Menuju konten utama

Terbitkan Surat Utang, PGEO: Tidak akan Berisiko Bagi Perseroan

PGEO mengklaim tingkat kupon diberikan atas obligasi yang diterbitkan Perseroan masih berada dalam batas wajar.

Terbitkan Surat Utang, PGEO: Tidak akan Berisiko Bagi Perseroan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu Unit 1,2,3 dan 4 beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan listrik Provinsi Lampung di Tanggamus, Lampung, Jumat (16/06).ANTARA FOTO/HO/HumasPertamina/Rudi

tirto.id - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berencana akan menerbitkan surat utang berwawasan hijau (green bonds) senilai 400 juta dolar AS atau setara dengan Rp6 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS.). Surat utang ini menawarkan bunga sebesar 5,15 persen per tahun dan jatuh tempo pada 2028.

Corporate Secretary PT Pertamina Geothermal Energy, Muhammad Baron mengklaim, tingkat kupon diberikan atas obligasi yang diterbitkan Perseroan masih berada dalam batas wajar. Dia menilai hal itu masih berada di dalam kisaran kupon surat utang pembanding dengan rating serupa dan jatuh tempo berkisar pada tahun 2027-2029.

"Penggunaan dana untuk pembayaran utang juga sudah sesuai dengan Eligibility Criteria yang telah ditetapkan dalam Green Financing Framework PGE sehingga tidak akan berisiko bagi keberlangsungan Perseroan," kata Baron kepada Tirto, Kamis (27/4/2023).

Baron mengatakan jika dibandingkan pinjaman bank yang memiliki rate dan risiko lebih tinggi, green bond yang pada dasarnya merupakan bentuk fundraising berwawasan lingkungan. Dia menuturkan hal itu lebih menguntungkan sebab dapat memberikan premium/discount dari investor fixed income yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan bisnis berwawasan lingkungan, misalnya panas bumi.

Sebelumnya, Fundamental Analyst PT Kanaka Hita Solvera, Raditya Krisna Pradana menilai setidaknya terdapat dua risiko yang akan dihadapi PGEO dalam aksi korporasi kali ini. Pertama perseroan akan menghadapi ketidakpastian apakah obligasi yang ditawarkan berhasil diserap semua atau tidak.

Sebab kata Raditya, jumlah kebutuhan dana yang ingin diperoleh dari penerbitan obligasi ini cukup besar, yakni sekitar Rp6 triliun. Belum lagi dana tersebut harus didapatkan dalam waktu yang singkat.

“Dibilang singkat karena akan digunakan sebagai refinancing utang yang akan jatuh tempo pada Juni tahun ini, hanya sekitar satu bulan,” ujarnya, di Jakarta, Kamis (27/4/2023).

Kedua, lanjut Raditya, PGEO akan sulit mendapatkan kupon obligasi yang lebih rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman sebelumnya. Mengingat kondisi ekonomi global saat ini yang penuh dengan tantangan likuiditas.

Jika dihitung, mengacu pada LIBOR rate 3 bulan 2021 hanya sekitar 0,16 persen dan ditambah margin terbesar pada perjanjian fasilitas per 23 Juni 2021 sebesar 0,7 persen, maka bunga pinjaman PGEO saat itu tidak lebih dari 3 persen. Sedangkan bunga kupon green bonds yang akan dirilis PGEO kali ini sebesar 5,15 persen per tahun.

Beban bunga yang dikenakan atas perjanjian pada saat itu adalah LIBOR 3 bulan ditambah margin dan dibayarkan pada akhir periode bunga, margin untuk bulan 1-12 sekitar 0,5 persen untuk offshore dan 0,6 persen untuk onshore. Sementara margin untuk bulan 19-24 sekitar 0,6 persen - 0,7 persen.

“Apabila kupon obligasi yang akan dipakai untuk bayar utang itu lebih besar dari bunga utangnya sendiri, bisa dibilang PGEO rugi dalam penerbitan global bonds ini,” ungkapnya.

Baca juga artikel terkait PGEO atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin