Menuju konten utama

Teki-Teki Pencipta Lagu "Halo-Halo Bandung"

“Halo-Halo Bandung” adalah lagu pengingat peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada 23-24 Maret 1946 silam. Pencipta lagu ini ternyata masih menjadi teka-teki hingga kini.

Teki-Teki Pencipta Lagu
Suasana kota Bandung saat terjadi pertempuran di Bandung pada 24 Maret 1946. Foto/istimewa

tirto.id - Sebagian besar masyarakat Indonesia pastinya tahu nyanyian “Halo-Halo Bandung” yang mengingatkan pada peristiwa Bandung Lautan Api. Liriknya mudah dihafal karena tidak terlalu panjang, juga dialiri dengan nada menghentak yang menggelorakan semangat, itulah yang membuatnya menjadi cukup populer dan enak dilantunkan. Pertanyaannya, siapakah yang menciptakan lagu tersebut?

Sejumlah kalangan meyakini lagu “Halo-Halo Bandung” adalah hasil karya komponis legendaris Indonesia, Ismail Marzuki. Ada sebagian orang lainnya yang menyangsikan keniscayaan itu, tentu saja dengan berbagai argumen dan teori yang diajukan.

Alasan Meyakini Ismail Marzuki

Ismail Marzuki boleh saja menjadi kandidat terkuat yang paling dipercaya sebagai pencipta lagu “Halo-Halo Bandung” sebagaimana yang selama ini dimaklumi. Ada beberapa alasan yang mendukung keyakinan tersebut.

Yang utama tentu saja karena Ismail Marzuki adalah seorang komponis yang memang sudah menciptakan banyak lagu nasional. Ia masih berusia produktif saat peristiwa Bandung Lautan Api terjadi. Bahkan, dalam setahun pada 1939, seniman-pejuang asli Betawi kelahiran 5 November 1914 ini mampu menghasilkan 8 buah lagu.

Ditambah lagi, Ismail Marzuki pernah bermukim di kota kembang. Ia pindah ke Bandung dari Jakarta untuk membentuk grup Orkes Studio Ketimuran. Ismail Marzuki juga menikahi perempuan Bandung bernama Eulis Andjung Zuraidah (Ahmad Naroth, “Bang Ma’ing Anak Betawi”, Intisari, Juni 1982:8).

Ismail Marzuki dan istri sempat tinggal di Bandung selatan yang pada akhirnya terpaksa dibumihanguskan oleh tentara republik sebelum dijamah Sekutu dan Belanda. Ia dan istri turut mengungsi pula kala itu (Christiawan Bayu Respati, Peran Ismail Marzuki dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, 2016:26).

Dari situ dapat disimpulkan bahwa Ismail Marzuki adalah saksi mata ketika peristiwa Bandung Lautan Api terjadi. Besar kemungkinan—meskipun belum ditemukan bukti kuat—itu menjadi inspirasinya untuk menulis lagu tentang insiden bersejarah tersebut.

Masih ada faktor lain yang memperkuat klaim bahwa Ismail Marzuki adalah pencipta lagu “Halo-Halo Bandung.” Cukup banyak tembang ciptaannya yang menyinggung kota kembang, sebut saja “Bandung Selatan di Waktu Malam”, “Lenggang Bandung”, “Saputangan dari Bandung Selatan”, atau “Panon Hideung” yang liriknya ditulis dalam bahasa Sunda.

Kesangsian dari Sebuah Kesaksian

Keraguan terhadap Ismail Marzuki sebagai orang yang menciptakan lagu “Halo-Halo Bandung” mulai mengemuka ketika Pestaraja Marpaung memberikan kesaksiannya. Veteran asal Medan yang akrab disapa Bang Maung ini adalah salah seorang pejuang yang terlibat langsung dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

Dalam buku berjudul Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan (Ratnayu Sitaresmi, dkk., 2002), Bang Maung mengungkapkan bahwa lagu “Halo-Halo Bandung” bukan diciptakan khusus oleh seseorang, melainkan tersusun secara spontan oleh para pejuang republik yang berperan langsung dalam peristiwa Bandung Lautan Api saat itu.

Pestaraja Marpaung tentu saja punya alasan kuat atas kesaksiannya itu. Ia memaparkan bahwa kata-kata atau lirik dalam lagu “Halo-Halo Bandung” terdiri dari berbagai macam bahasa atau ucapan kebiasaan lokal khas daerah karena para pejuang yang berperang di Bandung kala itu berasal dari berbagai wilayah dan suku bangsa di Indonesia.

Kata “Halo”, misalnya, adalah sapaan yang sering digunakan oleh anak-anak muda di Medan. Begitu pula dengan kata “Beta” dan “Kau” yang terselip dalam lagu tersebut adalah khas Maluku atau Ambon. Jika lagu itu bukan tercipta secara spontan, mengapa tidak memakai kata ganti orang pertama dan kedua yang lebih umum?

Seperti yang ditulis di buku tersebut, Bang Maung berucap, “Sesudah Halo-Halo Bandung, datang orang Ambonnya. Sudah lama beta tidak bertemu dengan kau! Karena itu, ada beta di situ. Bagaimana kata itu bisa masuk kalau tidak ada dia (orang Ambon) di situ?”

“Itulah para pejuang yang menciptakannya. Tidak ada itu yang menciptakan. Kita sama-sama saja main-main begini. Jadi, kalau dikatakan siapa pencipta (Halo-Halo) Bandung? Para pejuang Bandung Selatan!”

Infografik Bandung Lautan Api

Bahkan AT Mahmud pun Tak Tahu

Selain kesaksian yang dipaparkan oleh Bang Maung, kesangsian terhadap Ismail Marzuki bertambah kuat jika membandingkan karakter lagu “Halo-Halo Bandung” dengan sebagian besar karya Ismail Marzuki lainnya.

Ismail Marzuki lebih sering menghasilkan tembang-tembang yang cenderung bergenre keroncong atau slow dengan irama kalem, lembut, teduh, menyejukkan, bahkan terkadang mengharukan semacam “Rayuan Pulau Kelapa”, “Sepasang Mata Bola”, “Juwita Malam”, “Indonesia Pusaka”, atau “Gugur Bunga” yang menyayat hati itu.

Coba bandingkan dengan lagu “Halo-Halo Bandung” yang karakternya sangat berbeda dengan lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki lainnya. Lagu mars ini memacu gairah, menambah semangat, menghentak dengan ritme cepat, bahkan sanggup memantik suasana menjadi lebih heroik.

Hardani, seorang akademisi musik dari Institut Seni Indonesia (ISI), melalui tulisan berjudul “Ismail Marzuki: Komponis Lagu-lagu Perjuangan” juga sepakat bahwa dari lagu-lagu ciptaannya, Ismail Marzuki bukan hanya seorang penulis dan pencipta lagu yang penuh dengan emosi, tapi juga penuh dengan gaya romantik (Jurnal Harmonia Volume VII, Nomor 3, September-Desember 2006).

Lantas, jika Ismail Marzuki diragukan, siapa pencipta lagu “Halo-Halo Bandung” yang sebenarnya? Apakah memang seperti yang sudah dituturkan oleh Pestaraja Marpaung alias Bang Maung bahwa lagu itu tercipta begitu saja yang bermula dari obrolan para pejuang?

Soal kebenaran dan kepastiannya, belum ada yang mampu menjawab. Bahkan, komponis selevel AT Mahmud pun tidak tahu siapa dan dari mana lagu “Halo-Halo Bandung” itu muncul dan akhirnya dipercaya sebagai ciptaan Ismail Marzuki.

Kepada Pikiran Rakyat dalam wawancara tanggal 23 Maret 2007, AT Mahmud mengakui kejanggalan itu. “Informasi yang saya dengar, lagu tersebut seharusnya NN (No Name, pencipta tidak diketahui). Saya sendiri tak tahu bagaimana kemudian lagu itu jadi ciptaan Ismail Marzuki.”

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Humaniora
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Maulida Sri Handayani