Menuju konten utama

Terancam Tergusur, Petani Kulon Progo Sumbang Pangan Saat Pandemi

Petani lahan pantai di Kulonprogo, Yogyakarta menyumbangkan hasil pertanian untuk Solidaritas Pangan Jogja (SPJ), membantu mereka yang terdampak pandemi virus Covid-19.

Terancam Tergusur, Petani Kulon Progo Sumbang Pangan Saat Pandemi
Petani di Temon, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Senin (5/2/2018). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah.

tirto.id - Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulon Progo Yogyakarta menyumbangkan hasil pertanian untuk Solidaritas Pangan Jogja (SPJ), membantu mereka yang terdampak pandemi virus Corona atau Covid-19.

Koordinator PPLP Widodo mengatakan telah mengoordinir petani mengumpulkan sebagian hasil pertaniannya untuk disumbangkan ke SPJ. Bahan pangan yang disumbangkan di antara adalah cabai, terong, kacang panjang, kangkung, labu, dan oyong.

"Motivasi kami ya karena kita memproduksi pangan sementara kawan-kawan membutuhkan ya sudah kita bagi-bagi saja," kata Widodo saat dihubungi reporter Tirto, Senin (12/4/2020).

Para petani yang tergabung di PPLP, kata dia, sudah mampu memenuhi kebutuhan pangan dari hasil pertanian sendiri. Bahkan hasil pertanian, kata dia, kerap surplus melebihi kebutuhan pangan petani, sehingga bisa untuk dijual.

"Enggak menjual sayuran pun kita masih bisa hidup. Jadi kalau kita menyisihkan hasil pertanian kita untuk kawan-kawan itu tidak masalah," ujarnya.

Dalam situasi pandemi seperti ini, menurutnya, yang paling dibutuhkan adalah bahan pangan. Terlebih jika situasi pandemi terus memburuk maka, makanan adalah yang paling utama harus ada.

Pemerintah, kata Widodo, harusnya turut menjaga ketersediaan pangan dengan melindungi para petani. Namun, yang terjadi, kata dia, sejumlah petani pesisir pantai di Kulonprogo malah terancam akan digusur.

Rencananya, kawasan pertanian pesisir pantai sekitar 2.980 hektare akan dijadikan tambang pasir besi. Padahal, kata Widodo, luasan lahan tersebut selain ditinggali juga menjadi lahan pertanian produktif.

Akibatnya, penolakan tambang pun semakin masif. Hal itu terjadi sejak 2016 setelah pemerintah Kabupaten Kulonprogo dan PT Jogja Mangasa Iron menandatangani kontrak karya yang menyatakan bahwa kawasan pesisir Kulonprogo adalah area tambang.

"Kalau negara tidak hanya mikir profit ya harusnya yang dijaga lumbung pangan, salah satunya pertanian di pesisir ini. Karena yang bisa memproduksi sayuran selama ini salah satunya ya di pesisir ini," kata dia.

Untuk itu, gerakan pada petani bersolidaritas menyumbangkan bahan pangan ini, kata dia, juga untuk membuktikan bahwa semua makhluk hidup membutuhkan pangan.

"Ini untuk membuktikan bahwa semua makhluk hidup itu yang dibutuhkan adalah bahan makanan bukan konsentrat pasir besi atau tambang," kata dia.

Rencananya, kata Widodo, sejumlah bahan pangan dari PPLP akan disumbangkan ke SPJ secara bertahap, selama SPJ masih membutuhkan.

Koordinator SPJ Raihan Ibrahim Annas mengatakan sumbangan pangan dari PPLP akan diambil dari dimasak di dapur umum hari ini. Dapur umum SPJ itu membuat nasi bungkus untuk dibagikan kepada para pekerja informal di Yogyakarta yang terdapat Corona.

"[Selain dari PPLP] sudah ada petani dari Dieng [Wonosobo] yang juga menyumbang sayur sangat banyak," kata Raihan.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Maya Saputri