Menuju konten utama

Teori Masuknya Islam ke Indonesia dari Cina dan Pencetusnya

Penjelasan teori masuknya Islam ke Indonesia dari Cina dan tokoh pencetusnya adalah sebagai berikut. 

Teori Masuknya Islam ke Indonesia dari Cina dan Pencetusnya
Ilustrasi Sejarah. foto/IStockphoto

tirto.id - Sama halnya dengan agama Hindu Buddha, masuknya Islam ke Indonesia juga memunculkan banyak teori. Teori-teori ini menjelaskan dari mana sebenarnya penyebar awal agama Islam di wilayah nusantara (Indonesia).

Selama ini ada sejumlah teori masuknya Islam ke Indonesia yang mengidentifikasi asal para pendakwah pelopor di nusantara. Sejumlah teori muncul karena bukti-bukti sejarah menunjukkan penyebar awal agama Islam di wilayah nusantara berasal dari berbagai kawasan.

Banyak petunjuk juga mengindikasikan bahwa proses masuknya agama Islam ke Indonesia berbarengan dengan meningkatkan aktivitas perdagangan maritim di nusantara. Meski begitu, agama Islam tidak hanya dibawa oleh para pedagang yang singgah atau bermigrasi ke nusantara. Ada juga sejumlah ulama yang datang ke nusantara dengan tujuan berdakwah.

Pertanyaannya, siapa yang paling awal menyebarkan agama Islam di Indonesia, dan dari mana asalnya? Berbagai sumber menjelaskan setidak ada 4 teori yang muncul terkait dengan riwayat masuknya Islam ke Indonesia, yaitu Teori India (Gujarat), Teori Arab (Mekkah), Teori Persia (Iran), dan Teori Cina.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia dari Cina

Salah satu teori yang mengemuka bermuatan hipotesis bahwa penyebar awal agama Islam di Indonesia berasal dari Cina. Teori ini menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia pertama kali dibawa oleh perantau muslim dari daratan Cina yang datang ke Nusantara, demikian dikutip dari Mariana dalam Sejarah Indonesia (2020:5).

Teori ini diperkuat beberapa bukti. Mengutip penjelasan Jean A. Berlie dalam Islam in China (2004), komunitas muslim Cina sudah ada di Palembang tahun 879 M. Terbentuknya komunitas tersebut dipicu migrasi orang-orang muslim Cina dari Kanton ke Asia Tenggara, khususnya Palembang.

Selain itu, Mariana menyebutkan bahwa orang-orang keturunan Cina memiliki pengaruh di salah satu Kesultanan Islam di Jawa, yaitu Demak. Pengaruh tersebut bisa dilihat dari Sultan pertama Demak, yakni Raden Fatah yang merupakan seorang keturunan Cina. Tidak hanya itu, gelar sultan-sultan Demak juga menggunakan istilah Cina.

Dalam buku Sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna diungkapkan, Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Fatah, putra Raja Majapahit dari istri seorang perempuan asal Cina yang telah masuk Islam. Raden Fatah yang memiliki nama Cina, Jin Bun, memimpin Demak bersama Wali Songo sejak 1500 M.

Bukti lainnya, sebagaimana ditulis oleh Prof. Kong Yuanzhi dalam Cheng Ho Muslim Tionghoa: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara (2015:289), terdapat dalam catatan bertajuk Yingyai Shenglan milik penjelajah Tiongkok Ma Huan pada abad ke-15.

Ma Huan mencatat salah satu dari 3 golongan penduduk pesisir utara di Jawa Timur merupakan orang-orang Tang (618-907 M). Mereka berasal dari Kuangtung (Guangdong), Chang-Chou (Zhangzhou), Quanzhou, dan berbagai tempat lain di China. Sebagian besar dari mereka memeluk agama Islam, dan menjalankan ibadah seperti puasa.

Sebagai catatan, ajaran Islam berkembang di Cina sejak masa Dinasti Tang (618-905 M). Ajaran Islam di daratan Cina semula dibawa oleh panglima muslim dari era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash. Kota Kanton pernah menjadi pusat para pendakwah muslim dari Cina pada masa Dinast Tang.

Tokoh Pencetus Teori Cina

Di antara tokoh pencetus Teori Cina ialah Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby. Slamet Mulyana berpendapat bahwa orang-orang Cina juga berperan aktif membawa ajaran Islam ke Nusantara.

Dalam bukunya yang berjudul Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005), ia menggunakan 3 sumber untuk menunjukkan bukti masuknya Islam ke Indonesia dari Cina, yaitu Serat Kendana, Babad Tanah Jawi, dan naskah dari Kelenteng Sam Po Kong yang ditulis Poortman.

Slamet Mulyana menyebut, relasi dengan Cina sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit tepatnya tahun 1424 M. Saat itu, Ma Hong Fu datang ke Majapahit untuk menemui Prabu Wikramawardhana.

Lantas, pada saat terjadi transisi di Majapahit dari era Hindu-Buddha ke masa Islam banyak orang-orang Tiongkok datang ke Nusantara. Selain itu, Slamet pun menyebutkan bahwa adanya tokoh Walisongo yang mempunyai darah Tionghoa menjadi bukti lain pengaruh Cina terhadap penyebaran Islam di nusantara.

Selain Slamet Mulyana, ada juga Sumanto Al Qurtuby yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa dari Cina. Pendapat Sumanto Al Qurtuby ini selaras dengan buku Slamet Muljana yaitu Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara.

Namun, Sumanto Al Qurtuby tidak hanya menggunakan sumber dari Babad Tanah Djawi, Serat Kendaning Ringgit Purwa, Carita Lasem, Babad Cirebon, dan Hikayat Hasanuddin, ia juga menggunakan sumber pustaka lainnya.

Baca juga artikel terkait SEJARAH ISLAM atau tulisan lainnya dari Alhidayath Parinduri

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Alhidayath Parinduri
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Addi M Idhom