Menuju konten utama
Shalat Bagi Orang Sakit

Tata Cara Shalat Berbaring Bagi Orang Sakit dalam Islam

Shalat lima waktu adalah ibadah wajib yang mesti didirikan dalam kondisi apa pun. Lantas, bagaimana tata cara shalat berbaring ketika sedang sakit?

Tata Cara Shalat Berbaring Bagi Orang Sakit dalam Islam
Ilustrasi orang sakit. ANTARA FOTO/Feny Selly/foc.

tirto.id - Tata cara shalat berbaring bagi orang sakit diatur dalam ajaran Islam dengan detail. Shalat lima waktu adalah ibadah wajib yang mesti dikerjakan setiap muslim. Apabila tak mampu berdiri, shalat dapat dikerjakan dalam posisi duduk. Jika tak mampu duduk, umat Islam dapat shalat dalam kondisi berbaring.

Salat berbaring merupakan rukhsah adalah keringanan bagi umat Islam. Rukhsah adalah bentuk kasih sayang Allah SWT atas hamba-hamba-Nya karena Dia tak pernah membebankan kewajiban di luar batas kemampuan manusia.

Hal itu tergambar dalam firmannya dalam surah Al-Baqarah ayat 286: “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai batas kemampuannya," (QS. Al-Baqarah [2]: 286).

Ibadah salat lima waktu ini tak boleh ditinggalkan dalam keadaan apa pun, selama orang bersangkutan masih berakal dan tidak hilang kesadaran (misalnya karena pingsan atau koma).

Karena itu, meskipun sakit parah sampai tak bisa berdiri atau duduk, salat wajib mesti tetap dikerjakan, meskipun dalam kondisi berbaring.

Berkaitan dengan salat dalam posisi berbaring, hal itu disampaikan oleh Imran bin Husain RA ketika ia bertanya pada Nabi Muhammad SAW:

"Aku menderita penyakit wasir, lalu aku bertanya tentang salat [dalam kondisi sakit] kepada Nabi SAW, kemudian beliau menjawab: ‘Salatlah dengan berdiri, bila tidak mampu maka dengan duduk, dan bila tidak mampu maka dengan tidur miring [berbaring],’” (H.R. Bukhari).

Lantas, keadaan sakit seperti apa yang dapat menjadikan seseorang salat berbaring? Dilansir NU Online, ketika seseorang menderita sakit sehingga mengalami masyaqqah sayyidah (kesulitan yang sangat).

Maksudnya, jika ia mengalami sakit sampai-sampai apabila berdiri atau duduk, ia merasa nyeri atau tidak tahan. Jika diteruskan duduk atau berdiri, kondisi itu dapat menghilangkan kekhusyukan salat. Dalam keadaan demikian, seseorang dapat salat dalam kondisi berbaring.

Terkait ketentuan salat berbaring, hal itu juga tergambar dalam hadis Jabir RA, ia berkata:

“Suatu ketika, Rasulullah SAW menjenguk orang yang sedang sakit. Ternyata Rasulullah melihat ia sedang salat di atas bantal. Kemudian Nabi mengambil bantal tersebut dan menjauhkannya. Ternyata orang tersebut lalu mengambil kayu dan salat di atas kayu tersebut.

Selanjutnya, Nabi mengambil kayu tersebut dan menjauhkannya. Lalu Nabi bersabda: 'Salatlah di atas tanah jika kamu mampu, jika tidak mampu maka salatlah dengan ima' [isyarat kepala]. Jadikan kepalamu ketika posisi sujud lebih rendah dari rukukmu'," (H.R. Al Baihaqi).

Tata Cara Sholat Berbaring Bagi Orang Sakit Sesuai Ajaran Islam

Salat berbaring bagi orang sakit terdiri atas 2 macam, yaitu dengan berbaring menyamping atau berbaring telentang.

Berdasarkan hadis di atas, salat dengan berbaring menyamping lebih utama daripada telentang.

Dalam hal ini, orang yang sakit mencoba berbaring menyamping terlebih dahulu, jika tak kuat, barulah berbaring telentang.

Pertama, terkait tata cara salat dalam kondisi berbaring menyamping, ketentuannya adalah sebagai berikut:

  • Orang bersangkutan berbaring menyamping ke arah kanan menghadap kiblat.
  • Apabila tidak mampu menyamping ke kanan, ia dapat menyamping ke kiri, namun tetap ke arah kiblat. Akan tetapi, jika tidak mampu menghadap kiblat pun tak apa-apa dan jangan dipaksakan.
  • Cara bertakbir dan bersedekap ketika salat berbaring persis sama ketika salat dalam keadaan berdiri. Tangan diangkat sejajar dengan telinga atau bahu. Selanjutnya, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
  • Cara rukuk pada salat berbaring adalah dengan menundukkan kepala sedikit. Pada saat bersamaan, kedua tangan diluruskan ke lutut.
  • Cara sujudnya adalah dengan menundukkan kepala lebih banyak daripada ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
  • Selanjutnya, cara tasyahud adalah dengan meluruskan tangan ke arah lutut, namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.

Kedua, tata cara salat berbaring telentang, ketentuannya adalah sebagai berikut:

  • Berbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Jika memungkinkan, kepala diangkat sedikit dengan ganjalan, misalnya dengan bantal atau semisalnya sehingga wajah juga menghadap kiblat. Apabila mampu menghadap menghadap kiblat pun tidak apa-apa dan jangan dipaksakan.
  • Cara bertakbir dan bersedekap ketika salat berbaring persis sama ketika salat dalam keadaan berdiri. Tangan diangkat sejajar dengan telinga atau bahu. Selanjutnya, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
  • Cara rukuk pada salat berbaring adalah dengan menundukkan kepala sedikit. Pada saat bersamaan, kedua tangan diluruskan ke lutut.
  • Cara sujudnya adalah dengan menundukkan kepala lebih banyak daripada ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
  • Selanjutnya, cara tasyahud adalah dengan meluruskan tangan ke arah lutut, namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.
  • Sisa gerakan salat lainnya tidak berbeda dengan cara salat ketika sedang berdiri.

Baca juga artikel terkait SHALAT BAGI ORANG SAKIT atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom