Menuju konten utama

Temuan Katsuko Saruhashi Hindarkan "Chernobyl & Fukushima" Terulang

Apa saja kiprah Katsuko Haruhashi sehingga Google mengangkat sosoknya menjadi doodle hari ini?

Katsuko Saruhashi, Google Doodle 22 Maret 2018.

tirto.id - Hari ini, Kamis (22/3/2018) Google doodle mengabadikan Katsuko Saruhashi, ahli geokimia perempuan pertama asal Jepang.

Apa saja kiprah Katsuko Haruhashi sehingga Google mengangkat sosoknya menjadi doodle hari ini?

Temuan perempuan kelahiran 22 Maret 1920 ini yang paling memberi kontribusi pada kemanusiaan adalah jasanya mengembangkan teknik melacak perjalanan luruhan radioaktif di laut.

Hasil riset Saruhashi itu menjadi salah satu alasan ilmiah untuk mendesak adanya pelarangan uji coba bom nuklir, terutama di Samudera Pasifik.

Pasalnya pada 1950-an, Amerika Serikat dan Uni Soviet serta beberapa negara lainnya aktif melakukan percobaan bom nuklir di lautan. Pada 1963, akhirnya AS, Soviet dan Inggris meneken Limited Test Ban Treaty. Traktat itu melarang uji coba bom nuklir di atmosfer, angkasa dan bawah air.

Awalnya karir keilmihannya dimulai saat AS mulai menguji coba senjata nuklir di Bikini Atoll. Menanggapi hal itu, pemerintah Jepang ingin tahu apakah ledakan hulu ledak mempengaruhi air di lautan dan saat hujan turun. Lalu pemerintah Jepang menugaskan Laboratorium Geokimia, tempat dia bekerja, untuk menganalisa itu.

Dia memanfaatkan pemahaman akurat mengukur air tetapi mengubahnya untuk mengeksplorasi cara luruhan nuklir menyebar melalui air. Dia menemukan bahwa polusi membutuhkan waktu lama untuk melewati samudra - namun pada akhirnya akan menyebar dan bercampur dengan air, bergerak melintasi dunia.

Melalui temuan-temuan itulah, ia berkontribusi menghentikan uji hulu ledak nuklir yang dilakukan negara-negara lain di lautan. Melalui temuan bagaimana luruhan nuklir menyebar ke lautan ini nantinya akan bisa membuka pada bidang penelitian lain untuk menghindari kecelakaan seperti di Chernobyl atau Fukushima.

Saruhashi populer karena sejumlah temuannya di bidang geokimia. Dia merumuskan metode pengukuran akurat terhadap kandungan asam karbonat di air laut berdasarkan kondisi suhu, tingkat pH dan klorinitas.

Metode pengukuran itu kemudian disebut dengan istilah Saruhashi’s Table. Bagi para peneliti di bidang oseanografi—ilmu yang mempelajari fenomena fisis dan dinamis air laut—metode temuan Saruhashi tersebut sangat berharga.

Dia menjadi peneliti yang mengawali pengukuran secara tepat kandungan karbon dioksida dan bahan radioaktif di air laut.

Saruhashi adalah wanita pertama yang mendapatkan gelar doktor bidang kimia dari Universitas Tokyo pada tahun 1957. Dia juga perempuan pertama yang dipilih menjadi anggota Dewan Ilmu Pengetahuan Jepang (the Science Council of Japan) pada 1980. Tak hanya itu, Saruhashi juga ilmuwan perempuan pertama yang meraih penghargaan Miyake Prize di bidang geokimia di tahun 1985.

Pada 1981, dia menginisiasi pemberian penghargaan tahunan terhadap peneliti perempuan yang berjasa terhadap perkembangan sains. Penghargaan itu mengabadikan namanya, yakni Saruhashi Prize.

Tetapi pencapaian Saruhashi tidak hanya di bidang ilmiah. Dia juga bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa wanita lain mendapat kesempatan untuk membuat terobosan yang dia lakukan, menjelaskan bahwa itu adalah misinya untuk menjadikan posisi antara laki-laki dan perempuan lebih setara di bidang yang ia geluti.

“Ada banyak wanita yang memiliki kemampuan untuk menjadi ilmuwan hebat," kata Katsuko, dilansir dari The Independent.

"Saya ingin melihat hari ketika wanita dapat berkontribusi pada sains dan teknologi pada pijakan yang sama dengan pria,” lanjutnya.

Katsuko Saruhashi meninggal pada 29 September 2007 karena menderita pneumonia. Hari ini merupakan ulang tahun kelahiran Saruhashi yang ke-98 yang dirayakan Google doodle.

Baca juga artikel terkait GOOGLE DOODLE atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Humaniora
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri
-->