Menuju konten utama
Japanese Film Festival 2022

Tantangan Industri Film Jepang & Indonesia di Era Globalisasi

“Film horor Jepang tak menggambarkan hal menakutkan secara langsung..., sedangkan film horor Indonesia...pendekatannya berbeda.”

Tantangan Industri Film Jepang & Indonesia di Era Globalisasi
Japanese Film Festival 2022. (FOTO/id.japanesefilmfest.org)

tirto.id - Setelah dua tahun digelar secara daring, tahun ini Japanese Film Festival (JFF) kembali digelar luring. Di Indonesia, JFF pertama kali digelar pada 2016 atas inisiasi The Japan Foundation. Pada November-Desember, JFF 2022 dilaksanakan di tiga kota, yakni Jakarta, Makassar, dan Bandung.

Pada Selasa (25/10/2022), sepuluh hari sebelum Japanese Film Festival (JFF) 2022 resmi dimulai, Direktur Informasi dan Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang Takahiro Wakabayashi membeberkan pandangannya mengenai situasi yang dihadapi industri film Jepang dan Indonesia.

“Industri film di kedua negara sedang menghadapi situasi yang sama, globalisasi, dengan adanya platform seperti Netflix,” ungkap Wakabayashi.

Lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran ini menerangkan, bagi industri film di Jepang dan Indonesia, keberadaan platform seperti Netflix adalah kesempatan sekaligus tantangan.

Alasannya, film atau konten selalu punya klasifikasinya sendiri, mulai dari top class (kelas A), kelas B, kelas C, dan bahkan kelas D. Dan film-film yang tayang di Netflix umumnya merupakan film-film yang tergolong film kelas A.

“Saat ini, situasi seperti itu oke-oke saja. Kedua industri mempunyai kriteria yang ngetop. Tapi, apakah 10 atau 20 tahun lagi (kondisi seperti ini) masih berlangsung? Bisa jadi film yang tergolong ngetop sekarang tadinya merupakan film kelas B atau kelas C. Jadi, kedua industri tetap harus memikirkan bagaimana bisa mempertahankan film-film kelas dua atau kelas tiga. Kira-kira seperti itu,” sambung Wakabayashi.

Wakabayashi, yang mengaku menyukai film horor dan film lucu (komedi), juga menjelaskan pandangannya mengenai perbedaan film horor di Jepang dan Indonesia.

Perbedaan paling mencolok terletak pada pendekatan sinematografi. “Film horor Jepang tidak menggambarkan hal-hal yang menakutkan secara langsung, tapi menggambarkannya lewat latar belakang, suara, atau bayangan-bayangan. Sedangkan film horor Indonesia menggambarkannya secara langsung, digambarkan seperti apa visualnya. Jadi, pendekatannya berbeda.”

Baca juga artikel terkait JAPANESE FILM FESTIVAL 2022 atau tulisan lainnya dari Zulkifli Songyanan

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Zulkifli Songyanan
Editor: Maya Saputri