Menuju konten utama

Tantangan Indonesia dalam Memanfaatkan Perang Dagang AS-Cina

Pemerintah dinilai harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan, khususnya menyinggung soal komitmen perdagangan internasional.

Tantangan Indonesia dalam Memanfaatkan Perang Dagang AS-Cina
Kapal kargo melego jangkar di Selat Madura, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (30/6). ANTARA FOTO/Didik Suhartono.

tirto.id - Perang dagang AS-Cina masih dapat disikapi secara positif oleh Kementerian Perdagangan sebagai peluang mengisi ekspor barang kebutuhan ke dua negara yang berseteru tersebut. Namun, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo mengatakan ada tantangan untuk Indonesia mengambil peluang itu.

"[Tantangan] Pertama mengurangi alasan negara lain untuk menyiapkan trade measures terhadap negara kita. Bisa dimengerti kenapa AS menerapkan trade measure ke Cina karena AS merasa Cina curang," ujar Iman di Kementerian Perdagangan Jakarta pada Selasa (18/9/2018).

Iman mengatakan, tantangan kedua adalah pemerintah harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan, khususnya menyinggung soal komitmen perdagangan internasional.

"Banyak dalam FTA [Free Trade Agreement] dan CEPA [Comprehensive Economic Partnership Agreement] banyak yang mempertanyakan kebijakan-kebijakan restriktif batasan impor, ekspor dan hilirisasi," ujarnya.

"Kita banyak bicara ini dengan media yang dinamakan megaphone diplomacy, tapi kita lupa banyak kedubes asing di Jakarta. Itu yang saya rasa harus dikurangi, bukan berarti kita harus patuh pada semua peraturan, tapi jadilah smart boy," ujar Iman.

Berkali-kali sejak 2009, Iman mengatakan kebijakan halal, local content dipertanyakan oleh anggota WTO karena dianggap menghambat impor dari negara mereka. Maka, menurutnya Indonesia perlu menegakkan aturan WTO untuk menciptakan situasi lebih pasti, meski aturannya WTO ini tidaklah sempurna.

"Seperti AS sekarang bilang terus ingin bubarkan WTO, ingin menyempurnakan aturan-aturan WTO. Banyak kesempatan di WTO, AS menunjukkan kecurangan Cina, karena WTO dianggap tidak efektif, maka diambillah tindakan-tindakan unilateral. Makanya, AS bilang WTO tidak efektif," ujar Iman.

Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin, Handito Joewono mengatakan pemerintah perlu siapkan roadmap ekspor untuk memanfaatkan momentum perang dagang AS-Cina dan dapat tercapai peningkatan ekspor 500 persen.

Caranya, pertama, penambahan jumlah eksportir. Pemerintah perlu dorong produsen baik yang sudah besar maupun kecil untuk melakukan ekspor.

Kedua, diversifikasi produk ekspor. "Memang kalau dikaitkan perang dagang AS-Cina, ini bisa jadi kesempatan emas. Kan kalau perang dagang, jadi terhambat produk Cina ke AS dan AS ke Cina," ujar Handito.

Ketiga, pengembangan pasar ekspor. Itu tidak berarti menambah negara baru, tapi juga cara yang baru yang belum termanfaatkan.

"Perang dagang ini membuka kesempatan kita masuk ke pasar baru, termasuk misalnya, Cina lagi susah masuk ke Indonesia terus kerja sama dengan pengusaha Indonesia," ujar Handito.

Keempat, peningkatan harga ekspor. Perang dagang ternyata membuat beberapa produk harganya naik, karena AS dan China kekurangan pasokan produk tertentu, maka harganya naik.

Kelima, pengembangan ekosistem ekspor. "PR kita semua untuk memanfaatkan perang dagang AS-Cina. Bukan hanya kepentingan ekspor, tapi kepentingan dalam negeri untuk belanja barang impor hanya yang perlu saja.

"Ini kesempatan memanfaatkan dan introspeksi untuk lebih gemar produk sendiri," ujar Handito.

Baca juga artikel terkait PERANG DAGANG AS-CINA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Dipna Videlia Putsanra