Menuju konten utama

Target Penerapan TKDN untuk Mobil Listrik Dinilai Tidak Relevan

"Bukan karena unsur politik, tapi kebijakan ini memang dipakai di masa lalu. Tapi udah enggak relevan sekarang," ujar Faisal.

Target Penerapan TKDN untuk Mobil Listrik Dinilai Tidak Relevan
Ilustrasi mobil listrik. tirto.id/ANdrey Gromico.

tirto.id - Target penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) atau local content terhadap produksi mobil listrik dalam negeri, menurut Pengamat Ekonomi Faisal Basri, tidak logis. Hal itu sudah tidak relevan dengan perkembangan keterbukaan ekonomi global.

Faisal mengungkapkan telah menyampaikan hal itu berulang kali kepada Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (ILMATE), Harjanto. Kalau pun Kementerian Perindustrian tetap menerapkannya, ia memandang pemerintah kurang kajian mendalam.

"Bukan karena unsur politik, tapi kebijakan ini memang dipakai di masa lalu. Tapi udah enggak relevan sekarang," ujar Faisal di Kantor Pusat PLN Jakarta pada Selasa (10/7/2018).

Menurutnya, pemerintah semestinya dapat mempertimbangkan untuk mengambil peran dalam rantai pasok global (global supply chain), ketimbang menerapkan aturan yang sudah kuno.

"Sekarang zaman global supply chain, TKDN sudah kuno. Sampai si iphone disuruh local content juga, masak iphone di Indonesia berbeda dengan iphone di luar negeri. Jadi, ini kita melawan," kata Faisal.

Dalam global supply chain, Indonesia dapat mengambil peran sebagai pemasok baterai. "Untuk baterainya, yaitu nikel dan kobalt untuk hasilkan katoda yang nilainya sangat tinggi di dalam baterai itu," ujar dia.

Contohnya, casing produk iphone dipasok dari Indonesia, dan handphone Xiaomi yang mana layarnya merupakan produk dari Samsung.

"Katakan kasarnya, ekstrimnya, optimismenya dalam global supply chain seluruh baterai untuk mobil listrik dari Indonesia," kata dia.

Global supply chain lebih realistis untuk diterapkan dan dikejar ketimbang mengejar TKDN tinggi. Menciptakan industri mobil listrik, dikatakannya, membutuhkan dana investasi yang tidak bisa tanggung-tanggung besarnya.

"Inget jiwa dari mobil listrik itu bukan nyolok listrik yang dihasilkan dari batu bara. Tapi, kan ada solar panel, model gitu," kata dia.

Selain itu, kompetitor dari negara tetangga yang sudah siap terlebih dahulu seperti Cina, Jepang, Korea, dapat terlebih dahulu masuk pasar lokal Indonesia, saat pemerintah hanya fokus pada TKDN.

"Dan itu tadi kompetitor datang pada saat tidak terduga-duga. Jadi, misalnya kita kembangkan mobil listrik, tapi kita memaksakan diri lokal konten banyak. Perlu inget ada ASEAN dan Thailand industri listriknya lebih efisien, jika dateng ke sini, kita kalah," ujarnya.

Baca juga artikel terkait MOBIL LISTRIK atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Bisnis
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Maya Saputri