Menuju konten utama

Tata Cara Sholat Tarawih 20 Rakaat, Niat, & Panduan Saat Pandemi

Tata cara salat tarawih 20 rakaat, bacaan niat dalam bahasa Arab, teks latin, dan artinya, juga panduan ibadah qiyam Ramadan 2021 saat pandemi COVID-19.

Tata Cara Sholat Tarawih 20 Rakaat, Niat, & Panduan Saat Pandemi
Ilusrasi Ibadah di Rumah. foto/istockphoto

tirto.id - Salat tarawih merupakan salat khusus pada malam bulan Ramadan yang dilaksanakan setelah salat Isya dan sebelum salat witir. Salat tarawih hukumnya sunah. Salat ini dapat dikerjakan dengan jumlah 20 rakaat, umumnya 2 rakaat demi 2 rakaat, kemudian ditutup dengan salat witir 3 rakaat.

Anjuran untuk mengerjakan qiyam Ramadan terdapat dalam riwayat Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (H.R. al-Bukhari).

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah Rasulullah gemar menghidupkan bulan Ramadan dengan anjuran yang tidak keras. Nabi berkata, "Barangsiapa yang melakukan ibadah (salat tarawih) pada bulan Ramadan hanya karena iman dan mengharapkan rida dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat” (H.R. Muslim).

Panduan Salat Tarawih Saat Pandemi COVID-19

Salat tarawih biasanya dikerjakan secara berjemaah. Terkait pandemi COVID-19, Kementerian Agama (Kemenag) telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 03 Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1442 Hijriyah/2021, diikuti dengan SE Nomor 04 Tahun 2021 tentang Perubahan SE Nomor 03 tersebut.

Dalam SE tersebut disebutkan, untuk wilayah zona hijau dan zona kuning (risiko rendah), masjid/musala dapat menyelenggarakan kegiatan ibadah, termasuk salat fardu 5 waktu, salat tarawih dan witir, tadarus Al-Qur'an, dan iktikaf.

Pembatasan jumlah kehadiran jemaah di wilayah zona hijau dan kuning, paling banyak 50% dari kapasitas masjid/musala dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, menjaga jarak aman 1 meter antarjamaah, dan setiap jamaah membawa sajadah/mukena masing-masing.

Sementara itu, kegiatan ibadah Ramadan di masjid/musala seperti salat tarawih dan witir, tadarus Al-Qur'an, iktikaf, dan Peringatan Nuzulul Quran tidak boleh dilakukan di daerah yang termasuk zona merah (risiko tinggi) dan oranye (risiko sedang) penyebaran COVID-19.

Dalil Salat Tarawih 20 Rakaat

Dalam Buku Saku Sukses Ibadah Ramadan oleh Ma’ruf Khozin terbitan Pengurus Pusat Lajnah Ta’lif Wan Nasyr (LTN PBNU) (2017), dalil salat tarawih 20 rakaat dapat dirujuk dari riwayat para tabiin, di antaranya Said bin Yazid, Yazid bin Ruman, Yahya bin Said al-Qathan, dan Abdul Aziz bin Rafi'.

Yazid bin Ruman berkata, "Pada zaman Umar bin Khattab, orang-orang melaksanakan salat malam pada bulan Ramadan (salat tarawih) dengan 23 rakaat " (H.R. Imam Muslim).

Dalam kitab Pedoman Shalat karya Hasby As-Shiddiqy (hlm. 536-537), Ibnu Hubban menjelaskan, bahwa shalat tarawih pada mulanya adalah 11 rakaat.

Para ulama salaf mengerjakan salat itu dengan memanjangkan bacaan, namun karena dirasa berat, lalu mereka meringankan bacaan, dengan menambah rakaat menjadi 20 rakaat, tidak termasuk witir. Ada lagi yang lebih meringankan bacaannya sedangkan rakaatnya ditetapkan menjadi 36 rakaat, selain witir.

Pada masa Umar Ibn Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, salat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat, ditamban 3 rakaat untuk salat witir.

Jumhur (mayoritas) ulama juga menetapkan jumlah shalat tarawih sejumlah 20 rakaat tersebut. Imam Malik menetapkam bilangan shalat tarawih sebanyak 36 rakaat dan 3 rakaat untuk salat witir.

Dalam kitab Bidayatul Hidayah karya Ibn Rusyd (hlm. 152), Al- Tirmidzi menjelaskan, "sebanyak-banyak (rakaat) yang diriwayatkan, bahwa Imam Malik salat 41 rakaat dengan witir".

Niat & Tata Cara Salat Tarawih 20 Rakaat

Salat tarawih 20 rakaat dikerjakan dengan 2 rakaat demi 2 rakaat hingga mencapai 20 rakaat, ditambah 3 rakat salat witir sebagai penutup (2 rakaat awal, ditambah 1 rakaat).

Niat Salat Tarawih dapat dibedakan untuk imam dan makmum.

Bacaan niat imam:

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى

Arab Latin:

Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.'

Artinya, "Aku menyengaja sembahyang sunnah Tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT."

Bacaan niat makmum:

اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin:

Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an ma’mūman lillāhi ta‘ālā.

Artinya, "Aku menyengaja sembahyang sunnah Tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT."

  • Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram
  • Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati
  • Baca taawuz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca salah satu surat pendek Al-Quran dengan jahar (lantang)
  • Rukuk
  • Itidal
  • Sujud pertama
  • Duduk di antara dua sujud
  • Sujud kedua
  • Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua
  • Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama
  • Salam pada rakaat kedua
  • Istighfar dan dianjurkan membaca doa kamilin setelah selesai shalat tarawih.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2021 atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus