reagan bahkan menugaskan George Bush, wakilnya, untuk membentuk satuan khusus anti narkotika. Satuan khusus itu terdiri dari anggota DEA, FBI, (biro investigasi), ATF (biro khusus penertiban tembakau, alkohol, dan senjata api), serta tentara dan agen-agen federal lainnya untuk membantu memecahkan masalah ini sampai ke akarnya.

Bagi Escobar, pembentukan satuan khusus ini adalah pernyataan perang pemerintah AS terhadapnya. Sementara itu, di dalam negeri ada Rodrigo lara Bonilla, menteri kehakiman yang terang-terangan mengungkap segala aksi kriminal Escobar di depan publik. Aksi Bonilla ini langsung meruntuhkan reputasi Escobar di parlemen yang kemudian bergerak cepat dengan mengusirnya. Bonilla juga turun langsung menangkap para gembong narkotika kecil-kecilan sambil mengincar Escobar. Akibatnya, pada 30 April 1984, Bonilla diberondong senapan mesin ketika berada di dalam mobilnya dalam perjalanan pulang ke rumah.

Terbunuhnya Bonilla menandai perang terbuka Escobar dengan siapa saja yang berani menentangnya. Setelah Bonilla, banyak jurnalis, politikus, dan sejumlah orang lainnya yang menentang atau sekadar menyuarakan perlawanan terhadap narkotika, ditemukan tewas.

Aksi brutal Escobar membuat pemerintah Kolombia mengizinkan banyak anggota DEA untuk melakukan penyelidikan di negaranya. Namun DEA langsung menemui kesulitan. Tidak banyak polisi yang bisa dipercaya karena selama beberapa dekade banyak sekali polisi menerima uang setoran dari Escobar dan kartelnya.

Teror Berlanjut: Penjara dan Kematian

Meski tampaknya tidak ada hal yang ditakuti Escobar, tapi ada satu yang cukup mengganggunya selama memimpin kartel Medellín: ekstradisi ke pengadilan AS.

Sejak perjanjian ekstradisi ditandatangani pada 1982, setiap orang Kolombia yang terbukti melakukan tindakan kriminal yang melanggar hukum AS bisa ditangkap dan diproses secara hukum di AS. Escobar berupaya menghindari proses itu dengan berbagai cara. Selain membangun situasi penuh teror untuk menekan pemerintah Kolombia, ia juga semakin banyak menghabisi para pejabat yang menolak disuap.

Pada 1987, anak buah Escobar telah meledakkan sekitar 3000 mobil dengan bom. 22 ribu orang terbunuh dalam rangkaian insiden itu. Mahkamah Agung Kolombia tidak berdaya dan akhirnya mencabut perjanjian ekstradisi dengan AS.

Infografik Mozaik Pablo Escobar

Infografik Mozaik Pablo Escobar. tirto.id/Sabit

Pada titik ini, satu-satunya otoritas hukum yang menjadi lawan berat Escobar adalah Jenderal Maza Márquez, pemimpin Departamento Administrativo de Seguridad (DAS)--biro investigasi federal milik Kolombia. Escobar membenci Jenderal Marquez dan berulang kali mencoba membunuhnya. Puncaknya terjadi pada 1989, ketika sebuah bom diledakkan tepat di depan kantor DAS. Meski Jenderal Márquez selamat, tapi tidak kurang dari 100 orang tewas akibat ledakan tersebut.

Ketika George Bush dilantik menjadi Presiden AS, komitmen memerangi Escobar mendapat dukungan dana dan sumber daya yang lebih baik. Di Kolombia, calon presiden Luis Carlos Galán yang populer difavoritkan menjadi pemenang dalam pemilu 1990. Galán adalah masalah besar bagi Escobar karena misi utamanya memberantas perdagangan narkotika. Dalam kampanye, Galán bahkan berani menjanjikan untuk mengembalikan perjanjian ekstradisi jika menjadi presiden. Namun dalam sebuah kampanye publik pada 18 Agustus 1989, ia ditembak mati.

Kematian Galán menjadi momentum bagi Presiden Kolombia Virgilio Barco Vargas untuk menyatakan perang dengan komplotan Escobar, dan secara terbuka meminta bantuan AS. Hal itu dilakukan Vargas beberapa jam setelah insiden penembakan.

Pada pertengahan 1991, parlemen Kolombia mengadakan pemungutan suara mengenai ekstradisi dengan AS. Hasilnya di luar dugaan: ekstradisi tidak akan diberlakukan kembali. Tapi DEA tetap mengincar Escobar. Kemudian setelah cukup lama kerepotan menjalankan bisnis dalam pelarian, Escobar akhirnya menyerahkan diri. Hari itu juga ia dijebloskan ke penjara La Catedral untuk menjalani hukuman selama 5 tahun.

La Catedral adalah penjara super mewah yang dibangun sesuai dengan spesifikasi khusus yang diminta oleh Escobar. Tempat itu sama sekali tidak seperti penjara pada umumnya, dan penyerahan diri adalah trik Escobar untuk menghindari proses pengadilan di AS.

Menyadari kejanggalan dan banyaknya laporan dari pelbagai pihak mengenai aktivitas kartel di La Catedral, pemerintah Kolombia memutuskan mengirim pasukan khusus untuk menjemput Escobar. Ia akan dipindahkan ke penjara biasa. Namun pada 22 Juli 1992, tepat hari ini 29 tahun lalu, Escobar berhasil melarikan diri dari sergapan pasukan pemerintah.

Enam belas bulan kemudian keberadaannya terdeteksi di sebuah rumah sederhana di Medellín. Setelah sempat baku tembak dengan petugas, sebuah peluru menembus kepalanya. Escobar tewas di tempat pada 2 Desember 1993.

Baca juga artikel terkait PABLO ESCOBAR atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Humaniora
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh