Menuju konten utama
Naskah Khotbah Jumat

Teks Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah: Makna Qurban Bagi Umat Muslim

Khutbah Jumat singkat bulan Dzulhijjah tentang makna berkurban bagi kehidupan umat Islam.

Teks Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah: Makna Qurban Bagi Umat Muslim
Pedagang mengawasi ternak sapi untuk hewan kurban yang dijualnya di Pasar Hewan, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (14/7/2021). ANTARAFOTO/Basri Marzuki/wsj.

tirto.id - Naskah Khutbah Jumat bulan Dzulhijjah pekan ini bertema tentang makna berkurban bagi kehidupan umat Islam.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh..

الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.

فَقَالَ الله تَعَالىٰ :يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

فَـصَـلِّ لـِرَّبِّـكَ وَانْـحَـرْ.

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan izin-Nya di hari Jumat yang berbahagia ini, kita kembali dipertemukan dalam majelis khotbah dan salat Jumat, 8 Juli 2022.

Salawat dan salam tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, kerabatnya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan sampai hari kiamat. Amma ba'du.

Naskah Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Ada begitu banyak nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita, di antara limpahan nikmat tersebut adalah nikmat umur panjang dan nikmat kesehatan.

Ini merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah. Karenanya, selagi Allah SWT memberikan dua nikmat ini kepada kita, janganlah sia–siakan waktu untuk meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT.

Sebagai wujud dari rasa syukur atas nikmat yang diberikan tersebut, yakni bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangannya.

Seperti dikutip laman Muhammadiyah, menjalankan segala yang diperintahkan itu, juga sebaiknya diiringi dengan rasa keimanan yang tinggi, bahwa tiada satu pun yang berhak disembah kecuali Allah SWT.

Kemudian juga diiringi dengan rasa diawasi oleh Allah sehingga diri ini merasa malu ketika enggan menjalankan segala yang diperintahkan. Serta merasa takut, karena di balik perintah tersebut pasti ada yang akan ditimpakan ketika kita enggan menjalankan perintah tersebut.

Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ

Yaaa ayyuhal laziina aamanut taqul laaha haqqa tuqootihii wa laa tamuuntunna illaa wa antum muslimuun

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. (QS. Ali Imran: 102)

Dan sebentar lagi, kita menjelang datangnya hari Idul Adha atau dalam istilah lainnya juga dikenal dengan udhiyah yang artinya hewan yang disembelih pada hari raya idul adha.

Sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat mempertemukan kita lagi di Idul Adha, maka kita dapat menyempurnakannya dengan melaksanakan ibadah sembelihan hewan kurban yang diawali dengan salat Idul Adha dua rakaat.

Firman Allah SWT:

فَـصَـلِّ لـِرَّبِّـكَ وَانْـحَـرْ.

Fasholli lirabbika wanwar

Artinya: "Maka dirikanlah salat dan berkurbanlah." (QS.Al-kautsar:2).

Ayat ini menjelaskan sebagai rasa syukurmu kepada Allah, maka laksanakanlah salat dengan ikhlas semata-mata karena Tuhanmu, bukan dengan tujuan ria; dan berkurbanlah demi Allah dengan menyembelih hewan sebagai ibadah dan sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Hari Raya Idul Adha atau hari Raya Qurban termasuk hari yang penuh keistimewaan. Karena pada saat ini, jutaan umat Islam berasal dari seluruh penjuru dunia sedang melaksanakan ibadah haji dengan mengumandangkan takbir dan talbiyah silih berganti.

Kemudian, di hari Idul Adha juga untuk mengenang sejarah qurban yang Nabi Ibrahim a.s., di mana beliau ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengurbankan putra kesayangannya, Ismail, a.s. melalui mimpi.

Bayangkan betapa bahagianya hati orang tua yang telah lama mendambakan generasi penerus dirinya selama sekian tahun lamanya, dan bagaimana tingkat kecintaannya terhadap sang putra tunggal semata wayang tersebut, tiba-tiba dihadapkan dengan perintah harus mengorbankan sang putra di tangannya sendiri dengan cara menyembelih, subhanallah.

Namun, karena kecintaan Nabi Ibrahim a.s kepada Allah SWT jauh lebih besar dan jauh lebih di atas segala galanya daripada kecintaan terhadap anak, istri, harta benda dan materi keduniaan lainnya, maka ia rela mematuhi perintah dari-Nya.

Dikisahkan dalam suasana yang sangat mengharukan itu, dan detik-detik yang amat menegangkan, saat Ismail sudah dibaringkan untuk dilakukan penyembelihan, tiba-tiba Allah SWT dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya mengganti sang anak Ismail dengan seekor kibas besar yang dibawa oleh malaikat jibril.

Hal inilah yang menjadi dasar sejarah disyariatkannya berkurban bagi umat Islam yang punya kemampuan untuk melaksanakannya satu tahun sekali pada hari raya Idul Adha.

Berkurban memiliki makna mulia jika hakikatnya dapat kita pahami dengan baik. Berkurban bukanlah sekadar ritual tanpa makna, atau tradisi tanpa arti.

Makna dari berkurban itu harus mampu menggugah perasaan pelakunya untuk menghayati apa yang tersirat dan tersurat dari pelaksanaan ritual tersebut.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Tidaklah seorang anak Adam melakukan pekerjaan yang paling dicintai Allah pada hari nahr kecuali mengalirkan darah (menyembelih hewan kurban). Hewan itu nanti pada hari kiamat akan datang dengan tanduk, rambut dan bulunya. Dan darah itu di sisi Allah SWT segera menetes pada suatu tempat sebelum menetes ke tanah. (HR. Tirmidzy dan Ibnu Majah).

Hadis ini menunjukkan betapa ibadah kurban begitu penting dilaksanakan dan ia termasuk ibadah yang dicintai Allah SWT.

Oleh karenanya, bagi kita yang merasa mampu melaksanakan ibadah ini, maka jangan sia-siakan kesempatan untuk berkurban, namau kalau sekarang kita tidak mampu untuk berkurban, maka setelah ini kita mulai meniatkan dan membulatkan tekad agar dapat melaksanakan kurban di tahun depan.

Ibadah ini harus kita targetkan dan tanamkan dalam hati untuk memaksakan diri kita tahun depan saya harus bisa berkurban.

Kalau tidak bisa dilakukan secara tunai, maka dapat pula lakukan dengan cara membayarnya secara berangsur-angsur.

Sebab kurban merupakan ibadah yang paling dicintai Allah. Di hari kiamat nanti Allah akan memberikan syafaatnya bagi mereka yang berkurban.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Kita harus meyakini bahwa ibadah kurban yang kita kerjakan ini, tidak akan membuat rugi. Karena Allah pasti memberikan balasan, kebaikan, serta keselamatan dan keberkahan bagi umatnya yang selalu menjalankan segala yang diperintahkannya.

Demikianlah khotbah Jumat kali ini, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari apa yang telah disampaikan.

Wabillaahi taufik walhidayah, wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT BULAN DZULHIJJAH atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom