Menuju konten utama

Tarif Baru Gojek & Cara Protes Driver yang Dinilai Rugikan Konsumen

Banyak pelanggan Gojek mengeluh. Mereka mempersoalkan ulah pengemudi yang menerima order tapi tak kunjung menjemput. Lantas apa masalanya?

Tarif Baru Gojek & Cara Protes Driver yang Dinilai Rugikan Konsumen
Seorang pengemudi Go-Jek mengendarai dengan seorang pelanggan di Jakarta, Indonesia, Jumat 26 April 2016. Reputasi ibukota Indonesia sebagai salah satu kota yang paling padat biasanya tidak menguntungkan bagi investor. Tetapi satu perusahaan telah menjadi keberhasilan teknologi paling terlihat di negara itu dengan aplikasi yang meredakan sebagian rasa sakit akibat lalu lintasnya yang menjengkelkan. (AP Photo / Tatan Syuflana)

tirto.id - Dalam sepekan terakhir, banyak pelanggan Gojek mengeluh. Mereka tak kunjung dijemput meski order mereka di aplikasi Gojek sudah diiyakan driver alias pengemudi.

Cerita ini seperti yang dialami Restu Putri. Perempuan 27 tahun ini bahkan harus memesan hingga lebih dari 10 kali.

“Gue sampai pesen 10 sampe 15 kali. Setengah jam cari driver,” kata Restu Putri kepada reporter Tirto, Jumat (23/11/2018).

Lebih parah, kata dia, 10-15 pengemudi yang mengiyakan order tak juga kunjung menjemput. Masalah ini sampai bikin akun restu diblokir sekitar satu jam karena kerap membatalkan order.

“Untungnya pas diblokir, ada [pengemudi] yang mau jemput,” kata dia.

Restu Putri merasa dirugikan, tapi perasaan dirugikan ini juga dirasakan Latifah Fawwaz (24 tahun). Ia mengaku sering ditelantarkan pengemudi yang sudah mengiyakan ordernya.

“Sering kayak begitu. Orderan ada yang pick up tapi enggak ada kabar. Di-chat lewat aplikasinya cuma centang 1. ditelepon ke nomor yang tertera pun kadang enggak nyambung, kadang nyambung tapi enggak diangkat,” kata Latifah kepada reporter Tirto.

Dalam sepekan ini, Latifah mengaku sudah lebih dari lima kali diabaikan pengemudi, padahal dalam satu hari, ia bisa memesan Gojek sebanyak dua kali.

“Kejadian terakhir tadi pagi saya ke tempat kerja,” kata dia.

Pengakuan Pengemudi

Nur Muharom, 28 tahun, salah satu pengemudi Gojek yang sudah menjadi mitra--sebutan para pengemudi--selama lebih dari dua tahun, mengaku cara beberapa pengemudi tak menjemput pengguna adalah siasat melawan Gojek.

“Itu memang bentuk protes kami ke perusahaan, kok. Gojek ini sudah parah banget,” kata Nur saat ditemui reporter Tirto, di daerah Gandaria, Jakarta Selatan, Jumat pagi.

Menurut Nur, mitra Gojek menganggap kebijakan manajemen Gojek menurunkan harga tarif per kilometer adalah sikap yang keterlaluan. Semula, tarif Gojek berkisar Rp3 ribu hingga Rp4 ribu per kilometer. Saat ini hanya Rp1.200 per kilometer.

Ia mengaku banyak pengemudi terbebani dengan kebijakan itu. “Mau makan apa kami?,” katanya.

Pria yang biasa menunggu orderan Goride maupun Gofood di daerah Gandaria City dan sekitaran Kebayoran ini menyebut mereka jadi harus kerja ekstra dibandingkan sebelumnya.

“Biasanya dengan jarak 10 kilometer bisa dapat uang lumayan, sekarang kecil banget,” katanya.

Keluhan serupa disampaikan Aliman Sujudi, 24 tahun. Ia biasanya menunggu order di sekitar Tebet, Jakarta Selatan. Menurut Aliman, penurunan harga per kilometer yang diterapkan manajemen Gojek tak masuk akal.

“Gojek ini, gila. Pendapatan menurun banget. Enggak masuk akal,” katanya kepada reporter Tirto, Jumat siang.

Aliman mencontohkan saat dirinya harus mengantarkan konsumen dari Stasiun Tebet menuju Jalan Wijaya, Jakarta Selatan, yang berjarak sekitar 7 kilometer.

Dengan tarif baru, ia hanya menerima bayaran Rp10.900 saat rush hour, padahal sebelumnya bisa mendapat Rp16 ribu hingga Rp17 ribu.

“Kan, enggak masuk akal,” katanya.

Sudah Mengadu ke CEO

Nur Muharom bercerita, para pengemudi sebenarnya sudah mengadukan masalah penurunan tarif ini kepada CEO Gojek Nadiem Makarim. Namun, Nadiem dianggap tak bisa memberi jawaban yang memuaskan.

“Ya, udah, dengan tarif segitu, ambil yang dekat-dekat saja," kata Nur yang mengklaim menuturkan ucapan Nadiem.

Dengan jawaban seperti itu, Nur menganggap Nadiem lepas tangan dari masalah tarif yang dirasakan pengemudi. Karena jawaban itu pula, kata Nur, pengemudi kesal dan sepakat protes ke perusahaan dengan tidak mengangkut order.

“Kami enggak jahat, kok, sama costumer. Ini bentuk protes kami, aja. Biar semua orang tahu, kami sedang ditindas,” kata Nur.

Infografik Insentif Pengemudi Gojek

Diklaim Tarif Tertinggi

Mendengar keluh kesah pengemudi, Vice President Corporate Affair Gojek Michael Say justru menilai tarif yang diterapkan saat ini adalah yang tertinggi dibanding pesaing lain. Ia juga menyebut penurunan tarif dibutuhkan untuk kebaikan mitra.

“Kita tahu di pasar pemainnya hanya berdua. Kami dalam menjalankan keputusan selalu bersandar pada supply and demand. Tarif yang diterima mitra itu sudah paling tinggi di pasar saat ini,” kata Michael saat ditanya reporter Tirto.

Menurut Michael, penyesuaian harga perlu dilakukan untuk lebih menarik demand. Kondisi ini dinilai penting untuk menjaga pendapatan mitra.

Ia pun membantah manajemen Gojek memperhatikan kesejahteraan pengemudi. Sebaliknya, kata dia, apa yang mereka lakukan untuk menjaga pendapatan mitra.

“Kalau kami tidak melakukan penyesuaian, demand jadi pindah. Pengertian ini sebenarnya belum betul-betul dipahami [mitra],” katanya.

Berdasarkan data yang dihimpun tim riset Tirto, pada Juni 2018, tarif per kilometer Gojek jauh lebih tinggi dibanding Grab. Gojek menerapkan tarif Rp2.200 hingga Rp3.200 per kilometer sedangkan Grab memasang tarif Rp2.200 per kilometer.

Dengan tarif baru sebesar Rp1.200 per kilometer, tarif Gojek menjadi yang termurah dibandingkan tarif Grab, saingan satu-satunya saat ini.

Baca juga artikel terkait GOJEK atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Bisnis
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Mufti Sholih