Menuju konten utama

Tentara Komunis ELN Masih Bergerilya di Kolombia

ELN mengawinkan Marxisme dengan teologi pembebasan ala Katolik progresif sebagai dasar perjuangan gerilya melawan pemerintah dan kelompok sayap kanan Kolombia.

Tentara Komunis ELN Masih Bergerilya di Kolombia
Tentara Pembebasan Nasional (ELN) dalam formasinya. Getty Images/Carlos Villalon

tirto.id - Jurnalis Belanda Derk Johannes Bolt (62) dan kamerawan Eugonio Ernest Marie Follender (58) punya tugas liputan untuk sebuah program bernama Spoorloos. Keduanya mencari seorang ibu dari dua anak asal Kolombia yang diadopsi di Belanda sejak beberapa tahun lalu hingga ke Catatumbo, wilayah perbatasan Kolombia-Venezuela di mana sejumlah kelompok bersenjata anti-pemerintah beroperasi.

Senin (20/6/2017) waktu setempat, muncul kabar bahwa keduanya tak bisa dilacak alias tak ada kabar sama sekali. Pihak kepolisian Kolombia kemudian mengonfirmasi bahwa pagi itu kendaraan yang mengangkut keduanya dihentikan di El Rarra, Norte de Santander. Pelakunya dicurigai sebagai kelompok milisi Marxis yang masih bergerilya di pedalaman hutan Kolombia: Tentara Pembebasan Nasional atau Ejército de Liberación Nacional (ELN).

Saat BBC News memverifikasi peristiwa ini, juru bicara ELN hanya berkata, “Tak ada yang perlu untuk dikatakan.” Penculikan awak media oleh ELN di El Tarra terakhir terjadi pada Mei 2016, menimpa jurnalis keturunan Spanyol-Kolombia dan dua reporter televisi nasional. Para korban dilepaskan beberapa hari kemudian. Sementara itu, pemerintah Kolombia mencuit di Twitter bahwa pihaknya akan berupaya untuk mengatasi kasus penculikan terbaru ini.

Penculikan adalah salah satu taktik ELN dalam rangka mendanai pengeluaran militernya. Mereka meminta uang tebusan yang tinggi sekaligus memeras pemerintah Kolombia dan sejumlah perusahaan minyak asing yang menyedot kekayaan alam Kolombia. Korban yang terakhir mengisyaratkan basis perjuangan ELN sendiri yang anti-kapitalis asing yang bekerja sama dengan pemerintah korup dan membuat rakyat Kolombia terjerat kemiskinan.

ELN menjadi kelompok paramiliter kiri anti-pemerintah terbesar kedua di Kolombia setelah FARC (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia) atau Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolumbia. Masa jaya FARC terbentang sejak tahun pendiriannya pada 1964 hingga Juni 2016 ketika FARC menandatangani kesepakatan gencatan senjata dengan Presiden Kolombia Juan Manuel Santos di Havana, Kuba.

Perjanjian tersebut adalah langkah bersejarah untuk mengakhiri konflik FARC-Pemerintah Kolombia selama lima dekade terakhir dan membuat situasi politik di Kolombia tak stabil. Pada 25 Agustus 2016, perjanjian damai diresmikan, melahirkan 24 rincian kesepakatan yang telah direvisi. Kesepakatan itu ditandatangani Kongres Kolombia pada 30 November 2016. Pada 18 Februari 2017, milisi pemberontak FARC dipindahkan ke zona transisi dan memulai proses pelucutan senjata.

Di sisi lain, ELN tetap aktif hingga hari ini dalam bergerilya memperjuangkan cita-citanya dalam menegakkan rezim komunis yang dinilai bisa untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi di Kolombia. Selain anti-pemerintah, ELN dan FARC juga berhadapan dengan kelompok paramiliter sayap kanan selama lebih dari 50 tahun terakhir. Konfliknya telah memakan 260 ribu korban jiwa, hilangnya puluhan ribu nama, dan melahirkan kurang lebih enam juta pencari suaka.

Berdasarkan catatan Insight Crime, jejak ELN bisa ditelusuri sejak berdirinya di tahun 1964 oleh Fabio Vasquez Castano dan milisi pemberontah asli Kolombia lain yang pernah mendapat pelatihan di Kuba selama revolusi yang dipimpin oleh Fidel Castro. Ia terinspirasi oleh kemenangan Castro dan kawan-kawannya menggulingkan penguasa korup dan pro-kapitalis Kuba. Sebuah peristiwa bersejarah yang melahirkan kelompok-kelompok gerilyawan kiri lain di Amerika Selatan.

Perjuangan ELN meliputi hampir seluruh wilayah Kolombia. Pada tahun 2013 anggota ELN diprediksi sebanyak 1.380 hingga 3.000 gerilyawan. Sementara data pada 2016 memperkirakan anggotanya mencapai kurang lebih 2.500 orang.

Atas manuvernya yang kerap meneror sumber persenjataan militer pemerintah, area vital perusahaan asing, hingga mengorbankan nyawa orang sipil, ELN dikelompokkan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah Kolombia, Peru, Amerika Serikat, Kanada, dan Uni Eropa.

Infografik tentara pembebasan nasional kolombia

Perkawinan Mesra Marxisme dan Katolik Progresif

ELN tak hanya mengusung ideologi Marxisme-Leninisme, tapi juga mengawinkannya dengan doktrin Katolik progresif yang dibawa oleh intelektual sekaligus pendeta Kolombia. Inti dari semangat ini agak berlawanan dengan penerapan komunisme di sejumlah negara yang menganggap agama sebagai elemen kontra-revolusi. Bagi ELN, agama Katolik justru jadi sumber perlawanan efektif demi pemerataan kesejahteraan untuk rakyat miskin Kolombia.

Setelah kematian Fabio Castano, pendirinya, ELN dinakhodai oleh seorang pastor bernama Camilo Torres Restrepo (1929-1966). Camilo dikenal sebagai profesor universitas yang mendaku sebagai seorang egalitarian dan Marxis. Kritik terbesarnya adalah pada kesenjangan ekonomi yang dahsyat di Kolombia dan menjadikan pertarungan kelas makin tak seimbang.

Camilo-lah yang melahirkan teologi pembebasan (liberation theology) ala Katolik progresif yang juga populer di kalangan pejuang kiri lain di seluruh daratan Amerika Latin. Ide radikal ini mencoba ia teruskan di ELN. Camilo terbunuh dalam sebuah kontak senjata pada 1966. Sosoknya selalu dikenang sebagai panutan bagi para pejuang muda yang bergabung ke kelompok tersebut, juga bagi imam Katolik Roma pembela kaum miskin lainnya.

Di era 1970-an komando ELN berganti kepada Romo Manuel Perez Martinez (1943-1998) yang dijuluki El Cura Perez atau Si Pendeta Perez. Ia membagi tugas dengan pejuang senior ELN lain Nicolas Rodriguez Bautista alias Gabino.

Romo Manuel memiliki reputasi sebagai salah seorang pimpinan ELN paling legendaris selama hidup hingga kematiannya di tahun 1998 karena Hepatitis B. Ia menciptakan pondasi ideologi ELN yang mengawinkan antara teori revolusi Kuba dan teologi pembebasan agar Kolombia lepas dari bayang-bayang kemiskinan dan korupsi.

Gerilyawan ELN selamat dari gempuran tentara pemerintah Kolombia dalam Operasi Anori (1973-1974) dan mampu menyelamatkan diri setelah membuat kesepakatan dengan Presiden Kolombia saat itu, Alfonso Lopez Michelsen yang membiarkan ELN pergi dari kepungan tentara pemerintah. Bantuan ini ditujukan agar ELN mau damai dengan pemerintah dan mengakhiri perang sipil yang mulai memakan banyak korban.

Usai periode tersebut, ELN mulai melanjutkan pembiayaan operasi militernya dengan cara menculik agar memperoleh uang tebusan dan memeras perusahaan minyak asing. ELN juga memiliki koneksi dengan pihak-pihak yang menjalankan perdagangan narkoba terlarang dan menerapkan pajak tinggi pada mereka sehingga uang pendanaan militer terus mengalir.

ELN tidak berpartisipasi dalam perjanjian damai antara pemerintah Kolombia yang diwakili oleh Presiden Andres Pastrana Arango (1998-2002) dan FARC. Namun ELN berpartisipasi dalam sebuah konferensi tentang kemungkinan bergabungnya ELN dalam kesepakatan damai tersebut.

Pemerintah Kolombia pernah berinisiatif memberikan zona demiliterisasi di negara bagian Bolivar. Namun langkah ini digagalkan oleh tekanan politik kelompok sayap kanan Pasukan Bela Diri Bersatu Kolombia (AUC) yang melancarkan operasi anti-gerilya di daerah tersebut. Kelompok-kelompok seperti AUC kerap melakukan kontak senjata dengan ELN dan melahirkan ketidakstabilan di kawasan tempat keduanya berkonflik.

Ada sebuah yayasan untuk korban penculikan di Kolombia yang bernama Pais Libre. Juru bicaranya, Claudia Calle, mengungkapkan bahwa dalam periode tahun 2000-2007, ELN bertanggung jawab atas penculikan lebih dari 3.000 orang dan pada saat Claudia merilis laporannya pada awal September 2008, masih ada 240 orang yang belum kembali.

Selama 17 tahun terakhir pemerintah Kolombia terus berupaya untuk meresmikan kesepakatan damai dengan ELN, tapi gagal melulu. Pada awal Mei 2017 sebuah kabar gembira muncul ke permukaan. Sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, pemerintah Kolombia dan ELN akan kembali membicarakan kemungkinan tersebut setelah beberapa kali tertunda.

Jika bisa benar-benar terealisasi, pemerintah Kolombia akan mengakhiri kerepotannya selama 50 tahun berkonflik dengan kelompok-kelompok pemberontak. ELN adalah milisi anti-pemerintah terakhir di negara kelahiran gembong narkoba legendaris Pablo Escobar itu setelah FARC akhirnya mau berdamai dengan pemerintah. Bagaimana akhir ceritanya hanya bisa dipastikan di waktu mendatang.

Baca juga artikel terkait KOLOMBIA atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Politik
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Maulida Sri Handayani